39. Bertemu Ruth

244 18 2
                                    

Menjelang siang hari, Marsha kembali ke sekolah Max dan Mer untuk menjemput mereka pulang. Masih dengan diantar oleh Eky yang memenuhi tanggung jawab dan janjinya kepada Kakak Marsha. Memang tadi pagi setelah mengantar Marsha pulang, Eky kembali ke kantornya untuk bekerja. Dan disela-sela jam makan siangnya, dia kembali ke rumah Marsha untuk menjemput gadis itu dan mengantarnya kembali ke sekolah Max dan Mer.

Keduanya hanya diam didalam mobil. Marsha enggan hanya sekedar untuk basa-basi dengan pria disampingnya ini. Sedangkan Eky tampak tengah fokus pada kemudinya. Jalanan ibu kota siang ini cukup ramai, mungkin karena ini adalah jam istirahatnya orang kantoran. Maka jalanan pun tampak padat dipenuhi kendaraan pribadi.

Sekitar 30 menit lebih, mereka baru bisa sampai di sekolah Max dan Mer setelah menerobos ramainya jalanan ibu kota. Max dan Mer tampak sudah menunggu kedatangan Aunty yang menjemputnya. Dengan ditemani seorang gadis kecil dan juga gadis yang mungkin seumuran dengan Marsha.

"Aunty" teriak Max setelah melihat Marsha yang baru saja keluar dari dalam mobil Eky.

Semua yang berada didekat Max pun ikut menoleh ke arah Marsha. Marsha berjalan menghampiri mereka, diikuti Eky yang menyusulnya di belakang. Marsha tersenyum, lalu langsung berhambur memeluk seorang gadis dewasa yang ada bersama kedua keponakannya itu.

"Astaga Ruth, aku merindukanmu." ucap Marsha disela pelukan mereka.

"Aku juga merindukan kamu, Marsha." balas Ruth.

"Aunty Marsha kenal dengan Auntynya Caca?" tanya Mer setelah keduanya mengurai pelukan mereka.

"Tentu kenal sayang. Aunty Ruth ini teman sekolah Aunty dulu. Dia kn juga model terkenal." jelas Marsha pada keponakannya yang cantik itu.

"Pantas. Aunty Ruth memang cantik. Apakah aku juga bisa menjadi model seperti Aunty Ruth saat aku besar nanti?" Mer kembali berceloteh, membuat semua orang dewasa yang disana tersenyum menanggapinya.

"Tentu bisa sayang. Tapi untuk sekarang kamu harus belajar yang rajin dulu, supaya bisa menjadi perempuan yang cerdas. Karena untuk menggapai cita-cita, kamu harus rajin belajar! Bukankah itu yang dikatakan oleh guru mu?" Marsha kembali menjelaskan.

Mer hanya menganggukan kepalanya. Sedangkan Eky yang sejak tadi berdiri disamping Marsha, tampak terpesona dengan tutur kata gadis yang ada disampingnya itu. Marsha memanglah gadis yang baik dan bijaksana. Eky sudah mengetahuinya sejak pertama kali mereka bertemu. Meskipun gadis itu selalu ketus dan acuh kepadanya, tapi dia tidak pernah meragukan kebaikan hati Marsha.

"Mumpung kita bertemu hari ini, bagaimana kalau kita pergi makan siang bersama?" ajak Ruth pada sahabat baiknya itu.

"Tentu. Aku juga ingin melepas rindu dengan kamu. Sudah lama kita tidak bertemu dan berbincang-bincang seperti dulu." balas Marsha.

"Kalau begitu kamu ikut mobil aku aja. Nanti sekalian aku antar pulang."

"Boleh."

"Tapi Marsha. Aku sudah janji pada Kakak kamu untuk---" Eky menahan ucapannya karena pergerakan tangan Marsha yang memintanya untuk diam.

"Stop! Dia ini sahabat aku. Kakak aku juga kenal sama dia kok! Kalau kamu gk percaya, aku akan telepon Kakak aku." Marsha mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, lalu mendial nomer sang Kakak.

"Hallo Kak Vanya." ucapnya setelah panggilan sudah tersambung, lalu dia mulai menekan tombol loudspeaker agar ucapan Kakaknya bisa terdengar oleh pria sok pahlawan disampingnya ini.

"Ada apa Marsha?" balas Vanya.

"Kak, aku akan mengajak Mer dan Max untuk makan siang di luar bersama Ruth. Tadi kami tidak sengaja bertemu di sekolah Max dan Mer."

"Baiklah. Kenapa begitu saja kamu harus laporan ke Kakak?"

"Bodyguard yang Kakak pilih untuk mejagaku ini tidak percaya dan tidak membiarkan aku untuk pergi dengan Ruth. Maka untuk membungkamnya, aku harus menelpon Kakak terlebih dahulu."

Terdengar suara tawa Vanya disebrang sana. Lalu dengan suara yang mulai melembut, dia pun berkata "tidak apa Eky. Mereka memang sudah lama tidak bertemu. Terimakasih sudah mau menjaga dan mengantar jemput Marsha hari ini. Biarkan mereka pergi bersama Ruth, kamu tidak perlu khawatir. Besok kamu bisa kembali menjemput Marsha dirumah."

"Baiklah Kak." jawab Eky.

Marsha langsung saja mematikan panggilan teleponnya, lalu menatap sinis pada Eky. "Sudah puas? Sekrang kamu boleh pergi bodyguard sewaan Kak Vanya. Aku akan baik-baik saja pergi bersama sahabat aku"

"Baiklah. Tolong jaga diri kamu baik-baik! Jangan lupa menghubungi aku jika kamu sudah sampai di rumah!" tangan Eky terulur untuk mengusap lembut rambut Marsha, lalu dia mulai membalikkan tubuhnya setelah mengucapkan kalimat tadi.

Marsha terbengong dengan ucapan dan perbuat Eky tadi. Lalu secepat mungkin dia mengenyahkan kekagumannya itu. Tidak, tidak boleh. Dia tidak boleh terpesona dengan pria itu. Lagi pula sejak awal bertemu, pria itu hanya bisa membuatnya kesal saja.

**

"Jadi, siapa pria tadi?" tanya Ruth saat mereka semua sudah berada disalah satu kafe ternama di ibu kota.

"Bukan siapa-siapa. Hanya bodyguard yang dengan suka rela menawarkan dirinya pada Kak Vanya untuk menjagaku." jawab Marsha.

"Berarti dia special donk." goda Ruth pada sahabatnya itu.

"Special katamu? Tidak sama sekali." balas Marsha cuek.

"Benarkan? Berarti dia bukan kekasihmu?"

"Tentu bukan Ruth. Aku bahkan baru mengenalnya dua hari ini."

"Tapi sepertinya dia menyukaimu. Apakah kamu tidak melihat itu?"

"Sudahlah. Kita kesini kan bukan untuk membahas dia!"

"Ok baiklah. Lalu kamu ingin membahas siapa?" tanya Ruth.

"Dia." tunjuk Marsha pada gadis kecil yang tengah memakan ice cream dimeja sebelah mereka. Memang sejak datang tadi mereka memilih untuk duduk berdua tanpa gangguan para keponakannya. Hingga mereka duduk terpisah, namun tetap tidak jauh dari posisi anak-anak kecil itu untuk bisa mengawasi mereka.

"Caca?"

"Iya. Keponakanmu itu. Kenapa kamu tidak pernah bercerita padaku jika kamu mempunya keponakan secantik dia."

"Kamu penasaran dengan dia, apa dengan Ibunya?"

"Kenapa aku harus penasaran dengan Ibunya? Dilihat dari wajahnya saja aku sudah tau siapa Ibunya."

Ruth tersenyum sekilas, lalu kembali memancing rasa penasaran Marsha. "Kamu memang benar. Dia anak wanita itu. Kakak sepupu aku itu memang bodoh sudah menyia-nyiakan hidupnya hanya untuk----"

"Aunty-aunty tolong, Caca batuk-batuk sejak tadi." Max datang menghampiri keduanya dan membuat Ruth berhenti bercerita.

"Astaga Caca." Ruth tampak panik menghampiri keponakannya itu. Disusul Marsha dan juga Max yang berada dibelakangnya.

"Kenapa Caca bisa batuk-batuk seperti ini Mer?" tanya Marsha pada Mer yang sejak tadi duduk disamping Caca.

"Tadi Mer memberikan susu ini kepada Caca. Setelah Caca meminumnnya, Caca langsung batuk-batuk aunty." jelas Mer dengan polosnya.

Ruth mengambil kotak susu yang tadi ditunjuk oleh Mer. Lalu mulai membaca tulisan yang ada dikemasan kota tersebut. "Astaga susu kedelai. Caca alergi sama semua jenis kacang Sha." jelas Ruth.

"Ya Tuhan. Maafkan Mer ya Ruth. Lebih baik kita bawa Caca secepatnya ke Rumah sakit." ucap Marsha yang langsung menggendong Caca.

Ruth bergegas untuk mengambil mobil. Sedangkan Marsha masih menunggu didepan kafe dengan menggendong Caca dan ditemani Max serta Mer yang berdiri disampingnya.

Impossible Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang