Jinhwan memasuki pekarangan rumah June dengan langkah sedikit terseret. Dia sebenarnya sangat ragu untuk berkunjung, tapi kemudian dia ingat jika Chanwoo pasti menunggunya di sana. Sudah berapa lama dia tidak menjenguk Chanwoo? Lima hari? Satu minggu? Dua minggu?
Ah, hampir dua bulan.
Sejak pertemuannya dengan Yuwen beberapa bulan lalu, dia sudah tidak pernah datang ke rumah June—bahkan untuk sekedar menjenguk Chanwoo. Yuwen memang tidak mengancamnya, tidak menyebutnya dengan kata-kata kasar seperti; pelakor—dia tidak tahu di mana kolerasinya jika dia dikatai begini karena pada kenyataannya dialah yang lebih dulu menjadi kekasih June sebelum laki-laki itu menikahi Yuwen. Perempuan cantik itu juga tidak menerornya untuk segera meninggalkan June.
Justru sebaliknya; Yuwen terlihat acuh. Tidak mengiriminya pesan, tidak meninggalkan panggilan tak terjawab, tidak mendatanginya di kantor ataupun rumah. Dia merasa Yuwen mungkin sudah melupakan hal itu.
Namun beberapa hari lalu Mark datang ke kantornya, menawarkan sebuah ajakan minum kopi di jam makan siang. Dia tidak menolak, tentu saja. Lagipula dia juga merindukan teman lamanya itu. Jadi tanpa pikir panjang Jinhwan menyetujuinya.
Tidak pernah terpikirkan dalam benak Jinhwan bahwa dia akan dihadapkan oleh situasi yang semakin rumit. Mark mentraktirnya minum kopi dan beberapa hidangan yang mereka pesan. Tapi obrolan mereka ternyata tidak sesantai itu untuk Jinhwan.
Mark memborbardirnya dengan pertanyaan apa hubungan dia dengan June. Apa langkah yang akan dia ambil jika Yuwen memintanya untuk mundur. Dan masih banyak pertanyaan yang Jinhwan sendiri merasa mual jika memikirkannya.
Dia memang tidak terkejut saat Mark mengatakan akan membela mereka berdua; Yuwen dan dirinya. Toh, Mark memang orang pertama yang Yuwen kabari sebelum dia membongkar rahasia Jinhwan dan June. Tapi yang membuatnya heran adalah, kenapa Mark mau repot-repot membelanya? Bukankah yang seharusnya dia bela adalah Yuwen selaku sepupu perempuan satu-satunya?
"Karena aku menyayangimu, Jinhwan. Bagiku kau adalah Chanwoo untukmu."
Kau adalah Chanwoo untukmu.
Itu artinya, dia amat berharga untuk Mark. Karena Chanwoo pun begitu. Amat berharga untuknya.
Pintu bercat hitam di depannya Jinhwan ketuk—dia sedang tidak ingin menekan bell rumah—dan tak lama terdengar suara orang dari dalam rumah yang mengatakan untuk menunggunya barang sebentar.
Sembari menunggu pintu bercat hitam itu terbuka, Jinhwan merogoh saku celananya dan mengeluarkan sekotak rokok yang masih baru. Merobek segelnya dan mengambil satu batang nikotin dari sana. Rokok berhasil tesulut bersamaan dengan pintu yang terbuka. Jinhwan lebih dulu menghembuskan asap rokok sebelum menyapa orang yang baru saja membuka pintu.
Ada Yuwen dengan rok merah wine selututnya.
"Hai Yuwen." Sapa Jinhwan seakan tidak pernah terjadi keributan diantara mereka sebelumnya.
"Chanwoo belum pulang sekolah."
Jinhwan lantas melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul enam sore.
"Dia ada kelas tambahan."
Alis Jinhwan sukses terangkat, "Kenapa aku tidak diberitahu?"
Pintu terbuka semakin lebar dan Jinhwan paham jika si pemilik rumah mempersilakannya untuk masuk jadi dia mengikuti Yuwen yang sudah berjalan memasuki rumah, membiarkan pintu terbuka begitu saja.
"Apa kau bahkan membuka semua pesan yang Chanwoo kirimkan?"
Jinhwan mendudukkan dirinya di atas karpet di ruang TV sedangkan Yuwen meninggalkannya menuju dapur, mungkin membuatkannya minuman atau apa Jinhwan tidak peduli. Tangan mungil miliknya meraih asbak yang terletak di atas meja dekat TV. Menjentikkan rokoknya kemudian ke dalam asbak.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]
Fiksi PenggemarJune dan Jinhwan terlibat dalam hubungan terlarang. Ketika hubungan keduanya berjalan semakin jauh, Yuwen mengetahui semuanya.