Chap 20

4.9K 495 92
                                    

✨🌃🌃✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨🌃🌃✨

"Yuna, bawakan alat panah milik pangeran.."

Gadis itu menoleh untuk melihat Bibi Song--kepala maid yang tengah menyodorkan alat alat panah kepadanya.

"Dimana pangeran bi ?.."

"Dibelakang istana, disana ada halaman yang digunakan sebagai latihan memanah pangeran. Cepatlah kesana, pangeran pasti sudah menunggumu.."

Yuna mengangguk, mengangkat alat panah itu dan melangkah menuju halaman belakang istana. sesekali mengamati sekitar. sungguh istana ini begitu megah dan indah. tetapi sayang tidak terasa seperti rumah sendiri. Mungkin jika Yuna ingin mencuci mata, Yuna bisa datang ke istana ini tetapi jika untuk tinggal, Yuna memilih mundur. lebih nyaman tinggal dirumah kecilnya daripada di istana mewah yang pastinya penuh marabahaya ini.

Memang sepertinya nasib buruk sedang berada dipihaknya. padahal sejak kecil Yuna selalu menghindari yang namanya istana. Entah mengapa dulu saat pertama kali melihat istana ini disaat umurnya masih sepuluh tahun. Yuna merasa ini bukan hal yang baik. hati kecilnya seolah menyuruhnya jangan pernah mendekati istana itu. hati kecilnya seolah mengatakan tempat ini bukan tempat yang nyaman, disini penuh marahabaya yang serasa kapan saja bisa membuat Yuna kehilangan nyawanya.

Yuna  menghela nafas lega ketika telah sampai di halaman belakang istana ini. halaman ini dijadikan tempat latihan. entah itu memanah, menunggang kuda maupun berlatih bertarung menggunakan pedang. jadi sudah pasti disini sangat bising dengan suara kuda dan pedang. Yuna mengedarkan pandangan nya kesekeliling untuk mencari keberadan Al. 

Gadis itu tersenyum ketika mendapati keberadaan lelaki itu yang tengah berdiri di bawah pohon sembari memperhatikan para prajurit yang sedang latihan bertarung. Yuna mengangkat sedikit gaun panjangnya lalu melangkah mendekati Al. hingga saat sampai di depan lelaki itu Yuna membungkuk.

"Saya membawakan apa yang anda minta.."

Yuna menyodorkan alat panahan itu pada Al dengan tetap posisi yang menunduk. Namun selama beberapa detik alat panahan itu tidak kunjung di ambil oleh Al membuat Yuna harus mendongak dan mendapati lelaki itu tengah menatapnya datar.

"aku tidak menyuruhmu membawakan alat panahan. tetapi pedang yang berada didalam kamarku.."

Yuna langsung terdiam, tapi tadi bibi si kepala maid itu menyuruh Yuna mengantarkan alat panahan ini. 

"Ta-tadi bibi Song yang menyuruh saya.."

Al mengernyit menatap Yuna yang tampak kebingungan dengan situasi ini.

ABNORMAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang