Chapter 1

74 8 8
                                    

Harus kah menjadi petarung?
Saat kebahagianku terampas
Saat duniaku hancur
Jiwa ini disusupi api membara
Karena sudah dirusak apa yang kumiliki
.
.
.

Hari cerah dimulai. Memang hujan badai cepat berlalu, tapi tidak bagi segelintir orang di wilayah tersebut. Bisa dibilang itu adalah wilayah yang damai dan tentram. Para petinggi pun sangat memperdulikan kesejahteraan. Para penduduknya yang ramah tamah dan bertata krama tinggi. Kedamaian sudah atmosfir di wilayah tersebut. Para pemuda yang sudah lulusan berbondong-bondong pergi ke sekolah menengah mereka masing-masing, karena pembagian ijazah. Akhir-akhirnya ini perkembangan di kota ini sangat lambat. Semua ini disebabkan karena cuaca yang tak memungkinkan dan banyaknya laporan orang menghilang.

"Kent, bagaimana? Saudaramu sudah ditemukan?" Tanya Aydin sambil mengunyah kue keju atas pemberian Kent.

"Belum, tak ada kabar sama sekali." Jawab Kent dengan menahan rasa kesal yang membara.

Hari cerah ini muncul di tengah-tengah suasana senang anak-anak muda tersebut, karena hari ini adalah pengambilan ijazah mereka setelah lama mereka telah lulus menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Kent, Aydin dan Aireen adalah teman satu kelas. Mereka akrab satu sama lain, bukan hanya keluarganya yang bersahabat tetapi memang mereka berteman dengan sehat. Mereka berjalan bersama menuju sekolahnya untuk mengambil kertas penting dalam hidup mereka, yaitu ijazah. Mereka ingin sekali melanjutkan untuk  berkuliah dan bekerja, sayang sekali tanpa ijazah itu mereka tak dapat melakukannya. 

Tap!

Langkah Aireen terhenti membuat Kent dan Aydin ikut menghentikan langkahnya juga. Mereka berdua menoleh ke arah belakang dan terlihat bahwa Aireen meneteskan butiran air mata dengan terdiam sambil memeluk beberapa buku yang ia bawa. Aydin langsung bergegas ke tempat Aireen, ia menenangkan dan menghiburnya agar Aireen tak sedih kembali. Ia tak ingin melihat Aireen menangis di depannya. Kent pun ikut bergegas menyusul Aydin, ia juga berusaha berkata manis agar Aireen tak lagi menumpahkan tangisannya, padahal itu sangat tidak sesuai dengan kepribadiannya yang dingin dan cuek. 

"Orang tua ku juga menghilang, mereka bilang ingin keluar sebentar dan kemudian tak pulang sampai hari ini." Ucap anak seumuran dengan Aireen , Kent dan Aydin.

"Sabarlah, Adikku pun menghilang entah kemana dari 2 minggu yang lalu." Lanjut anak lainnya.

Aydin dan Kent saling menoleh. Mereka menduga bahwa Aireen menangis karena mengingat orang tuanya. Ya, baru saja malam tadi orang tuanya menghilang tak ada kabar. Aireen sekarang hanya tinggal berdua dengan kakak laki-lakinya, yaitu Elliot. Elliot sangat sibuk, ia adalah lulusan akademi militer yang sekarang ditugaskan di kantor pusat saja.Aireen dan Elliot selisih 4 tahun, ia adalah satu-satunya keluarga yang Aireen punya, ia takut bila Elliot akan menghilang juga seperti orang tua dan saudara lainnya Aireen.

"Aireen, tak hanya kamu, kita semua juga sedih. Apalagi aku yang sedari kecil tak menemukan orang tuaku yang menghilang juga. Kent juga begitu, dia sekarang hanya punya kakak laki-laki sama seperti dirimu."  Ucap Aydin.

Aydin Aldrich, anak satu-satunya di keluarganya. Sekarang ia hanya memiliki paman yang sudah tua, ia dan pamannya tinggal di rumahnya. Orang tua Aydin dan keluarga lainnya menghilang tak diketahui jejaknya. Ia sudah di tinggal oleh orang tuanya sejak berumur 5 tahun. Hidup sepi sekali, tak jarang ia sering melamun memikirkan keberadaan orangtuanya. Setelah lulus, ia ingin membalas jasa pamannya yang sudah membesarkannya, ia ingin bekerja dan kuliah agar bisa menghidupi dirinya dan keluarganya.

The Dark Mission [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang