1

427 52 30
                                    

Jinhwan menatap lurus pada selembar foto yang diserahkan oleh June. Ekspresi pemuda bertahi lalat di pipi itu tidak terbaca. Dia hanya diam dan terfokus pada foto. Tak lama helaan napas ringan terdengar dari mulutnya.

"Jadi?" Suara berat mengalun memasuki gendang telinga Jinhwan. Membuat sang empu telinga hanya mendengus kesal.

Mata sipit nan tajam itu mengalihkan pandangan dari foto yang tadi menjadi ke arah June yang sedang duduk di hadapannya. "Kau ingin aku berkomentar apa?" Akhirnya, dia mau mengeluarkan suaranya.

"Kau tahu kan bahwa aku tidak bisa menolak permintaan ayah."

"Aku tahu, June. Tentu saja aku sangat tahu akan hal itu." Balas Jinhwan dengan malas.

Kali ini giliran June yang mendengus, "lalu?" Tanyanya penasaran.

"Lalu apa?"

"Tentang dia," June menunjuk foto yang baru saja diletakkan oleh Jinhwan di atas meja, "tentang permintaan ayah." Lanjutnya secara terang-terangan.

Jinhwan melirik selembar foto yang berisikan gadis berkulit putih bersih, "dia cantik." Ujarnya jujur. Karena memang begitu adanya. Gadis dalam foto itu sangat cantik dengan wajah bulat serta hidung mungil.

"Lalu ayah?" June ini senang sekali mendesak pada Jinhwan.

Jinhwan mendengus bosan, kesal juga pada June yang berbelit-belit. "Kau sendiri yang berkata bahwa kau tidak bisa menolak permintaan ayah. Bukankah sudah sangat jelas?"

June geram, kenapa Jinhwan bisa sesantai ini dalam menghadapi masalah saat ini?

"Tapi itu berarti aku harus menikah, Jinhwan." Erang June sarat akan frustasi.

"Tentu saja kau harus menikah. Begitu pun denganku. Menikah bukan sesuatu yang buruk, kan?" Balas Jinhwan santai. Tangan kurusnya meraih gelas di atas meja dan menyesap isinya dengan pelan.

June lagi-lagi mengerang, heran pada sikap Jinhwan yang acuh tak acuh. "Aku tidak bisa menikah, Jinhwan. Aku tidak bisa menikah jika itu tidak denganmu-"

"Dan membuat ayahmu terkena stroke ringan, begitu?" Potong Jinhwan kalem.

Tersentak. June tidak berpikir sejauh itu. Namun perkataan Jinhwan ada benarnya juga. Bagaimana jika dia menikah dengan Jinhwan yang malah akan membuat ayahnya terkena stroke ringan? Oh, jangan sampai.

Hening kemudian mendominasi. Jinhwan masih setia pada tehnya, dan June yang hanya memandang penuh kagum pada Jinhwan.

Tidak senang dengan keheningan yang menyelimuti mereka, akhirnya June mencoba untuk membuka suaranya, "lalu aku harus bagaimana?"

Jinhwan balas memandang June, kali ini tatapannya sedikit menajam dan mengintimidasi. "Nikahi dia."

"Lalu kau?"

"Aku masih bisa menghabiskan waktu denganmu, bodoh."










■■■










Jika saja bukan karena sang kakak memintanya untuk cepat mencari pekerjaan, mungkin saat ini Yugyeom sedang berbaring nyaman di kasurnya yang seluas lapangan depan komplek. Tapi nyatanya di sinilah dia sekarang, di depan sebuah kantor belasan lantai. Tinggi menjulang, dengan dinding yang sebagian besar adalah kaca berinchi tebal.

Yugyeom berdecak kagum. Ternyata kantor tempatnya bekerja ini sangat keren. Lihat interior lobbynya yang sangat mewah itu. Pasti membutuhkan uang banyak untuk membangun kantor semewah ini.

"Hoy, bocah." Sebuah suara menginterupsi kegiatan -mari-mengagumi-interior-kantor- Yugyeom. Pemuda dengan tinggi menjulang itu menoleh ke sumber suara. Dan mendapati seorang pemuda yang tak kalah tingginya dengan dia.

JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang