Lesya melangkah pelan memasuki rumahnya. Masih belum bisa meresapi semua hal yang baru saja menyerang dirinya beberapa menit yang lalu.
"Sayang udah pulang?"
Lesya menoleh ke sumber suara lalu tersenyum lebar. "Udah ma,"
"Lah lah, itu lutut kamu kenapa?" Tanya Liyana ketika melihat lutut putrinya itu diperban.
"Tadi Lesya jatoh Ma,"
"Lain kali kamu hati-hati yah. Nanti kaki kamu lecet sayang."
"Iya Ma, Lesya minta maaf,"
"Yasudah, kamu bersihin diri dulu yah. Mama tinggal gapapakan? Mama mau ke rumah temen," ucap Liyana memberitahu Lesya.
Lesya hanya mengangguk kemudian berlalu pergi menapaki anak tangga menuju kamarnya.
"Sayang,"
Langkah Lesya terhenti, dia membalikkan tubuhnya dan memandang Liyana dengan raut wajah yang mengisyaratkan 'apa?'
"Nanti mama pulang malem karena nunggu dijemput Papa. Kamu nggakpapa di rumah sendiri?"
Lesya tersenyum lalu mengangguk.
"Jangan lupa makan yah, Mama udah masakin makanan kesukaan kamu,"
Lagi, Lesya hanya mengangguk.
"Yaudah, mama berangkat yah. Kang ojol udah di depan," pamit Liyana segera pergi meninggalkan Lesya yang menatapnya dari belakang.
Setelah yakin Liyana menutup pintu dengan baik, Lesya kembali menapaki anak tangga dengan pelan. Kepalanya mendadak sakit dan jantungnya berdetak hebat.
Dia memasuki kamar dan menutupnya kencang, kemudian berlari mengambil sesuatu di dalam lemari.
Dia meneguk benda itu dengan cepat, begitu banyak jenisnya membuat gadis itu malas untuk memakannya.
Lesya melepaskan tas dan sepatunya kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia berhenti di depan cermin dan melihat pantulan dirinya di sana.
Badannya semakin kurus dan rambutnya perlahan berkurang. Dia mengelus kepalanya sendiri dan tersenyum getir ketika melihat tangannya yang dipenuhi oleh rambut yang rontok.
"Gue harus beli wik. Jeral bisa curiga nanti." Ucapnya.
"Tapi, gue yakin cepet atau lambat dia bakalan tau."
"Yang penting bukan sekarang!"
Dia menghela nafas. Sekarang tubuhnya sangat mudah lelah, padahal dia tidak terlalu banyak bergerak tapi tetap saja, tubuhnya tidak bisa diajak kerja sama.
"Fighting!!!"
*****
Jeral menghela pelan. Dia menatap langit sore yang berwarna sedikit orange di depannya. Di sinilah dia berakhir, di rooftop perusahaan milik Nisa. Dia tidak memilih untuk langsung pulang, dia ingin menenangkan pikiran yang belakangan ini terlalu berpikir keras.
Dia menyenderkan punggungnya pada kursi yang tersedia di sana. Matanya terpejam mengingat sifat dinginnya tadi pada Lesya.
Ada rasa penyesalan dalam dirinya ketika melakukan hal seperti tadi pada gadis itu. Tapi dia tidak punya pilihan lain, dia sudah mengatakan dari awal pada gadis itu kalau dia sangat tidak suka jika dibohongi. Namun kenapa gadis itu sangat bebal? Dia merogoh sesuatu dari sakunya, segumpal rambut rontok milik gadisnya.
"Lo itu kenapa sih?"
"Terbuka sama gue, nggak bisa?"
"Gue ngerasa kayak orang asing sya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIGOLD ✓ [END]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] √ADA BEBERAPA PART YANG DIPRIVAT. √FOLLOW DULU SEBELUM BACA! √PALGIATOR HARAP MENJAUH!! Namaku Lesya Adriana. Cantik bukan? Namun tidak dengan kehidupanku yang penuh dengan lika-liku, luka dan penderitaan. Tapi aku selalu memancarkan...