Chap 10/ Teman masa lalu

10.9K 750 13
                                    

Enjoy this Story and Happy Reading ❤️

📒📒📒📒📒

Pagi ini lesya sudah siap dengan seragamnya. Dia berdiri di depan cermin memandang pantulan dirinya yang terlihat rapi.

"Hari ini lo harus semangat" ucapnya menyemangati dirinya sendiri lalu mengambil tasnya dan turun ke bawah. Dia menapaki anak tangga satu persatu dengan wajah yang dipenuhi dengan senyuman. Dia tidak mau memikirkan hal yang akan menyakiti hatinya hari ini. Termasuk papanya sendiri.

Lesya berjalan menuju bagasi, memanaskan motornya lalu berangkat. Diperjalanan dia menikmati segarnya udara pagi yang membuat senyumnya semakin melebar.

Tak butuh waktu 15 menit dia sudah sampai di sekolah. Seperti hari-hari biasanya dia menapaki koridor untuk sampai di kelas. Lesya tetap mengembangkan senyum di wajahnya membuat setiap orang yang melihat pasti berpendapat bahwa lesya adalah orang yang paling bahagia di muka bumi ini. Padahal tidak sama sekali.

Langkah Lesya terhenti ketika dia melihat Jeral sudah duduk manis bertengger seperti ayam jantan di depan kelas. Lesya kembali berjalan memutuskan untuk menemui pria itu. Toh kelas mereka juga bersebelahan.

"Hai jer" sapa Lesya pada Jeral yang sepertinya tidak bersemangat hari ini.

Jeral mengangkat kepala melihat lesya yang saat ini lebih tinggi dari dirinya. "hai" sapa Jeral lalu berdiri dan masuk ke kelasnya meninggalkan Lesya yang diam dengan dipenuhi tanda tanya.

"Kenapa dia?" Tanya lesya pada dirinya sendiri. Jeral tidak pernah seperti itu. Biasanya saat dia menyapa Jeral dipagi hari, lelaki itu selalu menunjukkan keceriaan di wajahnya. Namun kali ini terlihat aneh, hatinya risih dan tidak tenang jika sahabatnya itu terlihat tidak baik-baik saja.

"Eh lesya, ngapain?"

Lesya terlonjak kaget, dia menatap Zico yang entah sejak kapan berada di sini dengan cengiran lebar.

"nggakpapa, tadi nyapa jeral aja kok, gue duluan yah" pamit lesya lalu pergi berjalan lurus ke kelasnya.

Zico hanya mengedikkan bahunya acuh, mencoba untuk tidak terlalu peduli lalu berjalan memasuki kelas. Namun dia mengerutkan kening heran ketika melihat jeral sudah duduk manis di bangkunya. Biasanya dia akan betah duduk di luar sampai bel masuk berbunyi. Zico melangkahkan kakinya menuju mejanya dan meja jeral.

Zico mendudukkan bokongnya di bangku dan beralih menatap temannya itu.

"Kenapa?" Tanya zico heran

"Apanya?"

"Lo kenapa? Nggak biasanya lo betah duduk di sini sebelum bel masuk bunyi"

Bahu jeral merosot, sepertinya moodnya sedang tidak baik. "Nggak papa" jawabnya

Zico mencebik, "bisa nggak sih kalau ditanya kenapa jawabnya tuh nggak papa? Kayak cewek tau gak!" Kesal Zico

"Lo nggak suka?" Tanya jeral. Sepertinya emosinya mulai terpancing karena perkataan Zico barusan.

Zico menghela nafas pelan " bukan nggak suka, tapi coba Lo kalau ada masalah itu cerita. Merasa nggak berguna gue jadi temen" ucap zico sarkastik.

Jeral memejamkan matanya berusaha memendam emosi yang bisa meledak kapan saja.

"Gue cabut" ucap Jeral mengambil tasnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Zico yang semakin dibuat heran oleh tingkah temannya itu.

"Nggak biasanya dia kayak gitu"

******

Drrrtttt

Lesya mengeluarkan ponselnya dari saku ketika menyadari ada pesan masuk

MARIGOLD ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang