9. Berbelanja Bersama

586 51 3
                                    

Devin baru saja keluar dari dalam kamarnya dengan pakaian casual ala dirinya. Kaos lengan pendek dengan merk ternama yang dipadukan dengan celana jeans dan jaket denim berwarna senada.

Marsha sempat terpesona saat melihat Devin yang baru saja keluar dari kamarnya dan berjalan menuju laci yang ada disebelahnya untuk mengambil kunci mobil.

"Kakak mau pergi?" tanya Marsha.

"Iya. Mau kesupermarket, berbelanja bahan makanan yang sudah habis. Mau ikut?" balas Devin yang kini sudah menatap kearah Marsha.

"Memangnya Marsha boleh ikut?"

"Boleh, asal kamu tidak ngerepotkan diriku."

"Tapi Marsha tidak punya pakaian ganti. Sejak dari kemarin Marsha memakai pakaian ini, bau Kak" Marsha mencium bau pakaiannya yang sejak kemarin belum diganti.

"Tuh kan, belum apa-apa sudah merepotkan" Devin mengusap wajahnya kasar. "Ya sudah tunggu sini! Sepertinya dilemari aku ada pakaiannya Ruth yang tertinggal disini" lanjutnya yang kemudian kembali memasuki kamarnya.

Tak lama Devin sudah kembali dengan membawa pakaian yang tadi dimaksudnya. "Ini pakailah! Pakaian ini milik Ruth, dan sertinya muat karena pastor tubuh kalian tidak jauh berbeda." ucapnya menyodorkan pakaian tersebut. Marsha pun menerimanya dan berlari memasuki kamar untuk berganti pakaian.

15 menit kemudian Marsha keluar dengan mengenakan jumpsuit tanpa lengan berwarna denim. Dia tampak mempesona dengan pakaian itu, ditambah rambut panjangnya yang terurai dengan indah.

"Sudah Kak. Kita berangkat sekarang?" ucap Marsha yang kini sudah berdiri dihadapan Devin yang mesih mematung memperhatikannya.

"Iya. Ayo!" balas Devin berjalan keluar dari apartemen diikuti oleh Marsha dibelakangnya.

Mereka berjalan bersama memasuki lift. Dan saat sudah sampai dilantai dasar, terlihat banyak sekali pasang mata yang memperhatikan mereka. Mungkin orang-orang itu mengirang bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang bahagia. Terlihat dari bagaimana keduanya memakai pakaian dengan warna senada layaknya couple anak muda.

"Mengapa orang-orang itu sepertinya sedang memperhatikan kita ya Kak?" tanya Marsha yang sedikit risih dengan tatapan semua orang. "Apa aku tidak cocok ya Kak memakai baju ini?" lanjutnya sambil memperhatikan dirinya sendiri.

"Tidak. Kamu terlihat cantik" puji Devin tanpa sengaja yang membuat pipi Marsha bersemu merah.

Kini mereka tengah mendorong trolli kearah bahan-bahan makanan. Disana Devin banyak sekali memasukkan kaleng-kaleng kornet dan juga daging cincang, serta beberapa makanan beku seperti sosis, nuged, dan juga ayam beku.

Marsha hanya geleng-geleng kepala melihat Devin memasukan banyak sekali makanan yang kurang sehat kedalam trolli. Dan ketika Devin lengah, dia mengembalikan beberapa makanan tersebut pada tempatnya.

"Kenapa semuanya dikembalikan Marsha?" protes Devin saat belanjaannya dalam trolli berkurang dari sebelumnya.

"Ini itu makanan kurang sehat Kakak! Lebih baik kita belanja sayur dan buah-buahan aja ya" tawar Marsha. "Lagian ini juga masih ada beberapa kok. Tidam baik buat kesehatan, kalau Kakak terlalu sering memakan makanan beku seperti itu" tambahnya.

"Ok, terserah kamu saja" pasrah Devin yang kembali mendorong trollinya kearah bagian sayuran dan buah-buahan.

Marsha terlihat sibuk memilih beberapa jenis sayur untuk memasak makan siang nanti. Karena dia belum begitu tau tentang sayuran apa saja yang disukai oleh Devin.

"Kakak suka sayuran apa saja?" tanya Marsha.

"Aku tidak menyukai sayuran apapun" balas Devin yang tak berselera berada dibagian sayuran ini.

"Kakak harus makan sayur! Sayur itu baik untuk kesehatan" jelasnya. "Kita masak sup saja ya buat nanti? Sekalian aku juga ingin membuat nuged sayur dan perkedel" tambahnya sambil memasukkan beberapa jenis sayuran seperti bayam, kol, wortel, dan juga kentang kedalan trolli.

"Emang kamu bisa masak?".

"Bisa. Dulu Marsha sering membantu Mama memasak dirumah" raut wajah Marsha kini mendadak berubah menjadi sedih.

"Hey, kenapa?" tanya Devin yang menyadari perubahan dari raut wajah Marsha.

"Tidak apa, Kak. Marsha tidak kenapa-kenapa. Kita lanjut belanja buah yuk!" balas Marsha yang kemudian mendahului Devin berjalan kearah bagian buah. Dan Devin pun terpaksa mengikutinya dengan mendorong trollinya kearah Marsha berjalan.

Marsha kini mulai bingung lagi untuk memilih buah-buahan. Namun ketika dia melihat buah kesukaannya, dia pun mengambilnya dan memasukkannya kedala trolli yang didorong oleh Devin.

"Kenapa pisang? Aku tidak suka pisang!" protes Devin.

"Tapi aku suka pisang Kak" jawab Marsha.

"Tapi aku tidak suka! Kembalikan!" pinta Devin dengan nada meninggi.

"Tidak mau! Kalau Kakak tidak suka ya kembalikan saja sendiri!" ucap Marsha.

Devin hanya bisa mendengus, karena dia pun enggan untuk menyentuh buah tersebut.
"Kenapa tidak dikembalikan? Katanya Kakak tidak suka?" tanyanya.

"Aku malas, walau hanya untuk sekedar menyentuh buah itu" jawabnya yang dibalas senyum oleh Marsha.

"Kakak ingin buah apa lagi?" tanya Marsha.

"Semangka dan anggur saja" singkat Devin, dan Marsha pun langsung mengambilkan buah tersebut lalu memasukkannya kedalam trolli.

Setelah puas berbelanja bahan makanan, Devin dan Marsha melanjutkan untuk berbelanja snack dan makanan ringan. Cukup banyak snack yang dimasukan oleh Devin kedalam trolli, termasuk snack kesukaan Marsha. Meskipun Marsha besok sudah kembali kerumahnya, namun Devin juga tetep memperhatikan keinginan Marsha selama mereka tinggal bersama.

Kira-kira satu jam lebih keduanya berbelanja disupermarket, hingga kini mereka sudah lelah dan memutuskan untuk mengakhiri aktivitas belanjanya. Dengan perlahan Devin mendorong trolli tersebut kearah kasir untuk membayar seluruh barang belanjaannya. Sedangkan Marsha masih setia mendampinginya, lalu membantunya untuk membawakan seluruh barang belanjaan tersebut.

Tiga puluh menit berlalu, dan kini mereka sudah sampai kembali keapartemen Devin. Dan setelah menaruh beberapa kantong penuh belanjaan didapur, Devin kembali keruang tamu dan menyalakan televisi. Sepertinya dia benar-benar kelelahan.

Sedangkan Marsha, kini tampak sedang sibuk menata bahan-bahan makanan dan juga beberapa snack kedalam lemari es. Setidaknya hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membalas segala kebaikan Devin yang sudah mau untuk menampung dirinya.

Lemari es kini tampak rapi dan penuh dengan berbagai macam bahan makanan, buah-buahan, sayuran, dan juga beberapa snak. Marsha tersenyum puas melihat hasil karyanya menata suluruh belanjaannya tadi. Dia sudah lama tak melakukan pekerjaan ini. Maklum saja selama berada dirumah Papa dan Mama tirinya, dia lebih sering menghabiskan waktunya untuk menggurung diri dikamar. Sehingga Mama tirinya pun menjadi sungkan untuk meminta bantuan darinya.

TO BE CONTINUED.

Impossible Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang