04|| Hancur🍁

3.1K 140 3
                                    

Jangan memaksakan jika memang jodoh pasti ditentukan

~

Semilir angin menembus pori-pori kulit. Nampak cuaca malam ini sangat dingin terlebih lagi tidak ada bintang dan bulan yang menghiasi malam

Tes..

Wajahnya terangkat saat setetes air hujan mengenai pipi kanannya. Ia tersenyum sambil menutup kedua matanya membiarkan hujan mengguyur seluruh tubuhnya malam ini

Ingatannya kembali jatuh pada kejadian tadi siang. Entah rasanya sangat menyesakan didada terlebih hati dan batinnya yang sedang bergulat mempertimbangkan ucapan seseorang padanya saat itu

Tak terasa bahkan tidak ada yang tau jika dirinya menangis. Ia berterima kasih pada hujan karna hujanlah tidak ada yang tahu jika dirinya sedang dilanda kesedihan

"Ca ngapain ujan-ujanan sih!!"

Natasha. Gadis itu menoleh saat mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya dengan cepat caca menghambur pelukan rindu padanya

Lakilaki itu terlihat sangat terkejut tapi tak lama ia membalas pelukannya. Membiarkan hujan ikut membasahi tubuhnya. Ia rindu bahkan jika dikatakan siapa orang yang paling mencintai caca mungkin ia akan menjawab bahwa dirinyalah yang sangat mencintai gadis itu

Natasha william mahesya.

Nama itu yang selalu membuat dirinya merasa tenang. Hanya membayangkan wajahnya saja sudah membuat sudut bibirnya terangkat

"Ngapain disini" suaranya perlahan melembut,membuat caca tersenyum getir dalam dekapannya

"Lagi pengen" dusta caca.

"Ada masalah?"

Caca menggeleng. Lakilaki ini selalu saja tau kondisi dirinya terpaksa caca harus berbohong karna tidak ingin melibatkan lakilaki itu dengan masalah seperti ini

"Pulang ya,nanti sakit apalagi ini udah hampir tengah malem nanti yang dirumah khawatir" ia mengelus rambut caca dengan lembut

Tak tahan dengan perlakuan malven. Natasha menangis sejadi-jadinya tak peduli beberapa orang berlalu lalang melewati mereka berdua.

Keadaan alun-alun ibu kota sudah mulai sepi. Hanya beberapa orang saja yang melewati mereka karna banyak faktor salah satunya hujan dan sudah waktunya istirahat

Malven merenggangkan dekapannya. Menatap binggung caca yang terisak dalam tangisan. Apa selama dirinya tak ada disini banyak yang ia lewati,pikirnya

"Kita ke warung sana sekalian ngambil jaket dimobil gue" titah malven,sedangkan caca pasrah saja

Malven merangkul caca. Ia tidak ingin gadis itu tiba-tiba jatuh apalagi wajahnya sudah sangat pucat akibat terlalu lama dibawah rintikan hujan

Sesampai diwarung kopi. Malven menduduki caca dikursi kayu yang sudah tersedia disana. Wanita paruh bayah itu tersenyum ke arah caca dengan segera ia menyiapkan teh hangat untuk gadis itu

Dilain sisi malven menangah ngejolak amarah yang tertahan. Ia sudah tau siapa pelaku dalam masalah ini ia tidak bisa melihat natasha menangis seperti saat ini

Bajingan. Julukan yang diberikan malven pada rafa sudah sejak lama malven menahan tangannya agar tidak menghantam wajah itu

Sudah lama pula ia menyimpan semua rasanya hanya karna ingin melihat natasha bahagia. Ia akan bahagia jika natasha bahagia tapi jika sampai ada yang melukainya seperti waktu SMA dulu mungkin malven akan bertindak lebih dari itu

JUNIOR 2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang