10. Nuged dan Puding

539 41 2
                                    

Setelah selesai menata bahan makanan ke dalam lemari es, Marsha segera mengolah beberapa bahan makanan tersebut. Dia berniat untuk membuatkan makan siang yang special untuk Devin hari ini.

Marsha memotong beberapa sayuran dan kemudian memasukkannya ke dalam blander. Hari ini dia akan membuat Devin memakan makanan yang sangat tidak disukainya.

Disisi lain, Devin justru tengah asik mengutak-atik ponselnya. Dia sedang mengechek beberapa e-mail yang masuk mengenai bisnisnya. Meskipun hari ini dia tidak datang ke kantor, namun mengapa pekerjaannya itu tetap saja mengusik hari-harinya. Dan sebagai bentuk tanggung jawabnya, dia harus selalu siap dan sigap dalam segala urusan yang menyangkut pekerjaannya.

"Kakak sibuk bangat sih. Makan dulu yuk! Aku udah masakin makanan special buat Kakak" ucap Marsha yang kini sudah berdiri dihadapan Devin.

"Makanan special?" tanya Devin dan dibalas anggukan oleh Marsha.

"Ayuk! Keburu dingin makanannya!" ajak Marsha mengulurkan tangannya.

Devin pun membalas uluran tangan Marsha yang kemudian membawanya menuju meja makan.

"Apa ini?" tanya Devin ketika melihat seluruh masakan Marsha yang sudah tertata rapi di meja makan.

"Ini masakan aku lah. Kakak mau makan yang mana dulu?".

"Kenapa kamu masak sebanyak ini, kita kan cuma berdua?".

"Ini sebagai ucapan terimakasih aku, karena Kakak udah ijinin aku buat menginap disini" jelas Marsha menundukkan kepala.

"Ya sudah, tolong ambilkan nasinya!" pinta Devin mengalihkan perhatian saat melihat wajah murung Marsha.

Marsha pun segara mengambil alih piring Devin, lalu menuangkan nasi kedalam piring Devin.
"Kakak mau lauk apa?" tanya Marsha.

"Aku mau coba yang itu, sama yang itu!" tunjuk Devin pada piring berisi lauk perkedel kentang dan juga omlet telur.

"Kakak harus coba juga nuget butan aku, ini enak loh" ucap Marsha kembali memasukan dua buah nuget kedalam piring Devin.

"Ini banyak banget. Kamu mau bikin aku mati kekenyangan" protes Devin.

"Aku yakin Kakak tidak akan mati kekenyangan, justru Kakak akan semakin sehat!" jelas Marsha diakhiri senyum tulusnya.

Setelah menaruh berbagai macam lauk pauk kedalam piring Devin, dan menuangkan sup ke dalam mangkuk kecil. Marsha memberikan piring dan juga mangkuk itu kehadapan Devin. Devin pun dengan senang hati menerimanya dan mulai memakannya.

"Masakan kamu enak. Aku tak menyangka jika kamu pandai memasak" ucap Devin memuji masakan Marsha.

"Dulu Mama sering sekali mengajakku memasak bersama, dan dari situ lah aku belajar memasak melalui resep-resep Mama" terlihat senyum terukir dibibir Marsha, senyum yang sarat akan kerinduan.

"Maaf" lirih Devin yang masih terdengar oleh Marsha.

"Untuk apa Kakak minta maaf? Kakak sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan padaku, justru Kakak selalu menolongku. Terimakasih ya Kak" balas Marsha dengan senyum tulusnya.

Devin tersenyum membalas ucapan Marsha. Rasa bersalahnya kini justru semakin bertambah. Dia menyesali segalanya, dan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kesalahan itu.

"Andai kamu tau, jika yang membuat kehidupanmu hancur adalah aku" batin Devin menatap sendu Marsha.

"Kakak mau nambah lagi?" tanya Marsha membuyarkan lamunan Devin.

"Nambah?" tanya Devin tak mengerti.

"Iya. Makanannya. Kakak mau nambah makanannya lagi?".

"Boleh, tapi nasinya sedikit saja. Aku mau nugednya lagi".

Marsha tersenyum dan kemudian mengambil alih piring Devin, lalu menaruh sedikit nasi dan juga nuged seperti permintaan Devin tadi.

"Terimakasih" ucap Devin mengambil kembali piringnya.

"Sama-sama. Kakak suka nugednya?" tanya Marsha.

"Sukak, ini enak" jawab Devin.

"Kakak tau itu terbuat dari apa?" tanya Marsha.

"Sayur kan? Aku tau kok" jawab Devin santai.

"Jadi Kakak sudah tau kalau ini terbuat dari sayuran?" Marsha menatap Devin yang menganggukan kepala dan terus memakan makanannya dengan lahap. "Lalu kenapa Kakak memakannya? Tadi katanya Kakak tidak menyukai sayur" tambahnya.

"Iya. Tapi ini rasanya tidak buruk, justru sangat enak" jelas Devin dengan senyum.

"Syukurlah jika Kakak menyukainya. Oh ya, jangan terlalu kekenyangan ya! Karena masih ada makanan penutupnya" jelas Marsha dengan senyum andalannya.

"Masih ada lagi? Kamu benar-benar memanjakan perutku hari ini" Devin kembali memasukan sesuap nasi dan juga lauk pauk kedalam mulutnya.

Marsha merasa lega, karena Devin sangat menyukai masakannya. Dia bersyukur usahanya tidak sia-sia. Setidaknya hanya ini yang bisa dia lakukan untuk membalas segala kebaikan Devin padanya.

Setelah selesai menyantap habis masakan Marsha, Devin mengambil posisi duduk diruang santainya. Dia menyalakan televisi dan mengganti chanel sesuai keinginannya. Sesekali dia juga menatap Marsha yang masih menyibukan diri didapur apartemennya.

Marsha sedang mencuci piring bekas makan mereka berdua tadi, lalu membersihkan meja makan dan menyimpan beberapa sisa makanan kedalam lemari es.

Dia kini juga terlihat mengeluarkan satu buah semangka dan juga puding yang tadi dibuatnya. Dia memotong buah semangka yang tadi dibelinya. Meskipun semangka itu cukup besar, namun dengan mudah dia bisa memotongnya.

Devin tersenyum dari kejauhan, dia merasakan sesuatu yang aneh menggelitik hatinya. Entah perasaan apa ini sebenarnya, dia benar-benar tak bisa mengontrol rasa bahagianya ketika menatap Marsha.

Selesai dengan kegiatannya didapur, kini Marsha bergabung dengan Devin yang sedang duduk diruang santai. Dia meletakkan piring yang berisi buah semangka diatas meja, lalu memberika sepiring kecil puding pada Devin.

"Ini Kak" ucapnya.

"Terimakasih" balas Devin menerima puding tersebut dan mulai memakannya.
Namun pada suapan kedua, dia terlihat memuntahkan kembali pudingnya. "Apa-apaan ini" ucapnya sedikit kesal.

"Kenapa Kak?" tanya Marsha tak mengerti.

"Kenapa ada pisang didalam pudingnya? Bukannya tadi aku bilang kalau aku tidak menyukai pisang" jelas Devin masih dengan kekesalannya dan menatap Marsha tajam.

"Kenapa begitu saja Kakak marah sih? Bukannya Kakak juga tidak menyukai sayur? Tetapi mengapa tadi Kakak mau memakannya? Sedangkan cuma karena pisang, mengapa Kakak jadi marah-marah?".

"Pisang itu beda. Aku memang dari kecil tidak menyukainya".

"Ya sudah, maaf" ucap Marsha menyesal dan menundukan kepala.

Devin yang melihat raut wajah penyesalan dari Marsha merasa tak tega. Dia pun akhirnya tetap menghabiskan puding tersebut, walaupun dengan menyisihkan buah pisang yang ada didalamnya.

Sedangkan Marsha mulai tersenyum senang menatap Devin yang tetap mau menghabiskan pudingnya. Meskipun dengan menyisahkan buah pisang dipiringnya.

TO BE CONTINUED.

Impossible Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang