Chap 53/ Menuju akhir (2)

10.9K 590 62
                                    

Sekali Ini saja- Alm. Glen Fredly.

📒📒📒📒📒

Tuhan bila masih ku diberi kesempatan, izinkan aku untuk mencintanya.

Namun bila waktuku telah habis  dengannya, biar cinta hidup sekali ini saja.

Jeral menarik nafas panjang. Pikirannya kini dipenuhi oleh seorang gadis yang sudah dua tahun lebih mengisi hari-harinya. Dadanya terasa sesak kala rindu merajalela menuntut pertemuan yang ntah kapan akan terjadi.

"Lo dimana Sya? Gue kangen." Lirih Jeral pelan.

Senyumnya, suaranya, wajahnya, tatapannya dan semua tentangnya berhasil membuat Jeral hampir gila akibat rasa rindu yang kian menjadi. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka galeri dan melihat beberapa foto dirinya dan Lesya di sana. Jeral tersenyum tipis, dia mengelus pelan layar ponselnya saat melihat gambar dirinya dan Lesya yang sedang tersenyum lebar.

"Sya, Gue kangen." Lirihnya sekali lagi. Dia menatap nanar ponsel itu dan mengecupnya singkat.

"Sya, pulang."

Jeral memejamkan matanya, dadanya masih bergemuruh hebat namun apa boleh buat? Bagaimanapun Lesya telah mengkhianatinya. Dia pernah dekat dengan gadis itu, jadi wajar jika dia merindukannya kala Lesya tak pernah lagi menemuinya.

Drrrtttt

Jeral menghela pelan saat melihat siapa yang menelpon dirinya malam-malam begini.

Dia menekan tombol hijau di sana dan menempelkan ponsel itu ke telinganya.

"Hallo Nic."

"Hallo Di, kamu dimana?"

"Aku di rumah, kenapa?"

"Kamu ke cafe deket sekolah yah. Ada yang mau aku omongin."

Kening Jeral mengerut,

"Kita berdua aja?"

"Nggak, di sini udah ada Elvan, Lala, Zico sama Elvan. Tinggal nunggu kamu aja."

"Yaudah, aku otw."

"Hati-hati sayang,"

"Iya."

Sambungan terputus. Jeral menyambar jaket yang tergantung di belakang pintunya dan melangkah keluar menuju bagasi. Mengeluarkan motor dan membelah jalanan di malam hari.

*****

Jeral memasuki cafe dengan langkah santai. Dia mengedarkan pandangannya berusaha mencari dimana teman-temannya dan Monic berada. Detik berikutnya Jeral tersenyum tipis saat menemukan keberadaan mereka. Dia kembali melangkah mendekati meja yang ditempati oleh kelima orang yang sudah menunggunya dari tadi.

"Nah ini si Jeral udah nongol." Ucap Zico ketika melihat Jeral yang sudah berdiri di sampingnya.

"Sorry, gue nggak baca grup." Ujar Jeral dengan cengirannya. "Emang kita mau ngapain?" Tanyanya lagi.

"Lo nggak tau?" Tanya Zico kembali dengan ngegas.

Jeral berdecak, "ck, kan udah gue bilang gue nggak baca grup goblok!"

Zico menyengir tak berdosa, "maap mas, hehe."

"Kita ngapain?" Tanya Jeral sekali lagi.

"Monic mau ngomong sesuatu ke kita." Ucap Neza memberi tau.

Jeral mengalihkan pandangannya pada Monic. Dia heran mengapa gadis itu terlihat gelisah, seperti ada yang mengganggu pikirannya sekarang.

"Kenapa Nic?" Tanya Jeral akhirnya.

"It—itu, aku ... aku m—mau ng—ngasih tau ... se—sesuatu," jawab Monic tergagap.

"Apa?" Tanya Elvan.

"Ini tentang Lesya."

Sontak semua mata langsung tertuju padanya, heran kenapa gadis ini malah membahas Lesya sekarang. Padahal tadi pagi gadis itu mentah-mentah menolak saran dari mereka mengenai Lesya.

"Kenapa?" Kini Jeral lagi yang bertanya.

"Ak...aku, aku, itu anu, aku..."

"Ck, kok Lo malah gugup gini sih?" Ujar Zico kesal.

SEBAGIAN ISI CERITA DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN

MARIGOLD ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang