Chapter 14

8 2 0
                                    

"Halo, markas!" Seru Dareen.

"Terhubung." Jawab Elliot.

"Informasi terbaru. Setelah penyelidikan, seorang ketua geng motor membeberkan bahwa dalang dari semua kasus ini berada di pulau terlarang." Ucap Dareen.

"Dimana pulau tersebut?" Sahut Aksel.

"Setelah diberikan kode letak astronomisnya, ternyata pulau tersebut terletak di dekat kota yang ditempati tim 3." Jelas Dareen.

"Serius?!" Aksel terkejut.

"Serius. Ini hasil akhirnya."

"Baik, informasi masuk. Kita di markas akan membahas strategi lanjutan." Jawab Elliot.

Disisi lain, Bryan yang sedang mengompres bagian tubuhnya yang lebam di balkom sambil mengobrol dengan Zydan lewat panggilan earphone yang tersambung di smarthwatchnya. Bryan memang sering mengadu kepada Zydan setiap dia terkena tinjuan dari Zya. Zydan yang menanggapinya semakin lama semakin bosan, ia hanya menjawab sebutuhnya.

Di sisi Zya, dia sedang merapikan senjata-senjatanya, dia juga sedang membersihkan senjatanya juga. Zya terduduk santai di kamarnya sambil mendengarkan berita-berita terbaru di ponselnya lewat suara.

"Zydan, gua habis ditinju lagi sama Zya." Ucap Bryan sambil merengek.

"Lebay, baru ditinju. Lu saja yang lemah, payah!" Balas Zydan dengan nada tinggi biasanya.

"Jahat banget sama sahabat." Kata Bryan.

"Sudahlah, enggak guna. Gua mau ada kerjaan lagi ini." Ucap Zydan dan seketika dia mematikan panggilan secara sepihak.

----***----
Hava terduduk di balkon. Dia menatap ponselnya yang sangat berisik. Hal itu disebabkan oleh keributan para anggota gengnya, siapa lagi kalau bukan sahabat-sahabatnya. Keributan tersebut sangat membantu Hava untuk menghibur Hava disaat seperti ini.

Hava meneteskan air matanya. Dari semua teman-temannya, dia adalah orang yang sering menampakkan emosinya, kecuali ketika marah. Dia tak segan-segan menangis di depan para sahabatnya. Hava memang sedang mengalami keadaan yang berat. Dia adalah orang satu-satunya yang diantara para sahabatnya yang kehilangan seluruh keluarganya, kecuali Zydan. Orang tua dari Zydan pun ikut menghilang.

Hava sebenarnya tidak boleh keluar dari kota, karena ia harus mengurus semua urusan keluarganya. Sebab dia adalah pewaris tahta, dia pun dituntut untuk menikah sesuai perjodohan orang tuanya dengan memerhatikan marga yang sama atau lelaki yang tak mempunyai marga dan peraturan lainnya.

Beryl menoleh ke arah balkon setelah keluar dari dapur. Dia membuka kacamata hitamnya. Yup, dia sering sekali memakai kacamata hitam, katanya biar keren. Dia berjalan mendekati Hava dan terduduk di sampingnya. Hava yang menyadarinya langsung mengusapkan tangan di daerah dekat matanya, dia menghapus air mata yang telah terjatuh.

"Ada apa, Hava?" Tanya Beryl sambil menatap Hava.
"Enggak apa-apa." Jawab Hava sedikit gugup.
"Bicara saja." Rayu Beryl.

Zeshan yang sedang memakan permen sambil dilempar dan berjalan pun tiba-tiba tersadar dengan suara Beryl. Dia pun menoleh dan langsung berjalan ke arah Hava dan Beryl. Zeshan langsung duduk di bawah. Dia bertanya keadaan tentang Hava kepada Beryl dan hanya dijawab dengan tatapan sebal.

"Hava, cerita saja! Ada apa?" Tanya lagi Beryl.
"Iya, Hava. Siapa tahu aku juga bisa bantu." Sahut Zeshan.
"Bantu apa lu?" Tanya Beryl kepada Zeshan yang masih mengunyah permennya.
"Bantu doa. Haha canda."
"Sialan." Balas Beryl.

Hava menjadi terkekeh. Menurutnya tingkah Beryl dan Zeshan itu lucu. Selama misi, dua sahabat lelakinya tersebut sangat menghibur dirinya. Zeshan dengan kepribadian cerewetnya dan tukang cari keributan dipasangkan dengan Beryl dengan kepribadian kalem dan tenang, menjadi serasa komplit dan seru. Hava juga selalu merasa senang dengan dukungan sahabatnya, seperti Aireen, Zareen, Adel, Zya, Kak Emery, dan sahabat lelaki lainnya.

The Dark Mission [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang