B4 | SHREDDING FROM THE INSIDE

129 14 3
                                    

Ruang kantin berubah menjadi ajang belajar Tata Boga. Bonnie – Guru Tata Boga – telah mempersiapkan bahan-bahan untuk belajar hari itu, para pegawai dapur Sekolah ikut menyaksikan ajang belajar hari itu termasuk Harlin – penganggung jawab dapur Sekolah – yang tak lain adalah Bibi dari Azka. Pria itu mendekati Bibinya sambil menatap ke arah Andrea.

“Siapa yang kau perhatikan?,” tanya Harlin.

“Itu…, namanya Andrea dia salah satu murid baru di bawah perwalian kelasku,” jawab Azka seraya menunjuk ke arah Andrea.

Harlin terkejut sesaat ketika melihat wajah Andrea, ia teringat seseorang tapi tak berani mengatakannya pada Azka. Bonnie segera memulai pelajaran hari itu.

“Baiklah semuanya, hari ini kita akan mempelajari cara membuat mie,” ujar Bonnie, penuh semangat.

“Ahhhh…, habislah kita!,” Devan mengeluh bersama Kelvin.

“Matilah kita…, kita akan kalah oleh Andrea…,” tambah Vernan.

Bonnie menatap ke arah Andrea yang selalu saja datar setiap saat, meskipun gadis itu mendengar banyak yang mengeluh di sampingnya.

“Kau bisa membuat mie Andrea?,” tanya Bonnie.

“Tentu saja Bu…, dia koki di rumah kami dan dia yang paling jago memasak,” jawab Fayzel yang berdiri di samping Andrea.

“Benarkah? Kalau begitu kau bisa membantuku memberi contoh cara membuat mie pada teman-temanmu. Kemarilah Andrea,” ajak Bonnie yang tak ingin Andrea selalu bertingkah datar.

Andrea tersenyum lalu mengikuti langkah Bonnie menuju ke bagian tengah kantin. Azka penasaran ingin melihat dari dekat, begitu juga dengan Harlin. Andrea memulai mencampur adonan mie yang ia mulai dari tepung, telur, dan air. Setelah tercampur, ia membuat pipih adonan dan mulai membanting adonan supaya terpisah menjadi lembaran mie. Tak cukup tiga menit, Andrea benar-benar menyelesaikan mie yang ia buat dengan sempurna.

Semua bertepuk tangan saat melihat hasil yang Andrea buat. Bonnie tersenyum lalu meminta Harlin untuk menilai kekenyalan mie buatan Andrea yang baru saja jadi. Harlin mendekat dan menatap Andrea sesaat lalu tersenyum, kemudian mulai memeriksa kekenyalan mie.

“Bagus sekali, hasilnya sempurna,” ujar Harlin, cukup terkejut.

Andrea hanya tersenyum lalu kembali ke tempatnya. Azka ikut tersenyum ketika melihat senyuman Andrea yang apa adanya. Harlin mendekat pada Azka.

“Dia pintar sekali, tak banyak gadis berusia tujuh belas tahun yang bisa memasak,” pujinya.

“Hmm…, nilai-nilainya di setiap mata pelajaran juga bagus. Dia memang cerdas,” ujar Azka.

“Kau menyukainya?,” tanya Harlin.

Azka menatap Harlin dengan terkejut.

“Tentu saja tidak Bi…, aku lebih tua sepuluh tahun darinya. Mana mungkin aku berani menyukainya,” jawab Azka.

“Benarkah? Kenapa aku tak percaya dengan jawabanmu?,” tanya Harlin, seraya berlalu dari hadapan Azka.

Azka hanya terpaku di tempatnya tanpa bisa menjawab. Ia merasa kebingungan untuk beberapa saat, namun segera melupakannya.

Usai jam pelajaran Tata Boga, semua siswa menuju kelas mereka kembali. Andrea pergi sebentar ke toilet dan memisahkan diri dari sepupu-sepupunya. Setelah keluar dari toilet, Andrea berjalan santai menuju kelasnya, namun entah mengapa ia merasa sedang diikuti oleh seseorang.

Andrea berbalik beberapa kali ke arah belakang, namun ternyata tidak ada siapa-siapa. Akhirnya ia memutuskan untuk mempercepat langkahnya dan bersembunyi di balik pintu Kelas Elektro. Orang yang mengikutinya pun akhirnya terlihat, Andrea melangkah pelan-pelan untuk mendekati orang tersebut yang sepertinya memang sedang mencari kemana perginya Andrea.

Emerald HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang