Hansol menatap Jaehyun yang sedang berkutat dengan berlembar-lembar kertas berisi rincian biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pria itu meneguk salivanya, merasa ragu bagaimana untuk melontarkan kalimat yang sejak tadi berputar didalam kepalanya.
Hansol maju dua langkah menuju meja kerja Jaehyun. "Pak Lee, saya mau tanya sesuatu."
"Apa Sekretaris Choi? Silahkan tanya aja," jawab Jaehyun. Kedua matanya bahkan tidak berpaling kepada Hansol.
"Sepertinya Anda sudah lama nggak bertemu dengan Pimpinan Lee, apa tidak mau menyempatkan waktu barang sebentar, Pak?"
Hansol bertanya dengan penuh kehati-hatian. Hatinya seolah lega karena telah menyampaikan pesan dari Pimpinan Lee atau Donghae yang tiba-tiba menghubunginya satu jam lalu. Hansol berhasil dibuat panik tadi, takut kalau secara tidak sadar telah membuat kesalahan besar. Korupsi misalnya, tapi jelas tidak mungkin.
Jaehyun menghentikan aktivitasnya dan memandang Hansol dengan tatapan malas. "Ck, saya kira pertanyaan penting."
"T-tapi ini kan juga penting, Pak. Pimpinan Lee adalah ayah Anda."
"Arghh, udah lah! Pikirin pekerjaan kamu sendiri. Tolong tinggalkan ruangan saya!" bentak Jaehyun.
"Tapi, Pak..."
"Sekarang!"
Semarah itu Jaehyun menanggapi pesan yang Hansol sampaikan. Sekretarisnya pun manusia, tentu ada rasa kesal dihati Hansol ketika Jaehyun mengusirnya dengan nada tinggi. Hansol pun membungkuk sopan dan berjalan meninggalkan ruangan Jaehyun.
Sebelum menutup pintu, Hansol berhenti sejenak. "Pimpinan Lee tadi menghubungi saya, beliau ingin bertemu dengan Anda, Pak. Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Permisi."
Cklek!
Jaehyun memijat pelipisnya. Memang terhitung cukup lama sejak ia terakhir kali bertatap muka dengan sang ayah. Walaupun terkadang berada di kantor yang sama, Jaehyun selalu menghindari ayahnya tanpa alasan. Antara rasa bersalah dan benci, Jaehyun sendiri juga tidak mengerti.
Harusnya ia berpikir dua kali, untuk apa membenci ayahnya sendiri atas kebodohan yang telah diperbuatnya?
Jaehyun melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, pukul sebelas lewat lima menit. Ia pun berjalan pergi meninggalkan ruang kerjanya dan masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai dasar.
Semua orang yang melihat Jaehyun keluar dari lift langsung membungkuk sebagai tanda hormat. Pria itu begitu menawan namun juga disegani. Hansol kebetulan sudah berada didepan bagian resepsionis dan menyadari Jaehyun meninggalkan kantor menggunakan mobilnya. Dalam hati ia berharap, semoga atasannya itu pergi menemui Pimpinan Lee.
Jaehyun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang begitu tinggi di ruas jalan menuju pusat kota. Hanya satu orang yang terus terpikirkan dalam benaknya. Dan Jaehyun merasa ia harus bertemu dengannya hari ini juga, seperti sudah tidak punya kesempatan lagi diesok hari.
Satu setengah jam kemudian, Jaehyun akhirnya sampai di area parkir Rumah Sakit Havana. Tentu ia ingin menemui seseorang, siapa lagi kalau bukan Lami? Hanya gadis kecil itu yang muncul dalam pikirannya. Mengingat senyum manis yang selalu terukir diwajah Lami membuat hati Jaehyun tenang.
Dengan langkah tergesa, Jaehyun berjalan menuju taman rumah sakit. Ada banyak orang disana, tapi tidak satu pun yang memiliki ciri-ciri seperti gadis kecil yang ia rindukan. Jaehyun lalu berinisiatif untuk mencari Mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA
FanfictionKetika jiwa yang baru telah lahir, bukan perasaan bahagia yang menyambut namun sebaliknya. Duka yang seharusnya dihapus perlahan berubah menjadi benci yang teramat dalam. Ego menjadi tokoh utama, mengendalikan akal hingga tak lagi jernih dalam berti...