Spoiler ah, akhir cerita mengandung bawang. Siapkan lagu Beautiful - Crush, Goodbye - Wendy atau kalo nggak ya Hard for Me - Doyoung
tapi terserah deh, biar ada sedihnya gitu😂🤣***
Tanpa mereka sadari hari kelahiran telah tiba seminggu lebih cepat dari perkiraan dokter sebelumnya. Yoona sudah merasakan kontraksi sejak dini hari. Hal itu otomatis membuat suami dan keempat putranya panik bukan kepalang melihat Yoona yang terus memegang perutnya menahan rasa sakit pastinya. Secepatnya Yoona langsung dibawa ke rumah sakit untuk melaksanakan persalinan.
Matahari sudah muncul ke permukaan menampakkan cahaya terangnya saat Yoona masih berada didalam ruang bersalin ditemani Donghae tentu saja. Si empat bersaudara menunggu diluar dengan perasaan was-was. Terutama Jaehyun yang sempat ingin memaksa masuk untuk menemani Yoona tapi ditahan oleh beberapa perawat yang berjaga.
Mark mondar-mandir sambil menggigit ujung kuku ibu jarinya. Sedangkan si kembar Jeno dan Haechan hanya bisa duduk menggelesot dilantai rumah sakit selama mengunggu proses bersalin.
Tiba-tiba Jaehyun bangkit dari duduknya, " Gue cari angin dulu ya." Ucapnya sebelum meninggalkan adik-adiknya.
Jaehyun menyusuri koridor rumah sakit yang tampak lengang. Ia hanya berpapasan dengan beberapa perawat dan seseorang perempuan yang memakai kursi roda dengan seorang laki-laki yang mendorong kursi rodanya. Mereka berhenti pada salah satu ruangan yang dibatasi oleh kaca.
Rupanya ruangan itu adalah tempat untuk para bayi yang baru saja lahir. Langkahnya ikut terhenti dan menatap bayi-bayi yang diselimuti kain hangat itu dari kejauhan. Ada yang tertidur pulas dan ada pula yang menangis. Sebuah senyuman hangat melengkung di bibirnya. Tak lama lagi adiknya lah yang akan berada di ruangan itu.
"Semoga..." Jaehyun lantas beranjak kembali ke ruang tunggu.
***
"Astaga, bang gue lupa beli bunga!" Jeno memekik sambil mengacak rambutnya.
"Bunga? Buat apa bunga?" tanya Mark.
"Dulu gue sempet kasih Mama bunga mawar sama aster kan, terus minta dibawain aster pas lahiran. Eh, malah lahiran sekarang."
"Ya udah, sana buruan!"
"Kunci mana kunci?"
"Itu dibawa Haechan." Jeno langsung menyambar kunci motor Scoopy milik Mamanya digenggaman Haechan yang sekarang tertidur dengan menyenderkan kepala di dinding dengan mulut sedikit terbuka.
Jeno bergegas membawa motornya meninggalkan halaman parkir rumah sakit dan menuju ke tempat dimana ia membeli dua tangkai bunga beberapa bulan yang lalu. Toko dengan hiasan bunga-bunga plastik itu terlihat sepi ditambah lagi terdapat tulisan 'close' dipintu masuknya.
"Yah, malah tutup!" Keluhnya kesal.
Jeno membuka internet mencari toko bunga terdekat yang berada disekitar sini. Tapi nihil, jajaran toko bunga yang muncul dilayar ponselnya jaraknya cukup jauh. Jeno tidak punya banyak waktu untuk pergi kesana. Ia tak ingin berlama-lama diluar rumah sakit. Mungkin ia akan meminta maaf kepada sang Mama sambil menangis karena tidak membawa bunga yang Mamanya inginkan saat hari kelahiran. Karena sudah putus asa, Jeno memutuskan untuk kembali ke rumah sakit.
"Mau beli bunga, nak?" Tanya seseorang saat Jeno hampir menyalakan mesin motornya.
"I-iya, Pak. Yang jual kemana, ya?"
"Yang punya lagi berobat ke luar negeri. Cari bunga apa kalo boleh saya tau?"
"Oh. Umm bunga aster ungu, Pak." gumam Jeno.
"Mari ikut saya sebentar." Jeno menatap bapak-bapak paruh baya itu ragu. Tapi kedua kaki panjangnya membawa dirinya berjalan mengekor dibelakang pria tua itu. Mereka berjalan menyusuri gang kecil disamping toko bunga yang tutup.
Jeno masuk ke dalam bangunan ruko kecil agak jauh dari tempat ia memarkirkan sepeda motornya. Tempat itu dipenuhi bunga, sangat mirip dengan -toko bunga?
"Ini." Pria itu memberi Jeno sebuket aster ungu. "Kebetulan saya punya, ambil saja nak."
Kedua bola mata Jeno berbinar melihat keajaiban didepannya. "Terimakasih banyak, Pak. Berapa semua ini?"
"Sudah ambil saja, kebaikan nggak semestinya dibayar pakai uang, kan?" Kata pria itu. "Mau kamu kasih untuk siapa bunga ini?"
"Buat Mama saya, beliau hari ini mau melahirkan. Sebelumnya Mama pengen saya bawa bunga aster saat hari kelahiran."
"Wah berarti nanti adikmu perempuan, dia pasti akan tumbuh jadi gadis yang cantik." Pria paruh baya itu terkekeh seolah ikut gembira. Jeno tertegun mendengarnya. Jadi itu sebabnya? Mamanya ingin dibawakan bunga aster karena bayi yang ada didalam kandungannya itu perempuan.
Jeno baru ingat artikel tentang bunga aster waktu itu, '...bunga aster melambangkan kelembutan dan kecantikan...'
"Cepat bawa ini ke Mama mu, sampaikan salam bapak untuk orang tuamu ya..."
"Jeno, nama saya Jeno."
"Ah ya, Jeno, nama yang bagus. Hati-hati di jalan, nak."
"Iya pak terimakasih banyak. Sehat terus ya bapak."
"Jangan lupa sering-seringlah mampir ke tempat orang tua ini." Pria tua itu melambai pada Jeno yang kini sudah berjalan menjauh.
***
Setelah melepas helmnya, Jeno bergegas menuju tempat dimana ia menunggu sang Mama bersalin.
"Semoga aja belum telat."Jeno mengatur nafas sebelum mendekati ketiga saudaranya yang kini sudah berdiri di depan pintu ruang bersalin. Tunggu -sudah ada dokter dan Papa yang berdiri disana. Apa bayinya sudah lahir?
"Loh pah, kok udah keluar? Mama mana? Udah lahir bayinya? Wah, Jeno telat dong, ya?" Tanya Jeno panjang.
Suasananya hening, semua menunduk. Bahkan kini Jaehyun tersungkur ke lantai. Donghae diam tanpa ekspresi, tatapannya kosong. Mark menutup kedua matanya dengan tangan. Jeno mengerutkan alisnya, ia semakin tidak mengerti melihat semua pemandangan dihadapannya ini. Kini Haechan menghampiri Jeno, memeluknya dengan sangat erat.
"Mama udah nggak ada, Jen." ucap Haechan parau disela-sela isakannya.
Goodbye Mama~—tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA
FanfictionKetika jiwa yang baru telah lahir, bukan perasaan bahagia yang menyambut namun sebaliknya. Duka yang seharusnya dihapus perlahan berubah menjadi benci yang teramat dalam. Ego menjadi tokoh utama, mengendalikan akal hingga tak lagi jernih dalam berti...