20

141 22 26
                                    

Australia sedang amat dingin akhir-akhir ini dan hal itu membuat Jinhwan sangat enggan untuk pergi keluar. Setiap hari waktunya hanya dihabiskan dengan berleha-leha di atas ranjang sambil bermain ponsel dan sesekali menonton serial drama yang sedang booming. Seperti saat ini dia sedang berbaring terlentang di atas ranjang dengan ponsel di tangan. Matanya sudah sangat mengantuk dan semakin lama rasa kantuknya sudah tidak bisa dia tahan alhasil ponsel yang sedang dipegang justru jatuh dan menimpa wajahnya.

Jinhwan terkejut dan meringis merasakan gelenyar menyakitkan akibat hantaman ponsel. Dia dengan cepat mengambil ponselnya dan menggunakannya sebagai cermin, dia takut bila hidungnya jadi mimisan. Setelah memastikan jika bagian wajahnya baik-baik saja, Jinhwan meletakkan ponselnya di samping kepalanya. Rasa kantuk masih menguasai dan dia yakin jika semua pekerjaannya sudah selesai jadi dia memutuskan untuk tidur barang sebentar. Lagipula cuaca di luar sangat mendukung untuk tidur.

Tak lama kemudian, mata sipit Jinhwan perlahan mulai menutup. Dia akan menjemput mimpi.















"Changbin, we need to kill this man." Felix menunjuk selembar foto berisi sosok laki-laki tinggi. Figur laki-laki tinggi dalam foto terlihat tampan karena pakaian yang dia kenakan, kemeja putih dengan dasi hitam yang mencekik leher yang juga dilapisi sebuah jas hitam mahal. Jelas sekali jika foto tersebut diambil secara diam-diam mengingat figur dalam foto tidak melihat ke kamera. "He's dangerous." Tekan Felix yang tidak juga mendapatkan respon dari lawan bicaranya.

"What should I do, Baby?" lawan bicara Felix bertanya ringan walau sebenarnya dia agak malas menanggapi.

"What about making his company bankrupt?" Felix antusias tapi lawan bicaranya justru mendesah malas.

"Malas ah, nanti Ayah marah-marah." 

"Tapi dengan hal itu bisa membuatnya jera, Changbin." Jerit Felix memprotes.

"Pikirkan cara lain." Balas Changbin; lawan bicara Felix.

"Menembaknya dengan senapan. Begini, DOR!" Felix mempraktikan adegan menembak pada Changbin yang hanya memandangnya dengan senyum kecil. "Atau menusuknya tepat di leher dengan pisau tajam."

Changbin tertawa, dia tidak menyangka jika Felix pandai membuat rencana. Walau semua terdengar aneh dan menggelikan. "Jangan, permainan tidak akan seru jika kau langsung membunuhnya." Tarik tubuh Felix, Changbin memberikan kecupan ringan pada pipi kekasihnya. "Kita gunakan Chanwoo untuk memancing laki-laki itu ke sini."

"Chanwoo yaaa?" Felix berpikir, "Chanwoo bilang dia akan ke Brisbane minggu depan."















Pukul enam sore Jinhwan dikagetkan dengan dering telpon yang meraung minta diangkat. Laki-laki itu seperti ditarik secara paksa dari tidur lelapnya. Dengan kepala yang pusing dan nyawa yang belum terkumpul, Jinhwan melihat siapa yang menelponnya. Jinhwan tidak terlalu fokus jadi setelah melihat layar ponsel selama dua detik dia langsung menjawab panggilan.

"Halo." Sapa Jinhwan serak. 

"Kau sedang tidur ya?"

Jinhwan mengernyit mendengar suara yang tidak asing itu. Dia menjauhkan ponsel dari telinga dan melihat sekali lagi siapa yang menelponnya. Nomor tidak dikenal.

"Hah? Siapa ini?" 

"Kau melupakanku ya Jinhwan? Jahat sekali." Orang di seberang sana terdengar merajuk. Jinhwan semakin mengernyit heran. Apa yang menelponnya ini adalah orang iseng?

JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang