Chap 52/ Menuju Akhir

10.2K 561 39
                                    

Dua Minggu sudah berlalu, setelah diberitahu bahwa Lesya dikeluarkan dari sekolah, gadis itu memang tidak pernah memperlihatkan wujudnya lagi di sana. Dia menuruti dan mematuhi keputusan yang telah diambil oleh pihak sekolah walaupun kesalahan itu bukanlah perbuatan dia sepenuhnya.

Sudah dua Minggu pula Jeral dan Monic semakin dekat. Gadis itu berhasil merebut semuanya dari Lesya. Jeral dan semua temannya juga para guru yang sering membanggakan dirinya juga tak luput dari Monic. Semua sudah didapatkan oleh gadis itu, kebahagiaan yang seharusnya dimiliki oleh Lesya dengan keji diambilnya begitu saja.

Jeral, Monic, Elvan, Lala, Zico dan Neza kini sedang menghabiskan waktu istirahat di kantin. Mereka bercanda tawa seperti tidak pernah melakukan kesalahan apapun terhadap seseorang yang pernah dekat dengan mereka.

"Jadi kalian kapan tunangannya?" Tanya Zico pada Jeral dan Monic.

"Bulan depan." Jawab Jeral datar.

Monic mengangguk antusias, "iya! Kalian datang yah!"

"Pasti! Tapi ada makan gratiskan?" Tanya Zico.

"Ada dong, calon tunangan gue kan anak sultan." Jawab Monic menyombongkan Jeral di depan mereka semua.

"Hush! Kamu bisa aja." Ucap Jeral sembari mengelus lembut puncak kepala Monic.

"Jangan diacak Aldi, nanti rambut aku berantakan!" Kesal Monic mengerucutkan bibirnya membuat Jeral terkekeh gemas.

"Aku mau ke toilet dulu, bentar yah." Ujar Monic kemudian berlalu meninggalkan mereka yang sudah melempar pandangannya pada Jeral.

"Lo yakin kalau Lo mau tunangan sama Monic?" Tanya Elvan dengan nada dingin seperti biasanya.

"Itu pilihan yang tepat. Gue mau lupain Lesya." Jawab Jeral.

"Tapi kak, kakak jangan maksain diri kakak dong! Kalau kakak nggak suka sama kak Monic kakak bisa cari cewek lain, kakak kan ganteng!" Ucap Lala dengan kekesalan tingkat dewanya.

Jeral tersenyum tipis, "nggakpapa. Lagian aku juga udah mulai sayang sama Monic kok."

"Gue tau Lo bohong Jer," batin Elvan.

Mereka semua hanya menganggukkan kepala, jika Jeral memang ingin seperti itu, biarkan saja. Setidaknya mereka sudah mengingatkannya.

"Gue kangen Lesya,"

Kalimat yang keluar dari mulut Neza berhasil menyita perhatian mereka. Bukan hanya dia, tapi semuanya pun merindukan gadis itu, tapi rasa kecewa terhadap Lesya masih sangat besar di hati mereka.

"Jangan sebut nama dia lagi! Gue enek," ucap Jeral membuang tatapannya dari Neza.

"Gue tau Lo masih sayang sama dia, nggak usah munafik Jer!" Balas Neza sengit.

"Nggak! Gue nggak peduli sama jalang kayak dia!"

Zico menatap Jeral datar, "ntah kenapa, gue yakin kalau suatu saat nanti kita bakalan nyesel."

"Kenapa?" Tanya Elvan heran.

"Gue nggak yakin kalau Lesya kayak gitu." Jawab Zico.

"Gue juga," timpal Neza.

"Sebenernya, aku juga." Ucap Lala ikut-ikutan.

Jeral berdecak kesal, "kalian kenapa sih? Apa Foto itu belum cukup untuk buat Lo pada percaya?!!"

Pertanyaan itu berhasil membuat mereka berempat terdiam. Foto itu sudah menjadi bukti yang kuat bahwa Lesya memang melakukan hal yang menjijikkan.

"Kalian kenapa? Kok diem?" Tanya Monic yang sudah kembali dan mendudukkan dirinya di samping Jeral.

"Nggak papa," Jawab Jeral ramah.

Monic hanya menganggukkan kepalanya. Mencoba untuk tidak peduli dan tidak mau tahu.

"Oh iya, gue denger-denger kalau Lesya hilang udah 2 Minggu nggak balek ke rumah."  Ucap Monic membuat mereka semua terkejut bukan main.

"Lo tau darimana?" Tanya Elvan.

"Om Aryo ngasih tau ke Bokap gue, Bokap gue ngasih tau ke gue."

"Pasti dia udah nggak ada muka buat nunjukin wajah dia ke kita lagi, ya wajar aja sih!" Ujar Jeral.

"Tapi...tapi dia kok nekat sih?" Tanya Neza dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia sudah menganggap Lesya sebagai adiknya sendiri dan sekarang, dia sangat khawatir terhadap keadaan gadis itu.

"Mana gue tau!" Jawab Jeral acuh.

"Gue takut dia kenapa-napa. Emang Lo nggak sadar kalau badan dia itu makin kurus Jer!"

Jeral mencoba tak peduli.

"Tapi dia kelihatan gemuk kok," ucap Zico yang diangguki oleh Lala di sampingnya.

"Itu karena baju dia yang kebesaran Zico. Lo nggak lihat tangan dia? Kurus kering kayak tengkorak!" Balas Neza ngegas.

Neza mengalihkan pandangannya pada Jeral yang kini sedang sibuk menggerakkan bola matanya pertanda bahwa lelaki itu sedang gelisah.

"Cari dia Jer," pinta Neza lembut.

"Nggak! Jeral nggak boleh nyari dia, buat apa coba?" Protes Monic tak terima.

"Lo jangan egois Nic, Lesya lagi nggak baik-baik aja." Ujar Zico kesal.

"Tapi ntar lagi gue sama Jeral mau tunangan, kalau Lesya datang terus rebut Jeral dari gue lagi gimana?"

Elvan berdecih, "kalau dia suka sama lo, dia nggak akan ninggalin lo!"

Pernyataan itu berhasil membuat Monic terbungkam. Dia mengalihkan pandangannya pada Jeral yang kini terlihat ragu.

"Di, percaya sama aku kalau Lesya itu pura-pura hilang aja, dia mau kamu nyariin dia terus ngerebut kamu lagi dari aku. Jangan pergi, hiks."

Jeral terkejut ketika gadis di sampingnya sudah terisak. Dengan segera dia menarik Monic ke dalam dekapannya dan mengelus lembut rambut panjang milik gadis itu.

Keempat orang yang menyaksikan mereka mati-matian menahan emosi. Monic belum berubah sama sekali.

"Iya, aku nggak bakalan pergi. Kamu tenang aja yah." Ucapnya.

"Kalau Lo nggak mau, biar gue yang pergi." Tukas Elvan yang kini sudah berdiri dan berlalu pergi meninggalkan mereka.

"Gue sama Neza juga mau bantu Elvan," Ucap Zico.

"Lala juga kak, kakak mesra-mesraan aja sama kak Monic di sini!" Timpal Lala.

Mereka kemudian berjalan cepat menyusul Elvan yang sepertinya melangkah ke taman belakang meninggalkan dua orang yang kini sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Jeral, sebenarnya dia sangat khawatir dengan gadis itu. Dia tidak bisa memungkiri bahwa dirinya masih mencintai Lesya sepenuhnya. Tapi dia benar-benar kecewa dengan gadis itu, mungkin ini adalah pilihannya yang tepat.

Sedangkan Monic, dibenaknya terbesit sedikit rasa bersalah pada Lesya. Semua perkataan gadis itu di malam hari, dua Minggu yang lalu terus saja terngiang di pikirannya. Namun karena obsesi yang begitu besar pada Jeral, rasa bersalah itu tidak berarti sama sekali bagi dirinya, yang penting dia dan Jeral bisa bersama untuk selamanya.

"Cinta segitiga itu rumit, ya."

*****

"Mas, kamu nggak ada niat nyari Lesya?" Tanya Liyana pada Titonius yang sedangdang sibuk menonton televisi di sampingnya.

"Buat apa? Merepotkan saja!"

"Ya sudah kalau kamu nggak mau nyari, aku juga nggak mau. Capek." Ujar Liyana lagi.

"Sudahlah, mau dia mati sekalipun kita nggak usah peduli lagi. Dia sudah terlalu merepotkan bagi kita." Balas Titonius.

"Iya Mas."

SEBAGIAN ISI CERITA DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN

MARIGOLD ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang