Masih membekas dalam ingatan Jinhwan saat melihat Chanwoo meraung dalam pelukannya saat mengantarnya hingga bandara. Anak itu terus merengek tidak mau ditinggal olehnya, tapi keputusan Jinhwan sudah bulat, dia harus pergi.
"Sudah jangan menangis. Kau kan bisa menyusul hyung saat sekolahmu sudah selesai." Jinhwan hanya bisa menenangkan walau pada kenyataannya Chanwoo bahkan tidak berhenti merengek padahal dia sudah harus melakukan check in.
Tidak bisa Jinhwan pungkiri jika dia pun sama sedihnya dengan Chanwoo. Tapi ini adalah sebuah resiko yang harus dia tanggung setelah mengambil keputusan besar. Berterima kasih pada Bambam yang sudah mau dia repotkan untuk mengurus Chanwoo karena anak itu tidak melepaskan pelukannya seperti lintah.
Kini Jinhwan sedang duduk tenang di kursinya. Di dalam pesawat yang tengah mengudara di ketinggian 35.000 kaki. Dia sudah mengudara sekitar dua jam, dan membutuhkan waktu kurang lebih lima sampai tujuh jam lagi untuk sampai di Sydney. Lalu dari Sydney dia akan kembali melakukan perjalanan menuju Brisbane. Ya, dia akan tinggal di sana, lebih tepatnya kota yang terkenal dengan area pelajar dan hotspot yang menarik untuk dijelajahi. St. Lucia.
Jinhwan menatap langit cerah dari jendela pesawat. Pikirannya melayang pada satu bulan yang lalu di mana dia membuat keputusan besar yang akan berpengaruh pada kehidupannya juga orang di sekitar. Saat itu dia tengah meminum kopi panas di tengah terik matahari (yang mana itu adalah sebuah tindakan tolol), dia tiba-tiba membuka aplikasi sewa apartemen dan melihat-lihat beberapa tempat yang sekiranya cocok untuknya. Dan St. Lucia menjadi pilihan.
Dan tanpa pikir panjang dia langsung mengklik opsi 'beli' di sana.
□
□
□Sembilan jam mengudara, akhirnya Jinhwan menginjakkan kaki di negera yang terkenal dengan kangguru dan koalanya itu. Menghirup udara Sydney yang nampaknya sangat bersahabat hari ini. Dia tidak memiliki banyak waktu, jadi setelah keluar bandara dia langsung mencari taksi untuk mengantarkannya ke hotel terdekat.
Menginap satu malam di Sydney adalah pilihan terbaik karena besok dia akan kembali melakukan perjalanan menuju Brisbane menggunakan pesawat siang.
Dua puluh lima menit kemudian dia sudah sampai di hotel tujuan dan langsung melakukan check in karena sebelumnya dia sudah lebih dulu memesan melalui sebuah aplikasi.
Setelah mendapatkan kunci, dia langsung menarik kopernya menuju kamar yang akan menjadi tempatnya beristirahat sementara waktu. Hari ini dia hanya membawa satu buah koper besar dan sisa barang-barangnya akan dikirimkan oleh Yugyeom besok sedangkan beberapa barang penting lainnya sudah lebih dulu tiba di apartemen dua hari lalu. Dia hanya berharap setibanya dia di apartemen, dia bisa langsung beristirahat tanpa perlu repot-repot memikirkan kekacauan yang harus dibereskan.
Begitu membuka pintu kamar, pemandangan pertama yang disuguhkan adalah satu buah ranjang berukuran besar yang terletak dekat jendela kamar. Tanpa pikir panjang dia langsung meletakkan begitu saja kopernya di dekat meja kecil setelah menutup pintu. Membuka sepatu miliknya dan langsung melesat menuju kamar mandi.
Tujuh menit kemudian Jinhwan keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Bathrobe putih bersih melekat di tubuh rampingnya. Tanpa mengeringkan rambutnya terlebih dahulu, Jinhwan langsung melempar tubuhnya ke atas ranjang. Mengistirahatkan tubuh lelahnya di atas ranjang empuk, Jinhwan tanpa sadar mulai memejamkan matanya dan terlelap tak lama setelahnya.
□
□
□Pukul delapan malam akhirnya Jinhwan membuka mata. Dia melihat sekeliling dan menyadari jika langit di luar sana sudah gelap. Setelah mengumpulkan nyawa, Jinhwan segera duduk dan berjalan menuju meja kecil yang terletak tidak jauh dari ranjang. Mengambil satu botol air mineral yang memang disediakan oleh pihak hotel dan menenggaknya hingga habis. Dia haus sekali rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]
FanfictionJune dan Jinhwan terlibat dalam hubungan terlarang. Ketika hubungan keduanya berjalan semakin jauh, Yuwen mengetahui semuanya.