4

309 43 48
                                    

Malam ini bintang terlihat bertaburan di atas langit sana. Bulan juga turut serta memeriahkan malam ini. Lihat cahayanya yang menerangi gelap malam. Semua lampu akan merasa minder saat melihat cahaya bulan. Cantik dan sempurna.

Jinhwan iri. Iri pada bulan yang bisa bersinar terang di malam gelap. Dia ingin menjadi bulan. Ingin menjadi penerang bagi malam. Ingin menerangi June yang segelap malam.

Tapi Jinhwan tahu, bahwa June sudah memiliki bulannya sendiri. Yang bahkan lebih terang dari cahaya miliknya.

Ini kehidupan, rodanya akan selalu berputar. Jika di kehidupan sekarang Jinhwan tidak bisa mendampingi hidup June, semoga saja Tuhan memberinya kesempatan pada kehidupan selanjutnya.

Semua orang tahu bahwa hidup tidak akan selalu di atas maupun di bawah. Ada kalanya kita berbahagia, ada kalanya pula kita dalam kesulitan.

Mungkin sekarang roda kehidupan Jinhwan sedang berada di bawah, tapi siapa yang tahu besok lusa bisa menjadi harinya yang paling bahagia?

"Aku akan pergi ke rumah Hanbin, mungkin menginap." Jinhwan berlari menuruni tangga setelah mengetuk pintu kamar Yugyeom dengan brutal. Dia sedang buru-buru hingga tidak sempat untuk menemui adik bongsornya itu. Cukup dengan ketukan pintu dan teriakkan.

Ya, malam ini dia akan mengunjungi rumah Hanbin. Untuk minum atau mungkin bermain kartu. Lihat nanti saja, yang terpenting adalah ke rumah Hanbin saja dulu. Lagipula mereka sudah cukup lama tidak bertemu.

Selain karena Jinhwan sibuk dengan pekerjaannya, Hanbin juga ternyata sibuk dengan kekasihnya tentu saja. Hanbin kan tidak sendirian seperti Jinhwan.

Mengeluarkan mobil dari garasi rumah, Jinhwan dengan cepat melesat membelah jalanan kota malam ini. Sudah pukul sembilan malam dan dia tidak mengabari June jika dia akan pergi menemui Hanbin.

Jinhwan hanya ingin berdua dengan Hanbin (atau mungkin bertiga karena bisa saja kekasih Hanbin ada di sana). Tapi itu bukan masalah, selama tidak ada June, Jinhwan sudah merasa cukup. Karena sebenarnya dia sedang menghindari June akhir-akhir ini.


Hanbin mempersilakan Jinhwan untuk memasuki kamarnya. Anak sulung keluarga Kim itu tidak perlu repot-repot menyiapkan air atau camilan untuk Jinhwan. Karena Jinhwan biasanya akan dengan sangat kurang ajar mengobrak-abrik isi kulkasnya.

Lagipula Bobby akan dengan senang hati mengirim banyak camilan dan juga paket ayam goreng untuknya nanti di jam sepuluh malam.

Bobby benar-benar berniat untuk menggagalkan dietnya.

"Jika kau mau merokok, buka jendelanya. Dan hey, jangan kotori ranjangku, Jinhwan." Kesal Hanbin saat melihat Jinhwan menyalakan rokoknya sembari duduk di atas ranjang.

Jinhwan hanya mendengus, Hanbin ini cinta sekali pada kebersihan. Jadi mau tidak mau dia beranjak dari atas ranjang dan memilih untuk duduk di atas karpet bulu milik tuan rumah.

"Mark dan kekasihnya akan menyusul, kau tidak keberatan kan?" Hanbin bertanya sembari membuka jendela kamarnya dan angin malam langsung menerpa wajahnya.

Jinhwan mengangkat bahunya dengan acuh. Dia dan Mark sudah berteman lama, jadi bukan masalah jika anak itu akan menyusul ke mari. "Siapa kekasihnya? Aku tidak tahu dia memiliki kekasih." Heran Jinhwan, karena sepengetahuannya Mark itu tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun.

"Yang ku dengar dari Mark sih namanya Bambam. Anak SMA yang menjadi tetangga apartementnya."

Jinhwan tertawa mendengar jawaban Hanbin, "Jadi dia menjalin hubungan dengan bocah Thailand itu? Ya ampun..."

JUNHWAN - [Amore] SEGRETO[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang