"Tolong pergi ke pasar ya, belikan saya ikan salmon segar," pinta Nyonya Kim Young Ok kepada seorang perempuan yang bekerja di rumahnya.
"Baik Nyonya, saya pergi sekarang."
Luda bergegas mengambil dompet dan pergi keluar. Cuaca dingin bulan Desember mengharuskannya mengenakan pakaian yang cukup tebal agar tidak merasa kedinginan. Saat membuka pintu depan, yang ia dapati pertama kali adalah kehadiran seorang pria bertubuh jangkung, sepertinya baru saja akan mengetuk pintu.
"Maaf, kamu siapa? Ada perlu dengan Nyonya?" tanya Luda ramah.
Sebelumnya Nyonya Kim tidak memberi tahu Luda kalau akan ada tamu yang datang, jadi langsung ia simpulkan jika laki-laki asing ini bisa jadi tamu yang belum membuat janji dengan sang pemilik rumah. Luda pun tetap akan mengijinkan orang itu untuk masuk, dari penampilannya tidak kelihatan seperti orang yang mencurigakan.
Semoga saja tidak merencanakan hal yang macam-macam saat sudah masuk nanti.
"Ah, i-iya. Saya mau ketemu—"
"Kalau begitu silahkan masuk, mari saya antar ke dalam," tawar Luda dengan sopan.
Laki-laki itu sempat menatap Luda aneh sampai akhirnya dia pun mengikuti langkah kaki sang gadis hingga masuk ke dalam rumah. Luda membawanya ke tempat dimana Nyonya Youngok berada.
"Itu Nyonya Kim," ujar Luda. "Saya buatkan minuman dulu, ya. Permisi."
"Eh," laki-laki itu mencekal lengan Luda. "Ngomong-ngomong kamu siapa?"
"Saya Lee Luda, asisten paruh waktu yang baru disini," jawab Luda kemudian membungkuk sembilan puluh derajat.
Si lelaki tersenyum. "Mmm, terimakasih udah bukain pintu buat saya."
Luda mengangguk lalu membungkuk sopan dan segera meninggalkan tamu yang masih berdiri di tempatnya tersebut. Bukan bermaksud tidak sopan karena ia diam-diam memperhatikan dari balik pilar kayu, hanya saja Luda merasa sedikit khawatir jika terjadi sesuatu diluar dugaannya nanti.
"Nenek, apa kabar?"
Seketika itu juga Luda menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dirinya benar-benar tidak menyangka kalau tamu yang baru saja ia antar masuk adalah cucu dari Nyonya Lee Youngok. Sedangkan yang dipanggil pun kini hanya menatap cucunya dengan singkat, seolah tidak mengharapkan kehadirannya.
"Berani-beraninya kamu datang kesini," ucap Nyonya Youngok dingin. "Pulanglah! Apa setelah kejadian itu aku masih nenekmu?!?!"
Jaehyun diam membeku. Begini kah sambutan selamat datang untuk dirinya?
"Nek," panggil Jaehyun. "Jae datang kesini karena kangen dan pengen ketemu sama Nenek. Apa itu sebuah kesalahan?"
Nyonya Youngok tidak membalas, dirinya justru kembali duduk membelakangi Jaehyun yang kini menatapnya nanar. Jaehyun tidak tahu kalau sang nenek diam-diam menahan rasa perih dalam hati dan berusaha sekuat mungkin untuk tidak menumpahkan semua itu padanya.
"Sekarang hari ibu, Jae mau ngajak Nenek pergi ke makam Mama," lanjut Jaehyun. Ucapannya masih tidak digubris.
Nyonya Youngok menggenggam erat syal yang ia kenakan. Dadanya terasa sesak saat satu persatu perkataan menyakitkan yang dilontarkan Jaehyun tujuh tahun lalu kembali bergema dalam benaknya.
"Mama udah nggak ada. Terus lo pikir gue hidup buat ngebahagiain siapa lagi, hah?"
"Gara-gara dia, Mama jadi meninggal. Harusnya dia nggak pernah ada disini!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA
FanfictionKetika jiwa yang baru telah lahir, bukan perasaan bahagia yang menyambut namun sebaliknya. Duka yang seharusnya dihapus perlahan berubah menjadi benci yang teramat dalam. Ego menjadi tokoh utama, mengendalikan akal hingga tak lagi jernih dalam berti...