Chapter 20

3 2 0
                                    

Di sisi tim 3.

Alby, Elam, dan Zareen bersembunyi di balik tembok besar. Elam sebagai ketua mengawasi gerak gerik para penjaga di bagian belakang. Terlihat perjaganya seorang wanita dan pria sedang berjalan bolak balik sambil memegang senapan. Pandanganya pun mengitari sambil mengawasi adanya penyusup.

Elam pun membalikkan tubuhnya menghadap dua sahabatnya itu. Seketika otak cerdasnya muncul ide cemerlang untuk menyusup ke dalam markas itu. Elam meminta Zareen untuk mengambilkan bom asap beracun yang mereka bawa di ransel Zareen. Dengan tatapan bingung, gadis yang dicap sebagai ratu gosip tersebut memberikan beberapa buah bom asap beracun. Alby hanya memperhatikan Elam dan Zareen.

"Ok, gua punya ide. Gunakan 1 bom ini untuk mengaburkan pandangan mereka, ya semoga saja mereka menghirup asapnya dan pingsan. Saat seperti itu, gua langsung lari masuk ok." jelas Elam dengan tatapan serius.

"Strategi buat gua dan Zareen apa?" tanya Alby bingung. Dia berpikir bahwa ditakutkan dua penjaga itu takkan pingsan dan malah terjadi sesuatu yang gawat.

"Lu harus menembak salah satu dari mereka.  Melangkah dengan pelan ke arah mereka sampai kalian berdua bisa membidik mereka dengan tepat di senapan, kemudian tembaklah! Ingat, hati-hati!" jawab Elam.

"Terus gua ngapain?" tanya Zareen sambil memberikan mimik wajah membingungan.

"Jagain satunya! Jangan sampai dia mengganggu Alby! Sebab Alby harus fokus untuk menembak yang penjaga pria di kondisi yang berasap nanti." tambah Elam dan dia langsung bersiap-siap.

Elam mengecek semua persenjataan di ranselnya, dia mengeluarkan pistol untuk berjaga-jaga di dalam markas tersebut. Si pemalas tukang tidur ini berubah 180 derajat ketika sedang melaksanakan misi. Dia membenarkan earphone miliknya sambil memberikan informasi tentang kesiapan dirinya untuk menerobos kepada markas pusat.

"Halo, tes! Lapor tim 3, sekarang Elam masuk terobos." lapor Elam.

"Baik! Lakukan dengan hati-hati!" jawab Elliot.

Alby mengambil bom asap beracun yang berada digenggaman Zareen. Tangannya langsung mengarah ke arah tuas pengamannya. Jari-jarinya mulai membuka sedikit-sedikit. Wajah Zareen berubah menjadi sedikit ketakutan melihat Alby sedang membuka tuas pengaman bom tersebut. Elam hanya terdiam sambil mempekirakan langkah untuk bisa masuk menerobos dari tembok besar menuju pintu masuk markas Andrew tersebut.

Asap sudah keluar dari lubang yang sangat kecil di bom tersebut. Biasanya bom tersebut mengeluarkan asap beracun hingga beberapa menit. Kemudian diterakhirnya akan ditutup dengan ledakan saat asap racunnya sudah habis. Alby langsung menggelindingkam bom asap berbentuk bola tenis tersebut. Terlihat jelas penjaga tersebut langsung menyadari kehadiran bom asap itu.

Dua penjaga itu menjadi kebingungan karena asap semakin tebal. Mereka bingung harus lari kemana. Jarak pandangan pun menjadi pendek. Mereka pun menjadi gelisah karena tak bisa melihat apapun. Tak mau tersia-siakan momen ini, Elam langsung melesat dengan hati-hati masuk ke dalam markas Andrew tersebut. Walaupun di tengah kegetiran karena takut jika penjaga tersebut menyadari langkah Elam.

"Alby, sekarang!" titah Elam yang sudah berada di dalam markas Andrew. Dia memberikan titah pada Alby yang sudah bersiap untuk menembak dengan senapannya pada penjaga tersebut.

Doorrr!!!

Dorrr!!!

Alby berhasil melancarkan tembakan ke arah  penjaga laki-laki bertubuh besar. Peluru senapannya mengenai dada kiri sang penjaga tersebut. Darah pun mulai keluar dan seketika dia terjatub lemas. Penjaga satunya menjadi kebingungan untuk harus bertindak apa. Dia pun berusaha mencari dimana rekannya berada, karena jarak pandang yang pendek.

Alby tengah bersiap kembali untuk melancarkan tembakan kedua. Dia berencama untuk menembak penjaga satunya yang tengah kebingungan. Manik mata sebelahnya tertutup dan satunya melihat dengan fokus di tempat membidik. Dia berusaha membidik dengan tepat karena suasana yang tak terlihat.

"Zareen, kamu tiarap! Ditakutkan ada peluru ke arah kamu." titah Alby lewat panggilan earphonenya.

Zareen mendengar titah Alby. Dia pun menoleh ke arah lelaki yang ia sukai tersebut. Dia pun langsung tiarap dan berjaga-jaga untuk membidik penjaga tersebut. Gadis itu baru pertama kali memegang senapan di lokasi langsung. Sebelumnya, ia hanya mengandalkan kemampuan bela dirinya dan senjata berbentuk pisau yang biasa ia bawa.

Dorrr!!!

Dorr!!!

Dorrr!!!

Zareen terkejut karena ia tak menyangka bahwa Alby akan melancarkan tembakan hingga dua kali. Padahal sebelumnya ia berencana hanya menembak satu penjaga saja.

Alby menoleh ke arah kiri. Terlihat wajah sedikit terkejut tergambar si wajah Zareen. Alby pun hanya merespon dengan cengiran tanpa dosa seperti biasanya. Zareen yang melihag tingkah konyolnya membalas dengan tatapan tajam membunuh ke arah Alby. Alhasil, ia tak bisa menyengir lagi dan kembali fokus berjaga jika penjaga tersebut belum tewas.

Asap yang mengalihkan pandangan mulai berkurang. Alby memberikan isyarat kepada Zareen yang berada diseberang kiri sana untuk berjaga-jaga. Manik mata Alby siap membidik lagi untuk melancarkan tembakan. Dia sedang memposisikan bidikan dengan tepat karena asap masih sedikit ada.

"Nahh!!" Alby bergumam karena bidikannya sudah tepat.

Mendadak alis Alby terangkat satu karena bingung. Dia melihat posisi penjaga yang tengah fokus membidik juga. Seketika ia berfirasat bahwa Zareen tengah bahaya. Alby langsung menoleh ke arah Zareen. Dia juga tengah berusaha membidik penjaga dengan tepat. Alby pun berusaha untuk secepat mungkin fokus kembali untuk menembak penjaga tersebut. Namun ternyata penjaga tersebut sudah sedikit-sedikit mulai melancarkan tembakannya.

Alby tahu jika senapan yang dipegang Zareen tak begitu canggih seperti yang ia bawa. Dia mengira bahwa Zareen juga pasti masih kesulitan mengoperasikan senapam tersebut karena dia baru pertama kali memegangnya secara langsung saat tengah operasi seperti ini.

Senapan penjaga tersebut mengarah ke arah Zareen lewat sisi atas tembok, sedangkan Zareen mengarahkan senapannya ke arah penjaga lewat sisi samping tembok besar. Alby terkejut, ia tak menduga bahwa penjaga tersebut memanjat pohon dan mengetahui keberadaan Zareen.

Alby langsung berlari ke arah Zareen. Ia langsung mendekap tubuh Zareen dan jatuh berguling. Zareen sempat terkejut dengan apa yang dilakukan Alby. Hal itu bersamaan dengan suara tembakan dan Alby melihat peluru mengarah tempat yang tadi Zareen tempati.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Alby sambil memeriksa wajah dan tangan Zareen.

"It's okay. Aku enggak kena peluru kok. Thanks ya." Jawab Zareen menenangkan Alby.

Dorrr!!

Dorr!!

Dorrr!!!

Suara tembakan peluru beruntut terdengar jelas. Alby dan Zareen bersembunyi di belakang tembon besar. Penjaga tersebut terus menembakkan pelurunya. Zareen pun mengajak Alby untuk bertiarap menuju celah lubang di tembok tersebut.

Zareen memerintahkan Alby berjaga-jaga di sisi atas tembok. Sedangkam Zareen tengah memfokuskan bidikannya lewat celah lubang. Jari-jari Zareen mulai siap untuk melancarkan peluru di senapam tersebut. Dia mengincar bagian dada kiri. Dia menduga bahwa penjaga tersebut tak menggunakan anti-peluru.

Dorrr!!!

Tanpa aba-aba. Peluru melayang menembus dada kiri penjaga tersebut. Terlihat darah mulai menetes. Dia pun tak bisa berkutik lagi. Tak lama tubuhnya langsung terkulai jatuh ke tanah dari atas pohon. Zareen hanya memejamkan matanya. Tak kuasa untuk melakukan ini, karena mengingatkan kejadian saat saudara-saudaranya di berondong peluru.

Zareen sempat menitikkan air matanya. Dia bergumam menyemangati dirinya untuk menyelamatkan orang tuanya. Dia bertekad harus kuat dan jangan lemah. Dia menoleh ke arah Alby yang tengah menggenggam tangannya untuk berlari masuk ke dalam markas. Sebab, pasti beberapa anggota tim sudah masuk ke dalam markas yang lumayan besar tersebut.

Haii, My beloved readers! 😍
I'm so sorry, karena uploadnya sedikit dan terlambat.

Nikmati dan nantikan kelanjutannya. Saya berharap kalian tetap mendukung.🙏

Jangan lupa vote dan komennya!😇

The Dark Mission [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang