6. Song Of Edinburgh

613 108 20
                                    

Hari ini adalah hari keempat perjalanan kami, dan hari kelima aku bersama Gavin. Rencananya kami akan menempuh perjalanan ke arah Utara menuju Edinburgh, Skotlandia.

Kami sudah membeli tiket kereta untuk ke Edinburgh pada siang nanti.

Kami sibuk berkemas dari pagi di kamar masing-masing.

Pukul sepuluh, kami check-out dari hotel. Lalu berjalan-jalan sebentar di sekitar Kensington Palace.

"Ada sebuah teori konspirasi mengatakan kalau Puteri Diana meninggal karena sengaja dibunuh oleh pihak kerajaan inggris," kata Gavin saat kami duduk santai selonjoran di atas rumput di tepi danau buatan yang ada di taman Kensington Palace.

"Kamu percaya?" tanyaku.

"Entahlah." Dia melemparkan batu kerikil kedalam danau hingga menimbulkan bunyi gemericik. "Yang namanya teori konspirasi itu belum jelas kebenarannya, sebaiknya kita tidak usah mempercayainya seratus persen, tapi jangan juga terlalu menyangkal, karena bisa saja konspirasi itu ternyata sebuah kebenaran."

"Hmm ... menarik." Aku ikut melemparkan kerikil kedalam danau dan menatap lurus pada mericik air yang ditimbulkan dari lemparn kerikilku tadi.

"Fee," panggil Gavin dengan suara lembut.

"Hhmm ...." Aku berpaling padanya.

"Apa yang membuatmu memutuskan untuk melakukan perjalanan ini?"

Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaannya. Kenapa tiba-tiba dia menayakan tentang ini? "Tidak ada!" jawabku dengan mengankat bahuku.

"Bohong," katanya sambil tersenyum sinis padaku. "Aku melakukan perjalanan ini untuk sebuah pelarian, Fee." Suaranya pelan seperti berasal dari tempat yang sangat jauh.

Hah! Apa? Pelarian? Jadi, maksudnya dia melakukan perjalanan ini untuk lari dari istrinya--atau tunangannya--? Tidak! Aku merasa benar-benar dalam bahaya. Bagaimana ini? Mampus kamu, Fee! Mampus!

"Pe ... pelarian dari ...?" Aku bertanya dengan nada ragu-ragu.

Dia menatapku dalam, kukira dia ingin bicara ternyata dia malah menggeleng. Kemudian dia melempar beberapa kerikil sekaligus dengan kencang, membuat gemericik besar yang menyebabkan burung-burung yang sedang minum di tepian danau berterbangan.

Lalu ekspresi wajahnya berubah menjadi suram dan dingin.

Aku menatapnya lekat, mencari sesuatu pada wajahnya, sesuatu yang tak kuteahui jelas apa. Penjelasan lebih banyak, mungkin?


Tengah hari kami pergi ke King cross-St. Pancras menggunakan taksi uber. Dari stasiun ini kami akan naik kereta menuju Edinburgh.

Perlu waktu lima jam lebih untuk menempuh perjalanan dari London ke Edinburgh dengan menggunakan LNER (London North Eastern Railway).

Aku duduk bersebelahan dengan Gavin, seperti biasa aku memilih untuk duduk di samping jendela. Aku suka memandang keluar jendela dalam setiap perjalanan. Apa lagi perjalan dengan kereta kali ini sangat luar biasa. Kami melewati deretan bangunan-bangunan tua yang sangat klasik lalu melewati pegunungan, sungai, perbukitan. Nggak ada bentang alam yang nggak memukau selama perjalanan ini.

Gavin terlihat sangat diam dalam perjalanan ini, dia cuma sesekali menghadapku dan tersenyum. Sisanya dia sibuk sendiri memainkan ponselnya atau membaca majalah atau hanya menatap kosong ke depan.

Kesunyian ini membuatku ngantuk, aku berkali-kali menutup mulut untuk menyembunyikan mulutku yang menguap lebar.

"Ngantuk?" tanya Gavin akhirnya setelah lama dia diam.

A Month to RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang