Yoongi berdecak saat handphonenya berdering untuk yang kesekian kali, mengusap-usap matanya sebentar sebelum berusaha untuk segera bangun dan meraih handphonenya yang berada di atas nakas."Astaga ngapain lagi sih nih anak" desah Yoongi agak jengah karena lagi-lagi nama Jimin terpampang sebagai penelpon.
Padahal baru dua jam lalu mereka selesai berteleponan hingga tengah malam, dan Yoongi baru menidurkan tubuhnya sebentar, pacarnya sudah kembali menelpon.
Tapi mau tak mau Yoongi tetap menjawab panggilannya, "Kenapa lagi sih"
"Aku gak bisa tiduur ㅡhiks" terdengar suara lirih Jimin dari balik telepon dan juga suara sesegukan diakhir.
Yoongi menggaruk-garuk lehernya brutal sebagai pelampiasan kekesalannya "Terus aku harus apaa???"
"Temenin begadang, mau videocall"
"Aku ngantuk ah" tolak Yoongi mentah-mentah
"Kamu tega banget sih, aku sendirian di sini. Aku takut"
"Udah sebulan masa masih takut"
"Soalnya temen se-kosan pada belum pulang dan kayaknya mereka gak pulang. Aku takut tau"
"Gak ada apa-apa sayang, gak usah takut. Kamu selimutan aja"
"Tetep gak bisa Yoongi"
"Yaudah makanya aku kesana juga ya, biar bisa temenin kamu disitu"
"Jangan!!"
"Dari pada kayak gini terus? Aku keganggu tau gak?" ucap Yoongi tanpa sadar, bahkan sedari tadi matanya terpejam saat mengobrol.
"....."
Merasa tidak ada suara di seberang sana, Yoongi menjauhkan handphonenya untuk mengecek. Masih tersambung kok.
"Halo?"
"Maaf kalo aku ganggu kamu terus, aku tutup ya" cicit Jimin dari balik telponnya.
"Eh ㅡJim? Sayang? Ga gituu ㅡastagaa!!"
Yoongi menghempas handphonenya di atas kasur, meremas rambutnya sendiri dengan kesal. Kesal atas kebodohannya sendiri.
"Salah ngomong lagi gue, goblok banget lo Yoongi!!"
;
Sementara itu di kamarnya, Jimin tengah mengusap air matanya yang sedari tadi berjatuhan. Dia tidak bohong saat mengatakan dirinya sedang takut. Karena gedung kosannya saat ini benar-benar sepi dan hal itu membuat pikirannya mulai kemana-mana. Makanya dia berinisiatif menghubungi Yoongi, satu-satunya orang yang dia pikir bisa mengurangi rasa takutnya tapi nyatanya lelaki itu sama sekali belum berubah.
Jimin mengusap air matanya, menscroll nomor telepon siapapun yang ada di kontaknya yang menurutnya bisa menemani di malam yang sepi ini. Tapi Jimin sadar, dia belum punya banyak teman di sini. Walaupun sudah satu bulan pindah ke Busan, tapi Jimin belum bisa berinteraksi dengan banyak orang. Bukan dia takut atau malu, hanya saja dia tidak bisa mengawali percakapan dengan mereka semua.
Tapi ada satu orang yang cukup dekat dengan Jimin akhir-akhir ini.
, Kang Daniel
Jari Jimin agak ragu saat akan memencet icon telepon pada nomor Daniel, dia takut Daniel akan terganggu dengan teleponnya. Tapi,
"Hallo? Jimin?"
Jimin tersadar dari renungannya saat seseorang menyahut dari balik sana, rupanya Jimin tidak sengaja memencet icon telepon tersebut.
"D-Daniel, lo belum tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Sunshine ; YoonMin [END]
FanfictionㅡFluff but make it sad. tw // cheating, harshword, manipulating, NSFW.