18

153 26 15
                                    

Ini sudah memasuki bulan ke empat Jinhwan tinggal di St. Lucia sendirian. Acara healingnya sudah selesai di bulan ke dua dan kini dia sudah mulai melakukan rutinitas seperti biasa. Dia mulai mengerjakan semua pekerjaannya yang sempat terbengkalai, beberapa kali menghadiri rapat secara virtual dengan koleganya juga masih sempat memimpin rapat perusahaan walau sekali lagi secara virtual.

Berterima kasih lah pada Yugyeom yang dengan sabar mau mengerjakan beberapa pekerjaan yang dia tinggal begitu saja. Pekerjaan yang sebelumnya membuat banyak staff keteteran, menjadi sedikit terkendali akibat kerja keras Yugyeom.

Jinhwan sedang mengaduk kopi saat bell unitnya berbunyi. Dia segera menyimpan sendok dan beralih untuk membuka pintu. Ada remaja laki-laki berambut pirang yang tengah tersenyum lebar dan mengangkat sebuah paper bag bermotif lucu.

"Hi Bradah!" mendengar sapaan itu membuat Jinhwan merotasikan bola mata.

"Aku lebih tua darimu, Bocah." Balas Jinhwan dengan ketus. Dia bergeser dari posisinya dan mempersilakan tamunya masuk ke dalam sedangkan dirinya kembali melanjutkan kegiatan mengaduk kopinya yang sempat tertunda.

"Changbin belum pulang lagi?" tanya Jinhwan basa-basi. Dia sudah selesai mengaduk kopinya dan kini menghampiri tamunya yang sedang duduk di lantai sambil menyandar pada ranjang.

Dia Felix, tetangganya yang tinggal tepat di depan unit miliknya. Felix juga yang menelponnya ketika dia berada di hotel Sydney di awal kedatangannya. Anak itu bilang dia hanya memastikan keberadaannya karena Yugyeom yang memintanya.

"Changbin bilang dia ada tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. Jadi mungkin akan pulang larut." Felix menjawab sambil meraih remot TV dan menyalakan layar datar di depannya.

Ini sudah pukul enam sore dan Changbin belum pulang. Pikir Jinhwan.

Ingat remaja laki-laki berwajah dingin dan beraura menyeramkan yang Jinhwan temui di lift saat pertama kali menginjakkan kaki di apartemen ini? Remaja laki-laki itu Changbin, kekasih dari Felix.

Jinhwan ikut bergabung dengan Felix yang duduk di lantai, menonton film kartun yang sudah diputar ribuan kali di TV. "Aku sebenarnya masih heran, bagaimana bisa kau mengenal Yugyeom?" dia menoleh pada Felix yang masih sibuk menonton film kartun.

"Sebenarnya aku tahu dari Bang Chan." Jinhwan mengernyit, total clueless pada perkataan Felix. Sampai Felix kembali meneruskan jawabannya, "Bang Chan, kakakku, dia teman kampus Yugyeom ketika di Korea."

"Oh." Respon Jinhwan. Dia menyesap kopinya dengan perlahan. "Ngomong-ngomong Felix, aku ini lebih tua darimu ya! Panggil aku hyung!" Jinhwan mengerang kesal. Felix ini berada di usia yang sama dengan Chanwoo tapi sopan santunnya hilang seperti Yugyeom.

"Dude, kita di Aussie sekarang. Bukan Korea. Hentikan panggilan menggelikan itu."

Lihat kan kelakuannya. Kadang Jinhwan heran, kenapa dia bisa bertahan menjadi tetangga dari remaja menyebalkan seperti Felix? Daripada menanggapi Felix, Jinhwan lebih senang untuk bangun dan menuju balkon. Membuka gorden dan jendelanya sedikit lebih lebar agar udara malam bisa masuk ke dalam unitnya.

"Jangan matikan ACnya."

Jinhwan mendengus, "Aku ingin merokok, mana mungkin aku menyalakan AC? Tolol."

"Pergi merokok di balkon, jangan di sini. Aku sedang menonton TV."

"Pulang sana. Ini rumahku."

"Curang!" Felix menjerit membuat Jinhwan harus membekap mulutnya karena terlalu berisik.

Setelah dirasa Felix cukup tenang, akhirnya Jinhwan melepaskan bekapannya. Dia kembali mengambil duduk di samping Felix dan mulai menyalakan rokoknya. Hei, lepas dari June bukan berarti dia lepas dari rokok. Rokok dan alhokol tidak akan pernah bisa digantikan oleh apapun.

JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang