Enjoy this Story and Happy Reading ❤️
📒📒📒📒📒
"zic." Panggil jeral pada Zico yang sedang sibuk memetik gitar di sampingnya. Sekarang mereka sedang berada di balkon kamar jeral, menikmati semilir angin sore yang menerpa pelan wajah kedua pria itu.
"Apa?" Jawab Zico tanpa menghentikan petikan gitarnya.
"Gue mau nembak lesya." Ungkap jeral. Dia kira Zico akan terkejut dengan pengakuannya ini. Namun nihil, Zico memasang wajah biasa aja dengan tetap memetik gitar.
"Nanti mati kalo Lo tembak." Tutur Zico dengan tak berdosa.
Jeral menggertakkan giginya kesal. "Bukan nembak pake pistol juga setan."
Zico terkekeh pelan ketika berhasil membuat temannya ini kesal.
"Kapan?" Tanya zico yang sepertinya sudah serius sekarang.
"Besok. Soalnya besok ulang tahun lesya."
Zico menghentikan petikannya, dia memegang dagunya seperti orang yang sedang berpikir keras. Matanya memandang ke atas berusaha mencari suatu ide.
"Bantuin gue." Pinta jeral tak sabaran.
"Yah sabar bego!"
Jeral mendengus kesal. Dia membiarkan saja Zico sibuk dengan pikirannya. Jeral mengambil alih gitar yang berada dipangkuan Zico dan memetiknya sehingga menghasilkan melodi yang indah.
Aktivitas jeral terhenti ketika Zico tiba-tiba menarik paksa lengan baju pendeknya dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Gila lo! Ekstrem banget!" Ucap jeral menolak rencana Zico dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nggak ada penolakan. Lo mau nembak dia nggak?"
Jeral menghela pelan. Sudahlah, dia akan mengikuti rencana gila dari Zico. Berhasil atau tidak itu terserah pada Tuhan saja.
*****
Titonius duduk dengan pandangan kosong ke depan di kursi kerjanya. Dia meraih sebuah foto dari laci mejanya kemudian tersenyum kecil ketika melihat 3 orang di dalam sana.
Istrinya Nia, anaknya lesya, dan dirinya. Mereka terlihat sangat bahagia di dalam foto itu.
Titonius menghela pelan. Dia menyimpan kembali foto itu ke dalam laci dan mengambil selembar kertas hasil tes laboratorium.
Matanya berair ketika melihat hasil tes itu. Dimana darah lesya tidak sama dengan darahnya.
Iya! Ini adalah salah satu alasan mengapa Titonius tidak pernah menganggap lesya ada di rumah ini.
Kenangan 8 tahun yang lalu terlintas begitu saja di otaknya.
10 tahun yang lalu
"Kamu harus tau Toni! Dia itu bukan anak kamu! Percaya sama ibu." Ucap Fatma, ibu Toni.
Fatma tak pernah setuju jika anaknya menikah dengan Nia. Dia sangat tidak menyukai perempuan itu karena berasal dari keluarga yang sangat tidak mampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIGOLD ✓ [END]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] √ADA BEBERAPA PART YANG DIPRIVAT. √FOLLOW DULU SEBELUM BACA! √PALGIATOR HARAP MENJAUH!! Namaku Lesya Adriana. Cantik bukan? Namun tidak dengan kehidupanku yang penuh dengan lika-liku, luka dan penderitaan. Tapi aku selalu memancarkan...