Jaemin datang dari dapur menuju ruang tamu dengan segelas air putih, duduk pada sofa tamu samping Jeno agak berjarak.
Ia menoleh pada Jeno yang menunduk memainkan hp. Ia melamun dengan raut putus asa.
Hah harusnya nggak gini. Ini nggak bener, kenapa bisa sekarang malah Jeno ikut masuk rumahnya,
Kok jadi ngeselin gini sih
Jeno melirik merasa diperhatikan. Berikutnya sudah menoleh penuh pada Jaemin yang bersandar menatapnya. Jeno balas menatap tepat. "Diliat terus nanti lo naksir loh,"
Jaemin mengalihkan tatapan lebih dulu kedepan. Bukannya terpancing Ia malah memejamkan mata sambil menarik nafas dalam.
Membuat Jeno jadi merasa aneh. Kok Jaemin nggak marah, bukan lagi kerasukan kan ini. "Je, gue mau pamit deh," katanya memasukan hp dalam saku biru celananya.
Jaemin menoleh dan mendengus. "Kebetulan gue jadi nggak usah repot mikir cara buat ngusir lo," katanya bagai menaruh dendam. Mmebuat Jeno mengatupkan bibir rapat merasa seram lagi.
"Sebenernya gue belum mau pergi takutnya nanti lo kesepian," kata Jeno berdrama dengan intonasi bersedih membuat Jaemin yang meminum air mengembungkan pupi menahan diri agar tak langsung menyembur wajah Jeno.
"Udah sana pergi," usir Jaemin mengibaskan tangan membuat Jeno terkekeh geli.
Jeno berdiri sambil menyelempangkan satu tali tasnya. Ia menunduk mengulurkan tangan pada meja tapi seketika berhenti. Ia menarik tangannya dengan dahi mengernyit.
Jaemin berlagak kepo dan tak mengerti menoleh mencondongkan sedikit badan. "Kenapa?" Tanyanya mau tau.
Jeno menegakan badan. "Enggak, yaudah gue balik," pamitnya jalan ke pintu putih rumah Jaemin.
Jeno melewati pintu yang terbuka dengan Jaemin yang reflek mengekor. Tapi Jeno makin pelan melangkah sambil tangannya bergantian memenepuk kantong celana dan saku kemeja meraba sesuatu.
Jaemin mengambil langkah maju dari samping Jeno yang menunduk dan masih sibuk sendiri. "Ngapain sih?" Tanyanya tak tahan juga.
Jeno berhenti dan mendongak. "Nyari kunci motor. Lo liat kunci? Pake gantungan mickey mouse Tadi ditaruh dimeja nggak ada kirain dah gue kantong tapi masih nggak nemu," jawabnya lanjut mengecek pakaian.
Jaemin mengulum bibir menahan agar tak senyum lebar. Ia berdehem mengontrol diri. "Eum,nggak liat tuh," jawabmya lalu langsung mengatupkan bibir segera agar tak lepas tertawa.
Membuat Jeno langsung memasang wajah kecewa. "Beneran?"
"Bener lah!" kata Jaemin ngotot langsung menjawab membuat Jeno menutup bibir tak jadi melanjutkan ucapan.
Jeno memainkan bibir sesaat. Ia menghela nafas masih berfikir. "Yaudah gue nitip cariin deh," katanya santai sambil melangkah maju mengambil sepatu langsung diapakai.
Jaemin mengangkat alis hampir nganga tak percaya. Tak puas dengan respon Jeno yang biasa saja. Harusnya kesel dong kan nggak bisa pulang.
Kok bisa santai gitu,
Ah. Jaemin mengerti. Ia mengubah raut jadi wajah datar dengan bibir ia tipiskan.
Karena Jeno yang sudah selangkah didepannya mengambil kunci dari ransel yang ia tarik sebentar kedepan. Menutup resleting tas dan kembali berjalan ke tepat motor besarnya.
Jaemin menampilkan raut datar tanpa emosi. Tapi dalam hati kesal sekali. Huh harusnya bukan begini. Rencana ia yang tertawa menang dengan Jeno yang kesal,
KAMU SEDANG MEMBACA
stranger
FanfictionJeno si penguasa sekolah. Jabatannya Ketos tapi rokok tetap jalan. Kata orang berandal tapi kata temannya Jeno cuma mencoba nakal. Jaemin itu pindah cuma berniat sekolah. Kalau bukan jadi siswa yang berprestasi dia mau jadi cowok biasa saja. Tapi be...