28. Marah

172 28 2
                                    


"Jeka juga bisa tuh nemenin temen Jeka. Jadi Yeri juga sama dong, kan Mark juga temen Yeri"

"Tapi Mark itu suka"

"Mark udah punya pacar Jek"

"Terus kalau udah punya pacar ngapain duduk berdua sama Yeri?"

"Terus kalau udah punya pacar?" Yeri mendecih, "ya sama aja Jeka udah punya pacar tapi ngapain masih nemenin cewek? Deket sama cewek?"

"Yeri itu temen"

"Ya emang Mark bukan temen? Dia juga temen"

"Udah lah"

"Mau marah?"

Jeka diam, berdiri tegak didepan Yeri dengan pandangan tak terbaca.

"Lo bisa gak kalau ada apa apa ngomong yang jelas jangan langsung marah?"


Ini bener bener bikin Yeri tersudutkan. Jeka yang manis sekarang jadi pahit, menyakitkan dan berengsek.

"Gue capek. Tugas gue banyak, gue lagi sibuk sibuknya. Tapi gue selalu berusaha sempet buat ketemu sama lo. Ngertiin gue bisa gak Yer?"

Yeri mengepalkan tangan. Telinganya terasa panas dengan debaran jantung cepat tak karuan.

"Yeri ngertiin Jeka, Yeri tau Jeka sibuk. Tapi, kalau tiba tiba liat ada di instastory cewek gimana gak kesel?"

"Itu hanya beberapa detik Yeri..."

"Jangan bikin seolah Yeri salah gara gara tadi"

"Gue gak nyalahin lo"

"Jeka jagain Yeri dari cowok lain tapi Jeka sendiri gak bisa jaga diri Jeka dari cewek lain"

"Yer--"

"Kalo gini kenapa gak dari awal sih?!"

"Gue bilang gue gak nyalahin lo"

"Terus?"

"Gue pengen Yeri yang dulu gue kenal yang seru dan gak kekang gue"

"Yeri gak bakal gini kalo Jeka gak kayak gitu"

"Kalo apa apa tuh ngomong gak usah marah, ngertiin gue disini lagi bener bener capek Yer sumpah."

Yeri bungkam saat Jeka memalingkan wajahnya.

Hening.

Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing masing.

Sampai tak lama langit jadi mendung. Bikin Yeri jadi terlompat kaget saat ada suara petir.

"Pulang," titah Jeka dengan nada tak mau dibantah.

Yeri mengangkat bibir bawahnya keatas tapi setelah itu mengulum bibir, menggigit bibir dalamnya. Lagi lagi Yeri mau nangis. Perlakuan Jeka yang dingin gini bikin Yeri takut.

Takut semisal mereka berdua putus.

Jujur, Yeri gak mau.

"Yeri pulang," titah Jeka lagi kali ini suaranya terdengar serak dalam.

Yeri menelan ludah dan berbalik badan mulai berjalanan tanpa kata lagi.

Jeka memandang sekilas Yeri yang pergi begitu saja. Kali ini hatinya jadi remuk.

Jeka mengacak rambut frustasi. Beranjak menuju motornya yang ia parkiran tak jauh dari tempat.

Diperjalanan menuju rumah ternyata hujan, Jeka terus melajukan motor hitam besarnya. Setelah ia putus dengan Friska mantannya semenjak satu tahun yang lalu Jeka tak ada hubungan lagi dengan cewek lain.

Jadi, setelah sekian lama kali ini Jeka merasakan lagi rumitnya hubungan.

Memang Jeka beberapa kali menembak cewek yang dekat dengannya, tapi semua gagal. Karena Jeka main main tak memperjuangkannya dengan serius.


Percaya tidak tentang kalimat yang mengatakan, laki laki dekat dengan ribuan wanita tapi sesungguhnya hanya punya satu wanita dihati nya?


"Darimana? Kok hujan hujanan?" tanya mamah Jeka.

"Ketemu Yeri," jawabnya sambil bergegas menuju kamar mandi mengambil handuk untuk mengeringkan badannya.

Setelah selesai ganti baju, Jeka menerima minuman susu jahe hangat dari mamahnya.

Ah, jadi ingat saat Jeka pesan susu jahe untuk dirinya dan teh manis hangat untuk Yeri.

Jeka hanya duduk dikursi dengan kertas kosong dan satu pensil yang baru ia serut tapi ia biarkan diatas meja. Tangannya terulur mengambil gitar disisi meja belajar, memetik senarnya dengan santai.

Jeka menghela nafas. Ia tau, disini dia salah.

Tapi inginnya Jeka, Yeri ngerti Jeka. Inginnya Jeka, Yeri jadi cewek yang langsung bilang kalo ada apa apa bukan malah marah duluan. Inginnya Jeka, Yeri gak bertingkah seolah olah masalah kecil ini jadi besar.

Jeka dari SMA yang sikapnya easygoing bikin dia punya banyak temen. Bukan dikalangan sekolah aja, malahan sampai ibu ibu penjual kaki lima didekat kampusnya pada kenal dia.

Jadi, untuk perihal Jeka banyak cewek mungkin hanya terlihat dari depan. Dia orangnya asik humoris jadi wajar kalau lingkup pertemanannya luas.

Apalagi dia ganteng.

Jeka gak perlu deketin cewek, cewek ngedeket sendiri kedia.

Susah memang.




Jeka pun gak mau bikin masalah jadi panjang. Jeka mau nya hubungan nya makin panjang sama Yeri ceweknya yang bener bener dia perjuangin. Gak mau putus ditengah jalan.


Sebenernya Jeka juga butuh ruang buat diri dia sendiri.

Kalau Yeri gini terus, ngatur semua gerakan Jeka, ngerasa punya hak penuh, Jeka jadi ngerasa dikekang.


Cara Yeri marah tiba tiba buat Jeka kesal juga. Pasalnya, Jeka memang peka tapi jika tak dijelaskan apa penyebab masalahnya mana dia ngerti.

Jeka melihat ponselnya sekilas, berpikir untuk menelpon Yeri tapi pasti tidak akan dijawab. Sebagaimana kalau Yeri marah, tidak pernah membalas chat apalagi menerima panggilan telpon.

Beberapa detik setelah berpikir seperti itu, Jeka malah meraih ponsel dan menelpon Yeri.

Jeka sebenernya lemah kalau udah sayang sama cewek.
Apalagi masa remajanya dibesarkan oleh mamahnya sendiri, tanpa ayah.

"Yeri?"

"Apa?" suara dengan nada kesal dari sebrang sana.

"Belum tidur tenyata"

"Iya"

"Jangan bergadang, besok gue kerumah"

"Gak usah"

"Kenapa?"

"Kamera biar Yeri anter lewat ojol"

"Bukan mau ngambil kamera"

"Yaudah, Yeri ngantuk"

"Yaudah selamat tidur bayi mungil yang manis."

Jeka menyimpan ponselnya saat sambungan telpon terputus.

Sikapnya tadi seperti seolah tidak terjadi apa apa, padahal tujuannya dia mencairkan suasana.

Entah harus berapa kali lagi Jeka mengatakan kata maaf.














...
gimana???????????????????

Who is Your Prince? • Kyr🦄✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang