B11 | SAME RIGHTS

102 15 2
                                    

Nicole membawa banyak berkas hari itu, ia bersikap agak paranoid dan kaku terhadap orang lain. Nicole masuk ke kelas sepuluh dan mengajar di sana. Adam memperhatikan wanita itu secara santai. Gerak-gerik Nicole mengundang kecurigaan Adam, ia memutar otak untuk mengetahui isi berkas yang Nicole bawa hari itu.

Ketika jam pelajaran berakhir, Adam ikut keluar dan pura-pura ke toilet. Nicole tak menyadari kalau Adam mengambil jalan memutar, sehingga akhirnya Adam saling berhadapan dengannya di tengah area aula sekolah yang sedang ramai. Adam pura-pura menabrak Nicole sehingga berkas-berkas yang ada di tangannya terjatuh ke lantai.

“Maafkan aku Bu Nicole, aku tak sengaja menabrakmu. Aku tak memperhatikan jalanan,” ujar Adam pura-pura merasa bersalah.

“Tidak apa-apa, aku mengerti. Di sini ramai sekali sehingga terkadang sangat sulit untuk menghindari tabrakan seperti ini,” ujar Nicole ramah.

“Sekali lagi aku minta maaf Bu Nicole,” Adam tetap berakting merasa menyesal.

“Iya tidak apa-apa. Kembalilah ke kelasmu,” perintah Nicole dengan sangat halus.

Adam berjalan kembali menuju kelasnya, namun tak segera masuk. Ia kembali berbelok menuju ke lantai dua, tempat kelas Andrea. Adam berdiri di sebuah balkon yang sepi dan mengeluarkan sebuah berkas yang sempat ia sembunyikan secara diam-diam di balik jas sekolahnya. Adam membaca judul berkas itu.

Top Secret. Prototype Simulation : Peran otak dalam sebuah simulasi. Dr. Sebastian Sean dan Dr. Leon Russel,” gumam Adam.

Adam berpikir keras saat itu.

“Kenapa berkas seperti ini ada pada Nicole? Bukankah dia Guru Tata Negara?,” Adam bertanya pada dirinya sendiri.

Saat jam istirahat tiba, Adam datang ke kantin dan mengawasi Nicole secara diam-diam melalui ujung matanya. Andrea mendekat ke mejanya dan duduk di sampingnya lagi.

“Hai sayang, kenapa sedikit sekali makanan yang kau ambil?,” tanya Andrea.

“Aku sedang malas makan Kak. Aku ingin makan pizza dan rencananya aku akan keluar sore ini,” jawab Adam.

“Mau kutemani?,” Andrea menawarkan.

“Kalau kau tak ada kegiatan, tentu saja aku mau kau temani. Oh ya, aku punya sesuatu untukmu,” ujar Adam.

“Apa itu?,” tanya Andrea.

Adam mengeluarkan berkas yang ia dapat dari Nicole tadi. Andrea membuka berkas tersebut dan melihat judulnya, sejenak ia memandang Adam.

“Darimana kau dapat berkas ini?,” tanya Andrea.

“Dari Nicole, dia membawanya tadi. Aku mengambil itu tanpa ia sadari,” jawab Adam.

“Kau sudah membaca berkas ini?,” tanya Andrea.

“Sebagian. Isinya tentang sebuah penelitian yang menyangkut dengan sebuah simulasi pada otak. Di situ tertulis rahasia, jadi mungkin saja itu penelitian ilegal yang Kakek lakukan bersama seorang Dokter bernama Leon Russel,” jelas Adam.

“Leon Russel…, aku pernah mendengar nama itu, tapi di mana?,” Andrea berpikir keras dan berusaha mengingat.

“Yang mana yang pernah kau dengar? Leon atau Russel?,” tanya Adam.

Andrea teringat perkenalannya dengan Fin saat awal sekolah.

“…, jangan beritahu pada orang lain kalau aku Alfin Sean, cukup kau dan sepupumu saja yang tahu, aku tak menggunakan nama itu di sini. Namaku di sini adalah Fin Russel.”

“Aku ingat! Ambil berkas ini, simpan baik-baik dan jangan ada yang tahu. Aku akan menemanimu saat pulang sekolah untuk keluar dari asrama dan membelikanmu pizza. Habiskan makananmu,” ujar Andrea lalu bergegas pergi.

Emerald HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang