Note : Dinner wh dr. Satriya ow intern hosp. 8 pm. Pondok Indah XXX.
Kertas kecil berwarna hijau lemon yang sengaja ditempel Vely diatas komputer Adjie cukup memberikan informasi untuk pak bos tampan itu. Adjie sudah terbiasa dengan tulisan singkat dan bahasa absurd Vely.
Sudah beberapa kali Adjie memperingatkan tapi seperti sudah kebiasaan Vely memang tipe orang yang simpel, efektif dan efisien dalam hal apapun.
Adjie pikir mungkin cara berpikir Vely dengan latar belakang seorang IT memang demikian. Serba simpel, praktis dan tak tersentuh kata baper seperti kebanyakan perempuan.
Ini terbukti dari bagaimanapun keras dan galaknya Adjie, seorang Vely hanya akan menanggapi dengan senyum meringis lima jari dan kembali bekerja seperti tidak terjadi apa-apa.
Sebenarnya sikap Vely ini yang diam-diam membuat seorang Adjie merasa nyaman. Tak perlu takut dengan perasaan yang muncul jika Adjie harus satu tim dengan rekan perempuan, semua pure murni masalah 'kerjaan'.
Bukan soal gender, tapi bekerja dengan perempuan sering membuat Adjie dalam situasi kerja yang canggung. Sangat tidak nyaman jika mereka selalu berusaha mencari perhatian Adjie. Yang akhirnya membuat Adjie jengah.
Berbeda dengan Vely, 'mencari perhatian' seperti tidak ada dalam kamusnya. Yang ada image dungu dan lemot yang sering membuat Adjie gemas karena kesal.
Apa kabar hati Adjie nanti kalau terlalu mengikutsertakan perasaan jika berhadapan dengan Vely. Meskipun soal otak dan kinerja gadis itu tak perlu ditanyakan lagi.
Tak ingin membuang waktu masih memegang note dari Vely, Adjie segera menghubungi Rama yang sedang turun lapangan.
"Ram, ntar malam lo off?"
"Sorry Djie, gue ada acara. Nggak enak nolak undangan tetangga. Gimana, ada yang bisa gue bantu?"
"Oh oke." Sepihak Adjie mematikan panggilan tanpa memperdulikan Rama diseberang telepon sedang mengumpatinya.
Tak menunggu lama Adjie melakukan panggilan lokal dengan Vely yang sedang sibuk di meja kerjanya.
"Vel.. malam ini temani saya di anniversary orang tua dokter Satriya ya. Ini acara keluarga saya canggung kalo datang sendiri. Kita berangkat dari kantor aja langsung."
Di seberang telepon Vely masih terpaku mengerjapkan mata berulang kali mencoba menerima detail informasi yang disampaikan Adjie.
Begitu sadar Vely berbicara dengan intonasi agak tinggi tepat setelah Adjie menutup telepon.
"Waduh.. pak bos. Pakai baju apa Vely!"
Panik seketika melanda Vely, siapa yang tidak minder jika berhadapan dengan keluarga pemilik international hospital.
Beruntung Vely memiliki perlengkapan mandi di dalam laci kerjanya. Sepatu flatshoes beludru bisa lah untuk acara. Tapi bagaimana dengan bajunya, pulang ke mess pun percuma, tidak ada dress keren dalam almarinya.
Tepat saat Vely kehabisan akal ia teringat mbak Mia pacar mas Tian yang memiliki side job baju online. Vely menggulirkan layar handphone untuk mengirim pesan pada Mia.
Jawaban melegakan segera ia dapat ketika Mia bersedia menyiapkan beberapa dress untuk Vely, dengan catatan Vely harus bersabar hingga waktu istirahat makan siang.
💖
"Acara apaan sih Vel? Kok kamu panik banget?" Tanya Mia begitu Vely sampai di depan meja kerjanya.
"Panik mbak ini ada kaitannya sama kerjaan soalnya, jadi aku juga harus jaga image."
"Emang kamu mau kemana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Adjie Tampan
General FictionAdjie Tama Panduwinata (31 tahun) Mereka memanggilku Adjie Tampan kependekan dari Tama Panduwinata, selain itu memang wajahku diatas rerata. Otak jangan ditanya memiliki IQ 125 pasti kalian tau bagaimana menghadapi orang cerdas sepertiku. Tapi saat...