20. Patah Hati

442 24 2
                                    

Matahari sudah mulai terbenam, dan sore hari berganti malam. Dirumah ini hanya ada Marsha dan Mama tirinya, yaitu Vina. Papa Marsha sedang ada pekerjaan diluar kota, hingga harus pergi meninggalkan istri dan anaknya.

Kehidupan Marsha kini mulai kembali berwana. Hubungannya dengan keluarganya juga semakin harmonis saja. Dia menyayangi Papa dan Mama tirinya seperti halnya menyayangi almarhumah Mama kandungnya dulu. Selain itu, dia juga sudah mau menarima Vanya sebagai saudaranya dan menyayanginya juga.

Pernah waktu itu mereka berdua bertemu, lalu Vanya mulai meceritakan kegundahan hatinya. Bagaimana cara Malvin suaminya yang selalu bersikap kasar, tidak seperti dulu saat pertama kali dia menunjukkam sikap manisnya ketika melamar Vanya. Marsha marah besar saat itu, bahkan dia hampir memaki Ibu mertua Kakaknya yang tanpa sengaja juga ada disana. Marsha menyayangi Vanya, dan begitu juga sebaliknya.

"Dulu waktu Mama jatuh cinta kepada Papa, seperti apa rasanya?" Tanya Marsha yang saat ini sudah ada dikamar sang Mama. Mereka akan tidur bersama, sebab Papanya sedang ada tugas keluar kota.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, sayang?" Tanya balik Mamanya, menatap dalam manik mata sang putri yang ada dihadapannya.

"Aku hanya ingin tahu saja, Ma. Ceritakan padaku!"

"Awalnya dulu tidak ada cinta diantara kami. Kami bersama karena perjodohan yang dilakukan oleh orang tua kami. Maka dari itu, dulu Papa kamu menjalin hubungan terlarang dengan Mama kamu. Mama tidak pernah menyalahkan Papa maupun Mama kamu, semua yang terjadi diantara kami adalah takdir yang tak bisa dihindari." Mengelus puncak kepala putrinya. "Seiring berjalannya waktu. Mama sadar, kalau Mama mulai mencintai Papa kamu. Kalau kamu bertanya bagaimana rasanya jatuh cinta. Mama tidak bisa mendeskripsikannya dengan jelas. Yang pasti. Saaat kamu berada didekat orang yang kamu cintai, maka kamu akan merasa sangat bahagia. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang menari diperutmu. Dia selalu bisa membuatmu tertawa dan menangis diwaktu yang bersamaan." Lanjutnya mengecup pipi Marsha.

"Apakah kehadiran Mama aku, membawa kesedihan dalam kehidupan Mama?"

"Tidak seperti itu, sayang." Menghapus air mata yang jatuh dipipi putrinya. "Kehadiran Mama kamu justru membuat Mama sadar, jika Mama sudah mencintai Papamu. Mama tidak ingin rumah tangga Mama hancur saat itu. Mama mendatangi Mamamu, dan meminta maaf padanya."

"Kenapa Mama yang minta maaf? Yang bersalah kan---"

"Tidak ada yang bersalah, sayang! Mama minta maaf, karena Mama tidak bisa melepaskan Papa kamu. Mama pun tidak melarang Mama kamu untuk menemui Papa, karena saat itu Mama kamu sedang mengandung. Dan bahkan Mama minta supaya Papa menikahi Mama kamu." Marsha mendengarkan dengan seksama. Seolah tak ingin tertinggal sedikit pun tentang cerita orang tuanya.

"Mama tidak ingin jika pria yang Mama cintai, lari dari tanggung jawab. Papa kamu sudah berani berbuat, maka dia juga harus bisa mempertanggung jawabkannya."

"Maaf karena sempat berfikiran buruk tentang Mama." Marsha berhambut kedalam pelukan Mamanya, menumpakan air mata yang sejak tadi terbendung dipelupuk matanya.

"Tidak apa sayang. Mama mengerti apa yang kamu rasakan saat itu. Kamu masih terlalu kecil saat harus menghadapi masalah serumit itu." Memeluk putri kecilnya dengan penuh sayang. "Sekarang ceritakan pada Mama tentang pria itu!" Ucap Mamanya yang membuat Marsha mendongakkan kepala.

"Pria apa maksud Mama?".

"Pria yang sudah berhasil membuat ribuan kupu-kupu itu menari didalam perutmu." Mencolek hidung putrinya, membuat pipi Marsha bersemu merah. "Apakah pria itu, Devin?" Tebak sang Mama, membuat Marsha semakin tersipu.

Seolah sudah tahu jawaban dari putrinya hanya dengan melihat ekspresi saja. Mama Marsha tersenyum, lau kembali memeluk putri kecilnya. Dia memberikan beberapa nasehat seperti orang tua kebanyakan yang memilik anak gadis seumuran Marsha. Menjelaskan batasan-batasan apa saja yang boleh dan tidak boleh dia lakukan.

Impossible Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang