{14} foto

1.9K 281 148
                                    

"Kakakkkk.... Ayo main!!!" siang itu aktivitas tidur Haechan dibuyarkan oleh teriakan nyaring dari sang adik yang menggema di seluruh penjuru ruangan rumah mewah keluarga Lee.

Haechan menggeliat berusaha menggapai bantal disebelahnya. Keinginannya untuk bermalas-malasan setelah kuliah pagi sirna seketika saat Lami datang dan menggoyang-goyangkan tubuhnya yang terbaring tak berdaya dikasur. Ya, Lami adalah malaikat kecil kesangannya.

"Lam, kamu main sama Kak Jeno aja ya. Kakak ngantuk nih," kata Haechan sambil memajukan bibirnya.

"Kak Jeno kan belum pulang,"

"HAH?!?! Belum pulang?!?!" seruan Haechan mendapat anggukan dari Lami. "Sama Kak Mark deh ya, atau sama Papah aja?"

"Kakak, kan Lami dirumah cuma sama Kak Haechan,"

Haechan penepuk keningnya karena sesaat melupakan kenyataan itu. "Iya juga ya, lupa astaga."


Lami merengek lagi meminta Haechan agar menemaninya bermain yang akhirnya disanggupi olehnya. Adiknya itu menarik tangan Haechan keluar dari kamar dan bermain boneka-bonekaan di ruang tamu yang sangat luas. Lami hari ini tidak bersekolah karena kelas diliburkan sebab komite sekolah mengadakan rapat. Ia bersekolah di sekolah dasar elite di kawasan ibu kota.


Lami memasang bando Minnie mouse miliknya dikepala Haechan lalu memberinya sebuah tongkat peri yang katanya bisa mewujudkan keinginan anak-anak yang bersikap baik. Haechan hanya bisa pasrah dengan mata yang sesekali terpejam karena luar biasa mengantuk. Semalam ia tidak tidur karena lupa mengerjakan tugas kuliah padahal sudah diperingatkan berkali-kali oleh Jeno, bebal memang.


"Peri jangan tidur, ayo kita main," Lami menepuk-nepuk pipi Haechan yang kini mendengkur sambil duduk. Karena kesal Haechan tidak kunjung bangun akhirnya Lami mencubit kedua pipi kakaknya itu.


"AW...AW... Sakitttt!!!!" Haechan mengelus pipinya yang nyeri sehabis dicubit. Mungkin Lami menjadi sedikit barbar karena menurun dari sifatnya.



"Yeayyy peri bangun lagi, ayo jangan tidur. Princess Lami kesepian,"


"Yah, Lam. Kamu kesepian tapi peri ngantuk nih, bobo dulu ya bentar?"


"Nggak boleh tidur, ayo main,"



"Jangan main boneka dong makannya, kan jadi pengen tidur," Haechan merebahkan tubuhnya diatas boneka-boneka milik Lami. Beberapa diantaranya sudah menghilang dari balik punggung Haechan.


"Kakak!!! Jangan didudukin unicorn-nya, —tuh kan nangis!!!" Lami menarik boneka unicorn berambut ungu dan mengelusnya saat hampir gepeng setelah diduduki Haechan.


"Ehe maaf,"


Haechan jadi merasa bersalah, tapi disisi lain ia juga mengantuk. Kini Lami duduk memunggunginya sambil masih mengelus rambut ungu boneka unicorn-nya.


"Lami jangan ngambek dong, Kakak nggak sengaja tau,"


"Oke, tapi kakak harus dihukum!" jawab Lami ketus. Imut sekali sampai membuat Haechan gemas.


"Hmmm iya deh, nggak apa-apa dihukum asalkan Lami nggak marah sama Kak Echan,"


"YES!!!"


"Kenapa, Lam?" Haechan merasakan firasat aneh. Jangan-jangan Lami mau memasang kuku-kuku gemerlap dijari kakinya? Itu adalah mimpi buruk bagi Haechan.


"Hukumannya— kita main petak umpet tapi Kakak yang jaga ya,"


"Haha gampang, kamu kan nggak pinter ngumpet hahahaha," Haechan tersenyum lega, nyaris saja.


MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang