25. Rain in Milan

961 93 50
                                    

ini panjang, lebih dari 4100 kata dan mengandung kejutan.

Jadi, yang pengin ambil minum, ambil dulu.
Yang pengin ke kamar kecil silakan selesaikan dulu.

Oke sip.

Langsung aja ya.

Hari keduapuluh dua adalah hari yang riuh sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari keduapuluh dua adalah hari yang riuh sekali. Kami bangun agak terlambat pagi ini, mungkin karena kelelahan.

Sedangkan kami mengambil keberangkatan kereta yang pagi sekali. Beruntungnya, kami masih keburu mengejar kereta itu meskipun harus ngos-ngosanan berlarian di Stasiun Roma Termini.

Menempuh perjalanan satu jam setengah, akhirnya kami sampai di stasiun Firenze S. M. Novella di provinsi Florence. Selanjutnya, kami berganti kereta untuk melanjutkan perjalanan ke Menara Pisa.

Satu jam berlalu lagi, kami tiba di Stasiun Utama Pisa. Lalu, kami lanjut naik uber menuju Menara Pisa.

Satu-satunya tujuan utama kami kesini adalah untuk mendatangi Menara Pisa. Itu saja. Jadi kami tidak berencana berlama-lama di sini. Perjalanan ke Milan sudah menanti.

Sama seperti Colosseum, kalian pasti sudah tidak asing lagi, kan, dengan bangunan menara miring ini.

"Kok bisa jadi miring gitu sih, Vin?" tanyaku sesaat sebelum memasuki bagian dalam menara ini.

"Karena kesalahan konstruksi pada bagian pondasi, juga pengaruh struktur tanah nampaknya," jawab Gavin.

"Tapi kok bisa berdiri kokoh begini ya, padahal kan miring? Eh ngomong-ngomong aku takut lho kalau tiba-tiba menara ini beneran runtuh."

"Sepertinya tidak untuk saat ini." Dia berucap dengan yakin.

"Oh ya?" tanyaku seolah meremehkan.

"Kalau benar-benar runtuh, harusnya sejak dulu, sih. Saat menara ini jadi pusat pangkalan militer Jerman," jelasnya. "Kamu tahu nggak berapa lama proses pembangunan menara ini?" tanyanya.

"Tidak tahu, berapa lama?"

"Dua ratus tahun."

"What? Lama banget."

"Ya soalnya beberapa kali terhenti saat proses peperangan. Eh kamu yakin nih mau naik sampai ke Puncak menara?" tanyanya ragu.

"Yakin," jawabku tegas.

"Ada 294 anak tangga, lho."

"Nggak masalah, mumpung di sini," ucapku penuh percaya diri. Tenang saja, tas carrier sudah kami titipkan di tempat penitipan barang di dekat pintu masuk tadi. Kami bukan orang nekat yang mau menapaki ratusan anak tangga sambil membopong tas segede gaban.

A Month to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang