Gimana gak baik coba aku, dikasih Extra part mulu.
Btw man teman, ada yang mo ngasih uang gak ke aku, aku butuh makan 😰 kagak punya duid 😭
Yakin, kalau saya minta kek gitu, auto kabur kelen semua 😅 canda Non, kagak usah panik aku bukan pengemis tapi lagi jualan Novel.
=============
Ini part panjang sekali, baca pelan-pelan ya.
❤❤❤❤
Saat cinta belum menjadi dinding penghalang di antara kita.
Ketika gadis Introvet dan ekstropet bersama, apa yang akan terjadi?
=====
Ini kisah flash back ya, met baca 😻😹
❤❤❤❤
Setelah program ta'mir beres, banat berhamburan keluar dari musholla berlari-lari kecil mengelilingi lapangan, kemudian menghadiri kelas mufrodat/vocab, masing-masing depan kamar. Kegiatan rutin setelah subuh.
Perempuan tinggi semampai berjilbab standar, berkeliling ke setiap kelas memastikan kelengkapan belajar.
"Mana kamusmu?" tanya Hilma, kepada siswi yang mengenakan jilbab berwarna dongker.
Terdengar teman-teman siswi tersebut menahan tawa di belakang dan saling berbisik. Gadis berjilbab dongker itu tampak berwajah pucat.
"Tak bawa Sis ...." Jawab Rin takut. Perempuan di hadapnnya merupakan orang yang paling ditakuti di asrama.
"Puhs up!" perintah Hilma, lutut Rin lemas mendengar nada tinggi suaranya, ia menurunkan badan, bukan push up yang ia lakukan melainkan, sit up.
"Bawa kamusnya." Hilma berpesan kepada Rin sebelum pergi untuk mengecek kelas selanjutnya.
"Iya Sis." Rin mengiyakan, meskipun dalam hati, ia tidak tahu, bakal dapat kamus dari mana. Kiriman dari orang tua masih lama, banyaknya keperluan dan pengeluaran untuk kegiatan asrama membuat uang yang dititipkan di mudabbir kamar, menipis.
Karena belum mengenal siapa pun, Rin lebih memilih sendiri, ia tak terbiasa mendekati orang terlebih dahulu. Sore itu, ia berjalan kaki sendirian, tadi kakak kelas menyuruhnya menyapu daun-daun di bawah pohon duren, begitu tugas selesai, Rin lebih senang melihat-lihat pemandangan asrama yang unik dan luas, serta taman-taman buatan di belakang asrama itu, jika dipandang menyejukkan mata, dan menenangkan pikiran. Rin nyaman berteman hanya dengan sunyi dengan buku digenggaman menjadi bacaan.
Depan pintu yang bagian daunnya terlihat tua dan lapuk, Rin berhenti. Kata banat, ruangan tersebut angker, tak ada yang berani memasukinya.
Penasaran, Ia mendorong pintu, terlihat ruangan yang gelap. Kakinya mulai melangkah ke dalam, bau lembab langsung menusuk penciuman. Saat matanya terjatuh pada sebuah kamus yang bertumpuk asal di antara buku, mata gadis itu berbinar, seperti menemukan harta karun ia sontak meraih kamus tersebut lalu menepuk-nepuk debunya.
Bukan hanya kamus ternyata, banyak buku-buku yang Rin butuhkan di kelas, tersimpan di ruangan tersebut, mungkin bekas kakak seniornya dahulu. Sering sekali Rin kesusahan memahami materi guru, karena ia satu-satunya murid yang tak memiliki buku paket lengkap.
Dengan begitu bersemangat Rin memungut buku-buku tersebut. Sambil membaca buku ia membereskan ruangan, tempat tersebut beralih fungsi menjadi bescampnya, gadis itu akan menghabiskan sisa waktu di ruangan itu untuk belajar atau pun tiduran.
"Buku jelek!" teriak Lexa menghempaskan buku usang dari atas meja, Ia dan Rin duduk sebangku.
"Itu buku saya Lexa!" Rin berkata hampir menangis, lalu memungut kembali bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Semanis Madu (Tamat)
Romance"Istri ke-dua suamimu sedang hamil dan mabuk, Nak Rin. Tak apa, ya, rumahmu ini untuk adik madumu, karena kamu pun belum punya anak." "Ya, Umi." Rin terpaksa mengangguk meskipun jiwanya gemuruh. "Nanti kalau adik madumu lahiran, sekalian bantu-bantu...