Chapter 17

11 3 0
                                    

Hai, Guys! Chapter kali ini aku mau santai dulu ya, karena dari chapter pertama tegang banget sama kasus. Jadi sekarang tentang geng Aksel yang lagi mengenang masa kecil mereka dengan para juniornya.
.
Selamat dinikmati
.
Jangan lupa vote and komen
.

Keadaan di kota Euphoria masih mencekam. Kasus hilangnya penduduk masih bertambah satu persatu setiap harinya. Tim Aksel sudah memastikan tindakan yang akan mereka ambil. Hanya menunggu sedikit waktu lagi sambil mempersiapkan persenjataan dan persiapan diri. Kedudukan keluarga besar makin terancam, karena sebentar lagi peresmian undang-undang penghapusan. Jika terjadi dan mereka tak bisa membuktikan dalang dibalik semua ini maka mereka akan diusir atau bisa saja dijatuhi hukuman.

Malam semakin larut, tetapi Aksel dan timnya masih terjaga, kecuali Emery. Mereka baru saja selesai menyusun strategi penyelesaian kasus ini. Disaat bercengkrama, Aksel ditelpon oleh Aydin dan Elliot pun bergabung dengan obrolan mereka. Sedangkan Sora dan Ace masih bersantai sambil menyemil cemilan ringan yang disediakan Aksel.

"Ada apa, Aksel, Elliot?" tanya Sora dengan jiwa penasarannya yang meningkat.

"Biasalah si Kent sama Aireen." jawab Aksel dan langsung terduduk kembali disusul juga oleh Elliot.

"Adik lu saja yang enggak mengerti perasaan perempuan. Adik gua jadi sakit, bruh!" Elliot menjadi kesal.

"Mereka bertengkar?" tanya Ace dengan wajah datar nan santai.

"Iya, tapi ini gara-gara adiknya dia." jawab Elliot sambil menunjuk ke arah Aksel.

"Lagian lu enggak mengizinkan gua saja yang jadi doinya dia sih. Kalau sama gua, tenang! Bahagia, aman, sejahtera, sentosa." balas Aksel dengan tingkat kepedean yang tinggi.

"Ogah! Gua sudah tahu lu dari bayi. Lu juga tukang PHP. Adik sama kakak enggak ada bedanya." Elliot semakin kesal.

"Seharusnya lu juga bilang ke adik lu lagi, jangan dekati si Es Kutub. Dekati saja gua. Kent menyakitinya, Aksel membahagiakannya. Huahaha." Ya kepedean Aksel semakin meningkat dan dia juga tertawa terbahak-bahak.

"Sok iya lu!" sahut Ace sambil melempar kulit kuaci ke wajah Aksel.

"Kagak bakal! Adik gua enggak bakal mau sama om-om tukang gombal kaya lu." Elliot membalasnya lagi.

"Apa lu bilang? Om-om? Eh kita ini seumuran, bodoh! Kalau gua om-om tukang gombal berarti lu apa? Om-om juga." Aksel membalasnya dengan menaikan nada bicaranya.

"Walaupun kita samaan umurnya, muka gua lebih babyface. Daripada lu sudah keriputan." Elliot tertawa terbahak-bahak.

"Nah bener tuh, gua dukung Elliot." sahut Sora dengan semangat. Kemudian Elliot dan Sora pun tertawa.

"Brengsek, lu pada!" umpat Aksel sambil melempar tisu basah pada Elliot dan Sora.

Mereka pun akhirnya terdiam kembali. Sora kembali disibukan dengan game online-nya dengan Ace. Ace juga bermain game sambil memakan kuaci yang berada di mangkok tepat di depannya. Di lain sisi, Elliot sedang berusaha mengirimkan pesan pada adiknya, tetapi tak jawaban sama sekali dan berakhir kesal sampai mondar-mandir. Sedangkan Aksel ia pergi menuju kamarnya.

Aksel berniat mengganti pakaiannya dengan piyama miliknya. Ia juga berpesan pada para asisten rumahnya untuk memeriksa seluruh sudut rumah untuk segera dikunci, karena malam sudah larut. Beberapa lainnya ada yang sedang membuatkan cemilan untuk Aksel dan teman-temannya. Rumah Aksel memang sangat besar. Tak heran dia merupakan anak dari keluarga tersohor. Keluarganya mempekerjakan sekitar 10 asisten rumah.

Sekitar 10 menit akhirnya Aksel selesai mengganti baju. Ia menutup kembali ruangan bajunya. Ia hendak melangkah keluar. Seketika terlintas dipikirannya untuk mencari foto-foto masa kecil yang biasa ia simpan di laci kecil samping tempat tidurnya.

The Dark Mission [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang