{23} hari ibu

1.2K 158 69
                                    

Hari ini tanggal 22 Desember.


Seperti biasa, Jaehyun selalu meliburkan kantornya walaupun bukan hari libur nasional. Memberi jeda kepada para karyawannya untuk libur dan menghabiskan waktu satu hari bersama keluarga terutama ibu mereka lalu mengirim bukti dokumentasinya ke dalam grup chat formal kantor. Kebiasaan itu sudah ia lakukan semenjak menjabat sebagai pimpinan cabang.

Kehadiran seorang ibu begitu berarti dalam kehidupan semua orang, tak terkecuali untuk Jaehyun sendiri. Namun ia tak lagi memiliki kesempatan itu. Kesempatan untuk melihat senyum ibunya yang kian menua, membuat ibunya bahagia ketika melihatnya sukses dan menikah, semua itu sudah tidak ada lagi. Dari situ lah, Jaehyun tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama seperti dirinya.

Mungkin sesaat Jaehyun lupa. Bukan cuma dirinya yang tidak bisa lagi mendapatkan pelukan hangat dari seorang ibu, tapi keempat saudaranya juga.

Dan yang Jaehyun lakukan kini hanya sekedar menatap kosong layar televisi LED keluaran terbaru yang menampilkan berita seputar sekolah-sekolah yang selalu memperingati hari ibu dengan cara mengadakan festival.

"Baik, pemirsa. Hari ini saya sedang berada di Rookie Elementary School. Yaitu salah satu sekolah dasar ternama di Seoul," ucap salah seorang pembawa berita perempuan. "Bisa Anda saksikan, di belakang saya ada banyak sekali siswa yang hadir ke sekolah bersama ibu mereka."

Jaehyun masih belum menyadari sesuatu disana. Sampai tiba-tiba ada seorang gadis kecil dengan rambut hitam terurai berlari kecil melewati kamera sambil memeluk sesuatu dalam dekapannya. Seketika Jaehyun langsung beranjak dari duduknya dan mencondongkan tubuhnya ke depan layar televisi.

"Itu bukannya... Lami?" gumam Jaehyun.

Jaehyun buru-buru mencari ponselnya dan mencari nomor milik Hansol. Ia tidak bermaksud mengganggu, namun ini terlewat penting menurutnya. Berulangkali Jaehyun mencoba menelepon tapi tak kunjung mendapat balasan dari orang diseberang sana. Karena kesabarannya mulai habis, Jaehyun pun menyambar mantel dan kunci mobil untuk pergi ke tempat yang ia inginkan.

Namun pada detik berikutnya ponsel yang tersimpan di saku mantel milik Jaehyun berdering, menandakan ada telepon masuk dari seseorang.


Secretary Choi is calling...


"Halo, ada yang bisa saya—"

"Kamu kemana, sih? Saya telepon berkali-kali kenapa nggak diangkat?" tanya Jaehyun.

"M-maaf, saya sedang membantu ibu saya memanggang daging di dapur," jawab Hansol. "Sekali lagi maaf, Pak."

Mendengarnya membuat Jaehyun sedikit merasa bersalah, padahal hari ini ia bahkan tak boleh mengganggu hari libur para karyawannya atas peraturannya sendiri. Tapi justru Hansol yang sedang ia ganggu sekarang.

"Saya lupa, harusnya saya nggak menelepon kamu hari ini," sesal Jaehyun dengan suara rendah.

"Nggak apa-apa, Pak," jawab Hansol cepat. "Pak Lee bilang saja, akan segera saya kerjakan kalau memang urgent."

"Kamu pernah saya tugaskan untuk mencari dimana sekolahnya Lami, kan? Tolong kasih tau saya sekarang," pinta Jaehyun.

"Baik, Pak," sahut Hansol cepat. "Setelah saya telusuri beberapa hari yang lalu, Lami itu bersekolah di Rookie Elementary School yang ada di kawasan Seoul."

"Ya udah. Nikmati daging panggang buatanmu," setelah berkata demikian, Jaehyun langsung mengakhiri panggilannya tanpa mengucap terimakasih.

MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang