{8} berangkat bareng Mama

1.6K 291 91
                                    

"Mark, makan dulu. Handphone-nya disimpen, nak." Yoona menegur Mark yang sama sekali belum menyentuh sarapannya.

"Iya, Mam bentar." Mark masih berkutat pada ponselnya sebentar sebelum benar-benar meletakkannya. "Nah, udah beres."

"Cepet dihabisin sarapannya, kamu kan ada kelas pagi."

"Iya okay hehe. -Tapi Mam, kenapa pagi ini kita semua berangkat bareng mobil Papa? Biasanya juga kan berempat sama Kak Jaehyun."

"Mama pengen anter kalian, udah lama nggak nganter anak ke sekolah jadi kangen." kata Yoona sambil memotong daging dalam piringnya.

"Kan anak-anak Mama sekarang udah gede semua, harusnya kan Mama yang kita anter kemana-mana." balas Mark senang.

"Mama selalu keinget kalian waktu masih kecil tiap malem, jadi hari ini Mama pengen ikut Papa nganter kalian ke sekolah sama ke kampus. Kebetulan kamu sama Jaehyun kelas pagi. Nggak apa-apa kan, Mark?"

"Of course I don't mind, Mam. Aku malah seneng kok, serius."






"Mama kenapa ya tiba-tiba pengen ikut nganter, Chan?" Jeno berbisik kepada Haechan disela-sela sarapannya.



Haechan yang sedang mengunyah makanan hanya bisa menggeleng pelan dengan sesekali melirik ke arah Mamanya. "Mungkin buat ngilangin bosen, Jen." Jawab Haechan juga dengan berbisik.


"Eh ngidam kali Jen, siapa tau kan."


"Wah bener juga."





"Mah, Jae berangkat dulu ya... Buruan dek sarapannya." Jaehyun sudah sarapan duluan tadi, jadi ia belum tahu kalau Yoona ingin ikut mengantar mereka.

"Bang, kita bareng Papa." kata Mark.

"Oh, gitu. Ya uda-"

"Kamu juga, Jae." tambah Yoona.

Jaehyun yang tadi fokus memasukkan beberapa buku dan laptop kini mengalihkan pandangannya ke meja makan yang berseberangan dengannya. Disana ketiga adiknya sudah memberi kode seperti mengedip-ngedipkan mata, menganggukkan kepala, dan mengangkat ibu jarinya ke udara. Seolah ingin memberi isyarat agar Jaehyun menjawab 'iya' saja.


Jaehyun yang cepat tanggap langsung mengiyakan apa yang Yoona minta. "Ooh o-oke."


Yoona duduk disamping kursi kemudi dengan Donghae yang memegang kemudinya. Jeno dan Haechan duduk dikursi tengah, sedangkan Jaehyun dan Mark berada dikursi belakang. Yoona dan Donghae asyik mengobrol hal-hal random sedangkan keempat putranya sedang ngerumpi dibelakang.


Mereka merasa akhir-akhir ini Yoona memperlakukan mereka seperti anak kecil. Ya sebenarnya tidak masalah sih, tapi rasanya aneh saja. Mama mereka itu jadi lebih pendiam dan suka melamun. Entah apa yang ia pikirkan, Jaehyun sudah menasihatinya agar tidak banyak melamun. Tapi jika bersama Donghae seperti saat ini, Yoona lebih banyak bicara.


Ibu dari keempat orang anak itu juga jadi sedikit posesif dan mudah merajuk. Ia ingin semua orang hanya berfokus padanya. Ia ingin anak-anak dan suaminya lebih sering dirumah dan menghabiskan waktu dengannya.


"Pah, nanti aku sama Haechan pulang sendiri?" tanya Jeno.

"Enggak, nak. Nanti Papa sama Mama jemput lagi."




Sontak keempat bersaudara saling bertatapan. Ini ada apa? Mereka jadi merasa seperti waktu masih SD dulu, diantar jemput Mama dan Papa. Masalahnya ini agar aneh buat mereka, terlebih lagi untuk Mark dan Jaehyun yang sudah duduk di bangku perkuliahan.


"Nanti kalo kalian udah pulang sekolah kita makan di restoran favorit kita ya, kayak dulu. Mama pengen banget kesana karena udah lama banget."

"Haha iya, Mah. Papa aja nggak pernah pergi kesana kalo nggak bareng-bareng gini."

Jaehyun dan Jeno kini diam tak berkutik. Mereka ada acara setelah pulang dari kampus dan sekolah.

"Bang Jae, Jeno, kalian ijin aja udah." Mark berbisik.


"Iya, nanti kalo lo berdua nggak ikut pasti Mama sama Papa bakal kecewa banget tuh. Liat deh, udah berharap banget biar kita semua bisa ikut." lanjut Haechan.


"Ya kenapa nggak bilang dari kemarin aja sih? Mana bisa rapatnya dibatalin?" keluh Jaehyun.


"Ah pasti bisa, nanti gue juga mau ijin aja. Orang ganteng kayak lo pasti juga gampang lah bang kalo mau ijin." Cetus Jeno yang kemudian dibalas anggukan oleh Jaehyun.


"Hm. Iya iya deh gue usahain."


Yoona seolah ingin terus bersama dengan mereka, seperti takut bila akan jauh dari keluarganya yang bahagia itu. Entah perasaan apa yang bergelayut dalam hatinya. Tapi intinya, ia hanya ingin bersama keluarganya.





-tbc.

chapter 8 kayaknya belum terlalu mantep, ak pub untuk merayakan cover baru ahahhaa :v

padahal jg nggak bagus sih, tp yg jelas ak seneng krn bikin sendiri :")

MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang