Chapter 19

4 2 0
                                    

Ceklek!
.
Knop pintu berputar dan terbuka. Masuklah seorang pria gagah dengan wajah yang mengekspresikan kebengisannya. Dia memakai jeans hitam dengan dipadu kaus abu-abu dan jaket kulit hitam. Di tangannya terlihat dia menggenggam tali tambang putih yang besar. Melihat dirinya membuat Hava menjadi sedikit ketakutan. Teman yang sekamarnya pun pada terduduk sambil menundukkan pandangannya menghadap orang tersebut. Ya, dialah tangan kanan Tobias, bernama Andrew.

Sudut bibirnya mengangkat satu, dia tersenyum sinis dan ditambah tatapan mata yang suram seperti hendak bertindak buruk. Kaki jenjangnya melangkah mendekati gadis ayu pewaris keluarga bangsawan Fritzi. Terlihat jelas Hava menjadi ketakutan, dia berusaha menenangkan dirinya. Pelipis dan kening Hava menjadi berkeringat, matanya pun menatap Andrew dengan lama.

"Tuan Andrew! Mohon jangan apa-apakan Nona Hava! Saya rela menyerahkan diri saya untuk disiksa atau lainnya." ucap seorang perempuan berambut pendek yang tengah terduduk di dekat Hava.

"Iya, Tuan! Kami mohon untuk bebaskan Nona Hava!" ujar serentak semua teman perempuan Hava di kamar tersebut.

"Diam!" bentak Andrew membuat semua tahanan perempuan tersebut terdiam dan menangis.

"Hey, kalian! Bawa anak ini ke ruangan saya!" titah Andrew kepada anak buahnya. Andrew pun langsung pergi kembali menuju ruangannya.

Dua orang lelaki bertubuh kekar dan sangar tersebut langsung menyambar lengan Hava. Mereka menarik paksa gadis tersebut. Teman sekamar Hava menjadi menangis dan beberapa dari mereka tetap berusaha menghentikan tindakan lelaki tersebut. Mereka memegangi kaki dua anak buah Andrew tersebut dan ada juga yang menghadangnya dia depannya. Namun, dua lelaki tersebut langsung melepaskan cangkreman tangan tahanan perempuan tersebut di kakinya dan mendaratkan dorongan ke samping dengan kasar sampai mereka menabrak dinding. Hava pun menjadi kesal melihat temannya yang diperlakukan tak manusiawi.

"Cukup! Kalian memang tak manusiawi. Jangan sakiti temanku! Bebaskan mereka! Saya akan mengikuti kalian!" bentak Hava dan langsung di tarik kembali menuju keluar kamar.

"Bye, kawan! Jangan khawatirkan aku! Yang penting kalian akan bebas, aku janji!" ucap Hava dan menghilang dari depan pintu.

"Nona Hava!" teriak histeris semua teman perempuannya karena mereka tak bisa berbuat apa-apa.

----***----
"Yosh! Semuanya, ayo kita berangkat!" ujar Aydin.

Semua agen berangkat menuju tempat Hava disekap. Mereka berencana sebelum memasuki lokasi tersebut, mereka akan menerbangkan drone dengan dilengkapi kamera pengintai untuk melihat situasi pengaman lokasi tersebut. Setelah pemantauan, maka akan mudah menyusup ke dalam lokasi tersebut. Bagian penjagaan di luar akan diamanatkan oleh tim lima.

Mereka mengenakan pakaian yang berwarna senada, yaitu hitam. Di lengkapi dengam jaket hitam serta topi hitam. Ada juga yang tak memakai topi. Semuanya membawa tas yang berisikan senjata. Semua senjata tersebut baru saja dikirim dengan bantuan kawan dari Aksel.

----***----
Hava berjalan menyusuri lorong di rumah kayu tersebut yang minim pencahayaan. Sedikit-sedikit penglihatannya menangkap pemandangan yang tak mengenakan, mulai dari pernyiksaan maupun kekerasan lainnya. Ada pula perempuan yang sedang dilecehkan. Benar-benar biadap!

Hava meringis kesakitan karena cengkraman keras di kedua sisi lengannya. Air matanya mengalir membasahi pipinya, hatinya selalu berharap bahwa Ace akan hadir. Dia menyukai Ace kenyataannya, tetapi Ace hanya menganggap Hava sebagai adiknya.

Tibalah Hava di depan ruangan Andrew. Pikirannya tak karuan untuk memikirkan apa yang manusia bengis itu akan lakukan apa padanya. Dia takut jika dirinya akan disiksa atau lainnya, karena dia ingin sekali menyelamatkan keluarga dan lainnya.

The Dark Mission [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang