Jeno menempelkan layar ponsel ke telinganya, pemuda itu duduk di bangku panjang paling ujung warung, bersandar dengan satu kaki bertekuk di atas kursi seperti anak tongkrongan kebanyakan.
Keadaanya berantakan.
Kalau diceritakan, rambut legamnya kusut, bajunya sudah keluar dengan kancing tak beraturan, dasinya entah ke mana dan wajahnya ada goresan di berbagai tempat.
"Info keadaan uks lantai dua, sekalian bukain gerbang belakang Bin," katanya langsung memberi perintah, tak menunggu negosiasi ia langsung menurunkan ponsel memutus sambungan lalu melempar pelan hape pada meja. Berikutnya menyandarkan kepala ke belakang mulai terpejam.
"SALAH BEGOOO Itu ntar gabisa dilepas!" Eric mendumel menggeplak kepala Haechan kencang membuat Haechan manyun melepas lagi ikatan kasa.
"Hahaha gapapa ntar digunting, yang penting dibalut dulu," kata Mark lebih bijak masih mengulurkan tangan yang dilingkari perban Haechan dengan wajah riang.
"Tuh dengerin," kata Haechan merasa dibela memeletkan lidah meledek Eric. Dan tanpa menunggu waktu Eric langsung mendorong Haechan menyerang sampai saling tindih. Membuat Mark menyingkir memilih membalut luka sendiri.
Yeonjun di sudut yang lain menggulung celana sampai lutut lalu menuang air dari gayung membersihkan lukanya pelan-pelan. Sibuk sendiri dengan pemuda di sekelilingnya juga ribut membersihkan luka dan menutupi dengan perban.
Bukan salah sendiri mereka luka-luka seperti ini.
Tadi begitu rombongan mereka hampir menyebrang untuk ke warkita mereka lebih dulu dilempari kerikil dan sampah plastik bekas minuman. Sudah pintar-pintak mengelak lalu berusaha tak acuh malah dihadang segerombol pemuda seragam putih-putih.
Yasudah, Jeno yang nggak mood perang karena harus buruan ke sekolah maju melangkah melewati celah di antara kerumunan itu, memimpin para pemuda yang di belakangnya juga mencari sela buat lewat.
Yang tentu nggak segampang itu, satu pemuda putih-putih melompat menghadap Jeno yang sudah selesai menerobos gerombolan. Jeno yang berhenti menatap pemuda itu jengah, menghela nafas penat. Lalu detik itu berteriak menyuruh teman-temannya bersiap.
Jelas jalan itu langsung ramai, rintihan sampai suara gedebuk memenuhi ruas jalan, nggak ada yang mau kalah soal adu teriakan dan umpatan. Sky High yang merasa nggak nyari ribut protes dan lebih dendam karena ketenangan mereka diganggu, sedangkan anak putih-putih tak mau kalah berantem penuh dendam.
Berakhir dengan suara gebrakan perkakas rumah tangga, mereka diusir para penduduk di sekitar jalan itu.
Menang engga, remuk iya.
Bau sampah lagi.
"AH! Pelan pelan sinting!" Umpat Yeonjun menepis tangan Eric membuat Eric manyun.
"Udah pelan bangsat, lo ngedumel mulu kulit lo gerak kena jadinya," kata Eric tak terima menotol-notol gemas kapas alkohol pada wajah Yeonjun dengan cepat membuat Yeonjun mendesah sakit menendangnya.
"Kaliaaann!!!"
Seruan dari samping membuat segerombol pemuda saling mengobati itu menoleh. Dari ujung sana terlihat Somi menghampiri dengan garang. Menggandeng Jaemin yang tak tau-menau terseret pasrah.
"Kenapa bisa kyaka gini tawuran lagi?!?!" Tanya Somi tak santai ketika sampai pada sekumpulan anak laki-laki di sana. Matanya melotot tak santai dengan pinggang berkacak membuatnya seperti kak ros garang di televisi.
Haechan yang duduk membelakangi dengan tangan menempel hansaplast pada wajah terpejam Jeno jadi membeku. Dalam hati mengumpat karena pasti akan jadi panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
stranger
FanfictionJeno si penguasa sekolah. Jabatannya Ketos tapi rokok tetap jalan. Kata orang berandal tapi kata temannya Jeno cuma mencoba nakal. Jaemin itu pindah cuma berniat sekolah. Kalau bukan jadi siswa yang berprestasi dia mau jadi cowok biasa saja. Tapi be...