Chap 45/ Video

8K 522 57
                                    

Happy Reading!!!!❤️❤️❤️

📒📒📒📒📒

Lesya berdiri menatap pantulan dirinya yang memakai seragam di depan cermin. Wajahnya terlihat pucat dengan kantung mata yang menghitam. Dia memegang pipinya yang menjadi korban tamparan Titonius semalam dan meringis kesakitan. 

Setelahnya dia tersenyum manis berusaha mengusir semua rasa sakit yang sudah dialaminya beberapa hari ini. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan.

"Semangat Lesya! Kamu bisa!!"

Dia terkekeh pelan memperlihatkan gigi rapinya. Dengan segera dia bergerak mengambil tas dan turun ke bawah untuk berangkat ke sekolah.

"Bi Inah,"

Inah yang sedang sibuk memasak terlonjak kaget. Dia melihat ke arah Lesya kemudian tersenyum tipis, ternyata nyonya kecilnya yang menyapanya barusan.

"Selama pagi non, non Lesya mau sarapan?"

Lesya menggeleng pelan, "nggak bi, Lesya sarapan di sekolah aja." Ucapnya.

Dia berjalan mendekat ke arah Inah, mengambil tangan wanita itu dan menciumnya singkat. Setidaknya dia mendapat doa dari orang tua dipagi ini yang akan membuatnya semakin semangat menjalani kehidupan di panggung sandiwara tercinta.

"Lesya pamit yah buk, assalamualaikum." Pamitnya.

"Waalaikumssalam,"

*****

Lesya menapaki koridor dengan senyuman di wajah pucatnya. Rambutnya yang tipis itu sudah terlihat tebal karena wik yang sudah dipasangnya tadi di rumah.

Lesya membalas semua sapaan orang yang menyapanya di jalan. Melemparkan senyum adalah hal yang baik, karena kata orang. Senyum itu ibadah.

Lesya memasuki kelasnya dan mendudukkan dirinya di bangku. Dia menoleh ke samping dengan kernyitan di keningnya.

"Sylvi mana yah?" Tanyanya saat tak melihat teman sebangkunya itu tidak ada di tempatnya.

Dia mengedarkan pandangannya berusaha mencari keberadaan Sylvi. Pandangannya terhenti tepat di pojok kelas, gadis mungil itu sedang duduk dengan ponsel di tangannya di sana. Dengan segera Lesya menghampiri gadis itu dan akan bertanya mengapa dia memilih duduk di situ.

"Syl,"

Gadis itu menoleh sebentar kemudian berpura-pura sibuk lagi.

"Ih, Sylvi!!"

"Apasih? Ganggu banget Lo!"

Lesya tercengang. Mengapa temannya itu begitu galak?

"Lo pms yah?"

"Gak!"

"Terus kenapa marah-marah gini?"

Sylvi menarik nafas panjang dan berdiri dari duduknya. Dia menatap tajam Lesya dan kemudian tersenyum sinis.

"Mulai sekarang Lo jauh-jauh dari kita deh!"

"Males gue temenan sama orang nekad!"

"Ntar kalo gue deket-deket Jeral Lo bunuh juga lagi."

"Iyakan temen-temen?"  Tanya Sylvi pada teman satu kelasnya.

"Iya! Jauh-jauh dari Lesya deh. Bahaya kalo deket-deket! Pinter tapi nggak ada akhlak buat apa yah kan?" Ucap seorang siswi menyahuti.

"Betul! Jangan mau temenan sama dia! Gadis berkepala ular! Hih! Menjijikkan."

"Pantas aja Jeral mutusin dia, tingkah lakunya kayak iblis gitu."

MARIGOLD ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang