B8 | DON'T STEP ON THE SAME HOLE

101 15 2
                                    

Elsa masih terbaring di ruang perawatan, Sebastian datang ke sana pagi-pagi sekali sebelum ke Sekolah menemui Sharon. Di ruang perawatan itu ia melihat kalau semua Cucunya sedang tertidur di samping Elsa untuk menjaganya bersama. Ia tersenyum sesaat.

Seseorang masuk ke ruangan itu dan mengagetkan Sebastian.

“Oh maaf Tuan Sebastian, saya tidak tahu kalau anda telah tiba di sini,” ujar Azka.

“Siapa namamu?,” tanya Sebastian ramah.

“Azka Geffrey, saya Wali Kelas dari ketujuh Cucu anda,” jawab Azka.

“Kau sudah tahu tentang mereka?,” tanya Sebastian lagi.

Azka terdiam beberapa saat. Sebastian meminta jawaban yang meyakinkan.

“Ya, saya sudah tahu dan wajib tahu untuk melindungi mereka sebisa mungkin. Fin, Ryumi atau Lucas tak selamanya bisa melihat mereka, karena masing-masing mempunyai tugas yang berbeda,” jawab Azka tenang.

“Terima kasih telah membantu mereka. Kau keponakan Harlin Geffrey?,” tanya Sebastian.

“Benar, saya keponakannya.”

Sebastian tertawa ringan.

“Aku harap kau masih ingat, kalau kau pernah menjahili Orang tua dari cucuku hingga mereka menangis karena aku beri hukuman,” ujar Sebastian.

“Benarkah? Aku agak lupa Tuan Sebastian,” Azka tersenyum.

“Tentu saja kau lupa, yang ingat kejadian itu hanya Dellisa, Ibunya Elsa dan Andrea. Dia tidak akan melupakan kejahilanmu terhadapnya,” tambah Sebastian.

Azka hanya tersenyum menanggapi hal tersebut.

Helena terbangun saat mendengar orang tertawa. Ia berusaha menggeliat dan menatap Sebastian.

“Kakek!!!,” serunya seraya bangkit untuk memeluk Sebastian.

Helena terlalu semangat hingga menjatuhkan gelas dari meja ke atas kepala Vernan. Pria itu merintih kesakitan.

“Helena, apa yang kau lakukan?,” Vernan hendak mencubit Helena tapi Sebastian mencegahnya.

“Dia tidak sengaja Vernan,” ujar Sebastian.

“Tapi sakit Kek,” Vernan mengeluh.

“Diamlah Vernan atau akan kutambahkan dengan menjatuhkan piring,” ancam Andrea yang bergegas memeluk Sebastian.

“Ah terserah kalian saja!!!,” Vernan mulai cemberut.

“Bagaimana kabarmu Kek?,” tanya Axel.

“Baik, yang tidak baik saat ini adalah kalian. Apakah aku boleh membangunkan Elsa?,” tanya Sebastian.

“Tentu, kami akan membangunkannya,” ujar Kelvin.

Elsa menggeliat perlahan, tatapan matanya tertuju pada Sebastian. Ia tersenyum samar seraya merentangkan kedua tangannya. Sebastian mendekat dan memeluk Cucu tertuanya itu dengan lembut. Azka keluar dari ruangan itu dan membiarkan keluarga itu saling berbagi rindu sebentar.

Fin datang membawa kopi untuk Azka, keduanya duduk di ruang tunggu koridor utama. Termenung sesaat seraya menunggu.

“Kakekmu ada di dalam,” ujar Azka.

“Hmm…, aku tahu. Aku melihat kedatangannya tadi dari kantin Rumah Sakit,” ujar Fin.

“Kau tak mau bertemu dengannya juga? Bukankah kau juga Cucunya?,” tanya Azka.

Fin tersenyum samar seraya meminum kopinya.

“Aku hanya Cucu dari saudaranya. Dia hanya menampungku selama ini dan aku hanya perlu membalas budi padanya dengan membantu memecahkan masalah yang dihadapi Cucu-cucunya. Aku bukan bagian dari mereka,” jawab Fin.

Emerald HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang