Jaemin turun dari kamar dengan baju seragam lengkap juga ransel hijaunya tergantung sebelah di bahu. Langsung kebelakang rumah dan balik lagi dengan sepatu ditangan. Ia berlari kecil menggampiri meja makan.
"Mah Jaemin berangkat dulu ya," pamitnya hendak meraih tangan wanita yang masih nampak cantik walau tak bisa dibilang muda.
Wanita itu menoleh mengulurkan tangan membuat jaemin menunduk menyalimi tangannya. "Panggilin kak Yeri dong,"
Jaemin yang kembali tegap sontak menolak. "Mamah aja," tapi melihat mamahnya yang akan mengomel Jaemin segera menambahi. "Tadi juga dah aku suruh kesini malah masih main laptop sama kak Nay," katanya menggerutu.
Tapi Jaemin langsung memasang senyum manis dan mengedip sesaat. "Berangkat mah dadah," katanya berbalik lalu lari keluar dengan cepat.
Membuat mamahnya hanya mengehela nafas menipiskan bibir menatapnya.
Suara klakson motor dari depan rumah makin jadi juga namanya yang diserukan mengiringi belum berhenti.
Jaemin membuka pintu putihnya keluar dari rumah. "Iya kak bentar," katanya berjongkok lalu duduk pada tangga teras rumah.
Ia memakai sepatu putihnya buru-buru. Langsung memasukan kaki yang sudah berkaos kaki putih dan menali sepatu cepat. Tak peduli bentuk ikatan yang penting terikat kencang agar tak lepas.
Membuat cowok jangkung yang menunggu diluar gerbang berhenti berklakson dan mulai tenang menunggu. "Makanya jangan bergadang kalo masih sekolah," serunya masih sempat menasihati dari luar gerbang.
Jaemin sudah selesai berdiri dan melangkah keluar gerbang. "Cih Iya iya tetanggaku yang paling rajin," sahutnya tak ikhlas. Membuat cowok berhoodie hitam menyeringai lebar sombong.
Jaemin menarik gerbang langsung keluar naik pada jok motor matic hitam itu. "Udah kak," katanya membuat langsung dinyalakan dan pegi behitu cepat.
***
"Kak jae nggak papa nganterin gini emang nggak kuliah?" Tanya Jaemin diatas motor yang melaju agak cepat itu.
"Hari ini nggak ada kuliah pagi, jadi santai aja," kata cowok itu tersenyum ringan. "Sekalian mau liat mantan sekolah gue," katanya berusaha membuat Jaemin tak kaku.
Jaehyun namanya, tetangga Jaemin yang kemarin ketemu waktu ia ngantar makanan acara arisan dari rumahnya sekalian ajang sapa tetangga barunya. Kemarin sampe sore main kerumah Jaemin. Anak kuliah semester 3 jurusan arsitek. Sehingga masih bisa nyambung obrolan dengan kakaknya yang SMK pembangunan.
Jaemin baru sadar kakaknya itu memang sepertinya punya jiwa laki yang tinggi.
"Makasih loh kak. Untung ada lo,"
"Emang kenapa Yeri nggak bisa nganter?" Tanya Jaehyun mau tau sekalian basa-basi.
"Tuh lagi ada temennya," jawab Jaemin apa adanya tapi terdengar seperti mengadu membuat Jaehyun tertawa.
"Lo gak bisa naik motor sendiri?" Tanya Jaehyun sambil membelokan motor masuk jalan yang nampak lebih adem dengan pohon flamboyan dipinggirnya.
Jaemin sampai sempat terpana dengan dedaunan merah terang itu. Ia mengatupkan bibir "Bisa, bisa nyasar soalnya belum apal jalannya," jawabnya membuat Jaehyun spontan tertawa.
"Pernah nyasar?"
"Kemarin kak! baru aja kejadian sampe minta tolong sama orang lewat," jelas Jaemin sempat menggebu tapi langsung mengatupkan bibir berhenti. Membuat seperti nanggung karena berhenti ditengah.
kan.
"Terus?" Tanya Jaehyun ingin tau lanjutannya.
"Ya udah sampe rumah," jelasnya singkat. "Eh Kak kalo belokan tadi kemana?" Tanyanya menatap belokan yang baru mereka lewati mau tau jalan juga membelokan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
stranger
Fiksi PenggemarJeno si penguasa sekolah. Jabatannya Ketos tapi rokok tetap jalan. Kata orang berandal tapi kata temannya Jeno cuma mencoba nakal. Jaemin itu pindah cuma berniat sekolah. Kalau bukan jadi siswa yang berprestasi dia mau jadi cowok biasa saja. Tapi be...