"Halo Jen," suara berat Jaehyun memulai percakapan diantara mereka.
Jeno celingukan, mengedarkan pandangannya untuk memastikan sekali lagi jika Haechan sedang tidak ada disebelahnya.
"Halo Bang Jae, ada apa?"
"Nggak apa-apa, emang nggak boleh nelfon adeknya sendiri?" terdengar sang kakak terkekeh pelan menanggapi pertanyaannya.
Jeno memutar kedua bola matanya malas. "Ya nggak masalah sih. Tapi kenapa selama ini selalu gue yang lo telfon duluan? Mark sama Haechan?"
"Mark? Huh, kita kan sering ketemu di kantor. Kalo Haechan, emang dia mau ngangkat telfon dari gue?"
"Ya lo sendiri belum pernah ngehubungin Haechan, gimana bisa tau?" jawab Jeno sarkas.
"Gue nggak yakin, cuma lo satu-satunya saudara yang bisa gue hubungin," mendengarnya membuat Jeno mendengus.
Terakhir kali Haechan memang memblokir nomor ponsel lama milik Jaehyun saking kecewanya, tapi Jeno berhasil membujuk untuk tidak melakukan hal itu. Namun Jaehyun malah mengganti nomor ponselnya dan hanya Jeno yang sering dihubungi sampai saat ini. Menghubungi ayahnya pun juga sepertinya jarang.
"Bang?" panggilan Jeno memecah keheningan yang terjadi diantara mereka selama beberapa detik.
"Iya, kenapa?"
"Lo nggak nanyain adek kita?"
"Jangan pernah bahas dia bisa nggak?!?!" suara Jaehyun berubah meninggi. "Kepala gue udah cukup pusing habis ribut sama Mark. Gue nelfon lo tuh buat---"
"Tunggu, ribut sama Mark? Kenapa lagi, hah?
Jaehyun berdehem kecil. "Masalah kantor, lo nggak perlu tau."
"Sialan!" batin Jeno kesal. "Ya udah kalo gitu, gue tutup dulu panggilannya."
"Sebelum lo tutup, apa kita bisa ketemu?"
"Maaf bang, gue lagi sibuk kuliah sama ngurusin keperluan rumah," alibi Jeno, berusaha mengelak dengan sehalus mungkin.
"Okay. Sorry udah ganggu waktu lo, Lee Jeno," balas Jaehyun lesu.
Jeno memutus panggilan dari kakaknya. Jaehyun selalu saja bertengkar tentang urusan kantor dengan Mark, membuat dirinya kadang lelah dan muak mendengarnya.
Hal itu membuat Jeno berpikir, apa jadinya kalau nanti dirinya dan Haechan juga bekerja di perusahaan ayah mereka juga? Bisa-bisa kantornya bangkrut karena pewarisnya tidak memiliki korelasi yang baik.
Selama ini Jeno menjadi tempat bagi Jaehyun bercerita tentang keluh kesahnya menghadapi pekerjaan dan hubungan persaudaraan mereka yang kurang harmonis. Jeno kadang menyesal menjadi rumah bagi orang yang tidak punya hati seperti Jaehyun, tapi bagaimanapun juga pria itu tetaplah kakaknya.
Diam-diam ia sering mengiyakan ajakan Jaehyun untuk bertemu walau hanya sekedar mengobrol ringan di sebuah cafe, tanpa sepengetahuan Mark dan Haechan tentunya. Jeno berharap dirinya bisa menjadi jembatan penghubung untuk memperbaiki keretakan persaudaraan dalam keluarganya.
"Terimakasih sudah berkunjung, silahkan datang kembali," kata seorang penjaga kasir.
"Ah iya, tentu. Terimakasih kembali," Jeno pun mengambil beberapa kantung berisi bahan makanan yang baru saja ia beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA
FanfictionKetika jiwa yang baru telah lahir, bukan perasaan bahagia yang menyambut namun sebaliknya. Duka yang seharusnya dihapus perlahan berubah menjadi benci yang teramat dalam. Ego menjadi tokoh utama, mengendalikan akal hingga tak lagi jernih dalam berti...