Terhitung sudah dua bulan June menjalani kehidupan pernikahan dengan Yuwen. Dia terpaksa memboyong Yuwen bersamanya ke Korea karena mana mungkin dia meninggalkan Yuwen di China? Mereka sudah menikah, June mana mungkin setega itu. Bagaimana pun sekarang, Yuwen adalah tanggung jawabnya. Hidup dan matinya.
Pagi hari June selalu disambut oleh aroma kopi yang memenuhi indera penciumannya. Sesaat setelah menyelesaikan mandinya, June segera bersiap dan menuju meja makan. Matanya langsung disuguhkan pemandangan Yuwen yang sedang menyiapkan menu sarapan mereka.
Secangkir kopi sudah tersaji di atas meja makan.
"Hari ini kau akan pergi ke mana?" June bertanya setelah menyesap kopinya. Matanya terus tertuju pada Yuwen yang kini sedang menuangkan nasi goreng ke piring.
June tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Yuwen. June membiarkan Yuwen menyelesaikan tugasnya. Setelah satu piring nasi goreng tersaji di depannya, June meminta Yuwen untuk duduk.
"Kau tidak makan?" tanyanya setelah melirik Yuwen yang duduk tanpa sepiring nasi goreng di depannya.
"Aku rasa perutku sedikit tidak nyaman, June."
Jawaban Yuwen membuat June tersentak. "Kenapa? Kau mau ku antar ke dokter?"
"Tidak perlu, June. Aku akan minum minuman hangat nanti. Aku tidak apa-apa."
"Kau yakin?" June bertanya cemas. Pasalnya semalam Yuwen tidak mengeluh apapun padanya. Dia takut bila sesuatu terjadi pada Yuwen.
"Hu'um." Yuwen mengangguk, tidak ingin membuat June khawatir.
June kembali menyantap nasi gorengnya dengan tenang. Matanya sesekali beradu pandang dengan Yuwen yang sedang duduk diam sambil memperhatikannya. "Kenapa?" tanya June saat melihat Yuwen tengah gusar di kursinya.
"Nanti siang boleh aku ke kantormu?"
June mengernyit, "Tentu saja. Kita makan siang bersama nanti."
"Terima kasih June."
Apapun, Yuwen. Apapun untukmu. Tapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut June. Yang bisa dia lakukan hanya mengangguk dengan senyum menghiasi wajah tampannya.
□□
Jinhwan meregangkan tubuhnya saat dirasa seluruh anggota tubuhnya mengalami pegal luar biasa. Dia sudah berjam-jam berdiam diri di depan laptopnya. Tanpa jeda, tanpa istirahat. Jam digital di atas meja kerjanya sudah menunjukkan pukul dua siang. Belum terlambat untuk makan siang.
Membereskan semua kertas yang berserakan, tangan-tangan mungil itu dengan telaten memungut satu per satu kertas yang memenuhi meja kerjanya.
Setelah selesai, laki-laki dengan tubuh tidak seberapa tinggi itu segera menghubungi sekretarisnya. Meminta agar tidak diganggu selama makan siang di luar kantor.
Mengambil dompet, ponsel dan kunci mobil, Jinhwan bergegas ke basement kantornya. Pergi satu jam mungkin cukup. Dia butuh kopi dan makanan berat siang ini.
Sebenarnya hari ini Jinhwan ada janji temu untuk makan siang bersama dengan June dan Yuwen di restoran dekat kantor June. Tapi karena Jinhwan benar-benar sibuk sedari pagi, akhirnya dengan berat hati dia membatalkan janjinya dengan June dan Yuwen. Dan berjanji untuk berkunjung ke rumah mereka nanti malam.
Memutar kemudi ke kanan, Jinhwan membelokkan laju mobilnya memasuki sebuah restoran yang berjarak tidak jauh dari kantor. Mencari tempat kosong untuk memarkir mobil miliknya. Setelah memarkirkan mobil, Jinhwan segera keluar dan berjalan memasuki restoran.
![](https://img.wattpad.com/cover/220534930-288-k735132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]
Fiksi PenggemarJune dan Jinhwan terlibat dalam hubungan terlarang. Ketika hubungan keduanya berjalan semakin jauh, Yuwen mengetahui semuanya.