Mina berdiri memutar badan menduduki kursi terbalik dengan tangan mengangkat kertas yang menempel pada papan ujian. Duudk dan menunduk dengan tangan menggenggam pensil menggores di atas kertas. "Jun ajarin buat mata," katanya membaut Renjun mengangkat kepala.
Renjun yang tinggal memberi arsiran pada gmabra maju agak mendekat. "Gambar buletannya dulu coba," katanya mulai membuat Mina dengan patuh mencoret pada kertas.
Kelas sedang ramai dengan meja guru seni di depan dikerubungi beberapa siswa yang melihat cara guru menggores kertas. Beberapa lagi di kursi entah punya siapa dengan yang lain slaing berpencar berkerumum sesuka hati.
"Ah anjer bibir gue mleyot," kata Jaemin di belakang meja berkerumun itu. Membuat Felix yang duduk di samping meja membentuk sudut dengannya melirik.
"Nih Je penghapus," kata Felix pengertian meletakan karet kotak itu. "Punya gue atasnya tipis tapi bawahnya tebel abis," kata pemuda kecil itu mengangkat kertas pada papannya.
Jaemin meniup kertas membersihkan bekas penghapus. "Emang nggak pande dipaksa juga malah jelek," katanya meraih pensil menggambar lagi. "Susah banget mulut doang padahal keliatannya cuma lengkung lengkung beres," lanjut Jaemin menggerutu kecil.
"Susahan gambar mata," kata Sanha yang lesehan di belakang ikutan.
"Apaan mata gampang San," kata Jeno di kursinya membuat Sanha mendecih.
"Sini liat mata lo," kata cowok tiang itu berdiri membuat Jeno menjauh dari gambarnya.
Sanha melihat kertas di atas meja langsung mengumpat. "Ye elo gambar mata merem anjir, gampang bener cuma lengkung kasih bulu mata," katanya dengan kesal melihat mata tersenyum lengkung itu.
Jeno mengendikan bahu. "Serah lah gambar gambar gue. Yang penting jadi," katanya tak peduli menggeser kertas mendekat dan lanjut memberi arsiran pada rambut.
Sanha tak menyahut sudah lebih dulu dipanggil guru membautnya malas malasan menyahut. "Belum pak ya allah masih kerangka doang punya saya," katanya mengelak beranjak mau duduk ke kursi kosong samping Jeno.
Kringg
"Pulaaang,"
"YESS!" Seru Sanha gembira melompat berdiri langsung dengan kedua tangan diangkat memegang pensil dan kertas. "Pulang pak?" Tanyanya membuat guru dengan suara serak itu menyahut singkat sehingga Sanha menyeringai beranjak dan pindah ke tempat duudknya.
Ryujin yang menggambar di meja guru mengangkat kepala. "Jam segini udah pulang pak?" Tanyanya membuat guru yang berdiri dengan kumis tebalnya itu mengangguk.
"Ada rapat, kali ini daripada kalian semua mainan dan freeclass mending dipulangkan saja," jawab guru itu dengan suara tegas membuat Ryujin berseru sendiri berdiri buru-buru ke belakang.
Para siswa segera mengemasi barang barangnya kembali ke tempat asal. Duduk di kursi dan menegak bersiap pulang.
"Jeee mau ikut nggak?" Suara riang Felix dari belakang lari menghampiri Jaemin yang di depan papan tulis setelah disuruh Siyeon membersihkan bagian yang tinggi sekalian mengganti tanggal di ujung papan.
Jaemin menaruh penghapus papan pada wadah di bawah papan sebelum membalik badan. "Kemana?" Tanyanya menatap Felix yang lompat kecil mendekat dengan riang.
"Tugu duren mau beli pisang karamel," jawab Felix masih ramah berhenti samping Jaemin.
"Ayo Je ikut tempatnya adem mas penjualnya ramah kalau diajak gibah," kata Ryujin melompat ke depan dengan cengiran khasnya dengan mata menyipit membuatnya terlihat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
stranger
FanfictionJeno si penguasa sekolah. Jabatannya Ketos tapi rokok tetap jalan. Kata orang berandal tapi kata temannya Jeno cuma mencoba nakal. Jaemin itu pindah cuma berniat sekolah. Kalau bukan jadi siswa yang berprestasi dia mau jadi cowok biasa saja. Tapi be...