2

312 44 17
                                    

Koo June mengerang sebal karena dirinya berhasil dikalahkan oleh seorang pemuda mungil bernama Kim Jinhwan. Pemimpin anak perusahaan Koo Group itu tidak dapat menerima kekalahannya dan berakhir dengan menunjuk wajah Jinhwan dengan tajam. Wajahnya benar-benar menyiratkan kekesalan dan matanya memicing pada Jinhwan.

Di lain pihak, Jinhwan hanya tertawa terbahak karena melihat wajah kesal June. Sampai kapan pun June akan terlihat lebih menggemaskan saat sedang kesal. Jinhwan jadi gemas sendiri melihatnya.

“Kenapa kau selalu menang dalam pertandingan ini, anak kecil?” Kesal June sembari tangannya mengusak gemas kepala Jinhwan.

Tawa Jinhwan tidak berhenti, kini dia malah terkikik karena geli sekaligus sebal. Geli karena June terus mengusak kepalanya, dan sebal karena ulah June bisa menghancurkan rambutnya yang sudah rapi.

“Kau tidak akan pernah menang dalam melawanku, Tuan Koo.” Ledek Jinhwan. Dia mengeluarkan lidahnya untuk mengolok June.

June gemas. Sampai rasanya mau mati saja melihat Jinhwan yang begitu menggemaskan.

Digigitnya pipi gembil milik Jinhwan hingga sang empu pipi memekik kesakitan. “June sialan!” Makinya kesal.

“Hey, tidak boleh berkata kasar di rumahku, kau tahu?”

Mereka tertawa tanpa sebab, mungkin karena kata-kata June atau bahkan mungkin karena selera humor mereka yang sama-sama rendah. Keduanya kini sedang berada di rumah June. Seperti sebelum-sebelumnya, Jinhwan selalu menghabiskan akhir pekannya dengan mengunjungi rumah June.

Mereka akan bertukar pikiran tentang apapun atau hanya sekedar bertanding game hingga larut malam.

Dan semuanya akan berakhir sama, June kalah dalam pertandingan apapun. Tapi walau begitu,  June akan tetap menang dalam satu pertandingan inti.

Pergulatan panas di atas ranjang.

“Kau akan kalah di pertandingan terakhir, sayangku.”

Setelah berkata seperti itu, June tanpa basa-basi langsung memanggul Jinhwan layaknya karung beras. Yang tentu saja mendapatkan protes keras dari si korban pemanggulan.

“Jangan berteriak seperti itu, anak kecil. Kau bisa membangunkan semua orang di rumah ini dengan suaramu itu.” Goda June dengan tangannya yang memukul pantat Jinhwan main-main.

Jinhwan tidak peduli pada perkataan June karena dia tahu, di rumah ini hanya ada mereka berdua. Jadi dia dengan bebas berteriak bahkan menjerit karena kepalanya pusing akibat melawan gravitasi.

June sialan, tidak adakah cara yang lebih romantis dari dipanggul layaknya karung beras?

Sebuah pintu terbuka dan menampilkan ruang kamar dengan gaya monoton. Dominasi warna hitam dengan keadaan yang cukup membuat frustasi bagi siapa saja yang melihatnya.

Belum juga rasa pusingnya hilang, Jinhwan sudah merasakan hantaman tubuhnya pada kasur. Memang empuk, tapi tetap saja sakitnya terasa. “Kau sialan, tidak bisakah kau lebih lembut sedikit?” Erangnya sembari menahan nyeri pada pinggang serta kepalanya.

Si pelaku pelemparan tubuh di atas kasur hanya terkekeh, “tidak ada kata lembut jika pada akhirnya kau akan tetap merasa nikmat jika dikasari.”

Belum sempat Jinhwan mengeluarkan protes, mulutnya sudah lebih dulu disumpal oleh bibir sialan milik Koo June.








“Nanti jika kau sudah menikah, kau harus rajin bangun pagi. Bagaimanapun, kasihan jika isterimu harus menunggu lama di meja makan.”

JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang