"SEPATUKUUUUUU,"
"NGGAK MAU NGGAK USAH BERANGKAT,"
Pagi itu di rumah besar itu sudah ramai. Yeri yang menghindar agak cepat jalan memutari kursi sofa ruang tengah menghindari Jaemin yang jalan mengejar.
"Kaak mau berangkat nanti telat," kata Jaemin pelan mulai lelah sudah kejar-kejaran keliling rumah dadakan. Ia sudah lengkap pakai hoodie melapisi seragamnya dan kaus kaki sudah menempel di kakinya.
"Nggak usah berangkat kan udah dibilangin mamah," kata Yeri tak mau menyerah terus menghindar dengan sepasang sepatu satu-satu di tangannya. Gadis itu membalik badan menyembunyikan sepatu kebalakang dan jalan mundur perlahan.
Jaemin berhenti jadi mendengus menatap kakaknya. Ia berbalik pergi begitu saja membuat Yeri menegakan diri mengernyit.
Jaemin sudah jalan lurus kebelakang. Yeri yang masuh berdiru menurunkan sepatunya menghela nafas lega.
Gadis itu langsung menegak dan mendelik tiba-tiba.
"PAKE SEPATU LAIN LAH," kata Jaemin keras dengan lidah terjulur mengejek Yeri. Ia sudah datang dengan sepatu terangkat ke atas berharap kakaknya tak smapai dan kembali merebut.
Yeri mendelik menatap Jaemin yang lari cepat melewati ruang tengah dengan televisi plasma besar dan lurus lari keluar rumah.
Cringg
"Eh," Jaemin yang sudah meraih pintu mau membuka jadi berhenti membalik diri kebalakang.
Kunci itu jatuh. Kunci motor dengan gantungan bambu panjang itu tergeletak di lantai.
Yeri yang sudah mendekat langsung lari menjatuhkan diri menerjang kunci. Sebelum kembali berdiri memasukan kunci ke saku celana trainingnya. Gadis itu tersenyum sesaat dan membalik diri jalan pergi.
••
Jeno duduk di sofa kecil tanpa sandaran itu. Merunduk menalikan sepatu dengan helaan nafas berat.
"Plis lah Jen lo kesekolah kan lewatin pondok mawar gue jegat di pos satpamnya deh nggak usah masuk ke bloknya," suara itu memelas dari handphone yang ia letakan di meja dengan layar ke atas, mode speaker.
Jeno mengangkat badan melengos malas. "Nggak bisa gue udah di sekolah," katanya meraih tas di sisi sofa sampingnya. Membuat suara di seberang mendecak.
Mendengar suara grasak-grusuk kembali dari handphone membuat Jeno lebih dulu menekan tombol merah mengakhiri panggilan dengan cepat. Panel notifnya langsung ramai dengan satu roomchat yang terus mengirim chat sesuai dugaannya.
Layar menyalanya berganti jadi layar panggilan membuatnya tanpa repot membaca kontak menggeser tombol merah tanpa repot menunggu.
Layar panggilan yang kembali muncul membuat Jeno menedengus meraih hapenya. Jempolnya sudah akan menggeser tombol menolak saat ia sadar itu bukan dari kontak Yeonjun.
Menggeser layar Jeno menempelkan pada telinga sambil berdiri dan beranjak pergi.
••
"Ini, Jaemin?" Tanya Jeno. Cowok itu masih duduk di atas motor menunjuk bingung pemuda depannya.
"Iya lah siapa lagi?? Malaikat maut?" Tanya Jaemin meledak membuat Jeno mundur merapatkan bibir.
Oke beneran Jaemin.
Jeno menatapi lekat ke atas bawah. Jaemin yang berdiri terlihat rapat dengan jaket besar hitam dan masker menutupi wajah. Tudung jaket juga dinaikan jadi menutupi kepala sampai agak muka. Kayak penjahat di film yang sering mencuri atau mengganggu orang di jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
stranger
FanfictionJeno si penguasa sekolah. Jabatannya Ketos tapi rokok tetap jalan. Kata orang berandal tapi kata temannya Jeno cuma mencoba nakal. Jaemin itu pindah cuma berniat sekolah. Kalau bukan jadi siswa yang berprestasi dia mau jadi cowok biasa saja. Tapi be...