Jaemin kini berdiri digerbang utama menunggu jemputannya. Seragam yang beda membuat cowok itu jadi diperhatikan beberapa siswa disana. Tapi pemuda itu tak ambil pusing sudah terlalu penat hari ini.
Sebenarnya gerbang tak terlalu ramai karena Jaemin keluar sebelum bel berbunyi. Saking terlanjur kesal dengan pemuda yang ia tinggal masih tertawa itu.
Jaemin tersenyum melihat satu motor matic hitam dengan helm kuning itu. Tadi ia dikasih tau mamah kalau ia bakal dijemput supir mamahnya saja. Jaemin minta bilang bawa motor saja takut macet kalau pake mobil. Tangannya melambai kecil membuat pria itu melajukan motor berhenti didepan Jaemin.
Pemuda itu segera menerima helm langsung naik membonceng. Meninggalkan gerbang utama yang kini sudah heboh karena melihat ada pengeran berkuda putih di gerbang depan.
Apalagi para siswi yang tadi sempat melihat senyumnya, tak bisa tidak memekik gemas.
Mereka mengira Jaemin hanya anak sekolah lain yang mengunjungi temannya disini. Tanpa tau jika Jaemin adalah calon pangeran di SMA mereka.
***
Jeno memandangi koridor dengan geli. Bibirnya tanpa bisa dicegah tersenyum begitu lebarnya sampai matanya menyipit tak kuasa.
Tadi dia dan Jaemin kejar-kejaran lagi melewati koridor yang panjang bahkan melintas lapangan dan menaiki tangga sampai akhirnya Jeno berhenti membuat Jaemin ikutan berhenti.
Jeno menjelaskan kalau ini pintu kelas mereka, cowok itu langsung semangat sampai membenahi diri sesaat membuka pintu dengan pelan. Kemudian langsung protes melihat kelas kosong. Jeno dengan santai menjawab jika memang jam terakhir freeclass. Jaemin tanpa kata langsung pergi begitu saja.
Jeno menahan tawanya mengingat wajah tak enak Jaemin yang sangat jelek tadi. Sampai ia tersentak mendengar keramaian dari arah belokan koridor.
Diujung sana satu-persatu temannya muncul. Eric dengan Yeonjun memimpin didepan dengan tak akur seperti biasa entah mengobrol apa keduanya saling nyolot. Haechan ditengah barisan yang mengaduh karena dipukul Somi dengan Jinyoung disamping mereka bersorak riang.
Jeno menghela nafas berat. Sebenarnya heran kenapa mereka; teman-temannya itu disebut cassanova sekolah kalau dilihat dan diamati kelakuannya saja seperti ini.
Somi yang melihat Jeno segera berlari kecil menghampiri. "Katanya ada anak baru ya, mana?"Todong gadis itu tiba-tiba dengan semangat.
"Udah pulang," kata Jeno melewati Somi. Tapi berhenti mendadak dihadang tiga temannya.
"Jen! ada anak baru ya?"
"Cantik ngga?"
"Kata Jinyoung anaknya putih. Mau nomernya dong,"
Jeno melengos. Sedangkan Somi dibelakang langsung mencibir. "Dasar buaya," kata gadis itu berjalan.
"Telat." Kata Jeno lalu melangkah pergi tak peduli.
"He tunggu! Kenalin dong," kata satu pemuda berkulit sawo matang itu; Haechan lari menyusul kesamping Jeno.
Jeno yang terganggu menoleh sebal "Ngotot banget kenapa sih?" Tanyanya tak santai.
Haechan langsung berhenti diikuti Yeonjun dan Eric disisiannya juga terdiam kaget. Somi dibelakang menyeruak diantara Haechan dan Yeonjun. "Kan pengen tauuu," kata gadis itu membuat ketiga pemuda tadi dengan kompak mengangguk menyetujui.
Jinyoung yang daritadi diam dibelakang kini melangkah maju. "Kalo udah tau mau apa? jangan digangguin deh," katanya memperingatkan. Membuat teman-temannya kompak berseru menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
stranger
FanfictionJeno si penguasa sekolah. Jabatannya Ketos tapi rokok tetap jalan. Kata orang berandal tapi kata temannya Jeno cuma mencoba nakal. Jaemin itu pindah cuma berniat sekolah. Kalau bukan jadi siswa yang berprestasi dia mau jadi cowok biasa saja. Tapi be...