Sekarang Blackvelvet kecuali Irene baru saja pulang dari kantor polisi. Pastinya ingin menghukum Yerin beserta kawan-kawannya itu di sana. Bukti yang dibawa Joy tadi juga cukup kuat,sampai-sampai mereka terkejut dengan isi di dalamnya.
Ah,pacar mereka pun juga ikut. Sekarang sedang berpencar dari para gadis.
Mereka memasuki rumah besar itu. Duduk di ruang tamu dengan pikiran yang kemana-mana. Ada yang sudah mengetahui semua,ada juga yang tidak tahu menahu.
Jisoo memilih pergi ke kamarnya. Menemani Irene yang masih pingsan di sana. Mengingat kamar milik kakak tertuanya itu sudah hancur,jadi tadi Irene di tempatkan di kamar Jisoo.
"Kak Wendy,kak Rose." Panggil Yeri.
Sontak Wendy dan Rose menoleh. "Iya?" Tanya mereka bersamaan.
Yeri memain-mainkan jarinya saking gugupnya. "A-anu... Katanya mau dijelasin soal.... tadi....hng?" Yeri menatap keduanya seolah meminta penjelasan.
Wendy menghela nafas berat. Ia menatap Rose,seperti menyuruh adiknya itu untuk menjelaskan dahulu. Entahlah,Wendy masih lelah. Ia ingin Rose saja yang menjelaskan. "Tanya Rose." Katanya,lalu pergi begitu saja. Membuat Rose yang melihatnya langsung mengumpat kecil.
"Jadi gini..." Rose mulai menjelaskan. Dari dimana Blackvelvet berkumpul bersama orang tuanya,kejadian dimana Bunda mereka dibunuh,sampai mereka mengetahui siapa pelakunya dan menjelaskan kenapa ia dan Wendy tahu semuanya. "Gue tahu itu semua dari kak Wendy juga dari indra ke-enam yang pas itu tiba-tiba kebuka sendiri. Sementara kak Wendy tahu Bunda dibunuh siapa karena dia lihat kejadiannya secara langsung." Rose menunduk,mencoba untuk menguatkan diri. "Maaf baru ngasih tahu kalian..."
Brak
Suara gebrakkan meja itu membuat mereka terkejut dan menoleh ke arah pelaku.
Itu Seulgi.
Seulgi langsung berdiri. "Gue kecewa sama lo Rose,juga Wendy." Kata Seulgi,langsung pergi keluar rumah.
"Kak Seul mau kemana?!" Seru Jennie,berlari dan mencegat Seulgi.
Seulgi berbalik,menatap Jennie tajam. "Jangan. Ganggu. Gue." Katanya tajam,penuh penekanan disetiap kalimat yang ia ucapkan. Seulgi langsung melepas genggaman tangan Jennie dengan kasar. Dan akhirnya benar-benar pergi.
Jennie menatap sendu ke arah Seulgi yang pergi menjauh. Kemudian ia berbalik,dan langsung berjalan mendekat ke Rose. "Gue ngga tahu cara lo sama kak Wendy bener atau engga. Tapi,kenapa ngga cerita ke kita? Kenapa kalian rahasia-in? Kita ini keluarga kan?"
Rose masih menunduk,tak berani menatap kakaknya ini. "Gue juga mau ngasih tahu kak. Tapi kak Wendy ngga bolehin."
"Kenapa ngga bolehin?" Tanya Joy cepat.
"Katanya,dia mau mastiin apa yang gue sama kak Wendy liat itu bener ngga,kita juga ngga mau ganggu kalian." Jelas Rose,suaranya me-melan.
"Gue mau sendiri dulu." Jennie beranjak pergi keluar rumah.
"Harusnya lo sama kak Wendy mikir dua kali." Joy juga pergi menyusul Jennie.
Rose yang melihat itu hanya dapat menahan diri juga merutuki dirinya sendiri. Mati-matian ia menahan tangis,tetapi pada akhirnya tangisnya pecah. Tangannya memegang baju dengan erat,sambil bergumam-gumam aneh.
Lisa yang kebetulan duduk di sampingnya pun turun tangan. Gadis itu memeluk Rose erat. Ingin berbagi rasa sakit juga memberikan kekuatan kepadanya. "Lo ngga salah." Katanya,menepuk-nepuk pundak Rose.
Yeri sendiri masih terdiam. Ia hanya bisa diam setelah mendengar apa yang dijelaskan Rose. Masih tak percaya apa yang terjadi.
■/■
KAMU SEDANG MEMBACA
─❛devil ,blackvelvet [ꪜ ]
Fanfiction❛❛Berani macem-macem,terima resikonya.❜❜ Mereka beda dari perempuan biasanya. ᭄꥓〭┈Status : : End © Xixizy,2020