4. Surat cinta & segala bullshitnya

5K 537 14
                                    

"Vely ini apa yang ada di meja saya?" Bentak Adjie tepat saat Vely menginjakkan kaki memasuki ruangan bosnya.

Vely membungkukkan badan dan meminta maaf sebagai tindakan spontan.

"Maaf pak, itu titipan dari karyawan lain untuk pak Adjie. Saya nggak enak menolaknya."

Vely menangkupkan kedua telapak tangan di dada. Dia mempersiapkan mental jika bosnya tidak akan memberi ampun.

"Ambil dan bersihkan meja saya dari sampah ini," suara Adjie meninggi.

"Pak!!" Mata Vely membulat napasnya tersengal tiba-tiba, hingga membuat Adjie berjengit.

"Itu bukan sampah. Itu surat untuk bapak!"

Faktanya memanglah pesona Adjie seorang direktur utama yang tampan dan berotak brilian tidak dapat dielakkan begitu saja. Berapa banyak pegawai yang mengincarnya, tidak mampu lagi menghadapi realita bahwa Adjie adalah atasan mereka yang harusnya​ mereka segani.

"Saya tau itu! Tapi kenapa sebanyak ini? Lalu kerjanya mereka apa? Memangnya saya ini sahabat pena.. main surat-suratan?"

"Setidaknya bapak harus menghargainya, tidak semua surat cinta, ada juga yang memberi ucapan selamat dan penyemangat karena bapak baru jadi direktur utama."

"Cck.. buat saya sama aja! Kamu dengar ya.. dengan atau tanpa ucapan mereka, saya tetap jadi direktur utama disini. Jadi sekarang cepat bersihkan!"

Adjie kembali membentak pada kalimat terakhir, membuat nyali Vely menciut. "Dasar tukang marah." Batin Vely tetap berusaha mengabaikan ketakutannya.

Vely maju mendekati​ meja Adjie lalu mengambil tumpukan surat tersebut. "Pak coklat candy sama kadonya dibuang juga?"

"Velyyyy.....!" Teriak Adjie tak sabar.

"Ya pak.. maaf saya bersihkan semua," Vely membawa semua barang itu lalu berlari keluar ruangan Adjie.

Melihat sikap Vely yang ketakutan, ada dorongan yang menggelitik perut Adjie untuk tertawa. Namun bos arogan itu hanya sedikit saja menyunggingkan senyum. Menahan tawa hingga ia harus menggelengkan kepala beberapa kali.

💠

"Yaah.. pagi-pagi udah monyong aja bibirnya."

Dada Vely masih kembang kempis karena berlari, rasa gondok yang bergelayut membuat bibir yang ber-liptint itu otomatis mengerucut dua centi.

"Bos mas Rama tuh nyebelin."

"Memangnya Adjie kenapa?"

"Jadi mas sejak anak-anak pada tau aku jadi sekretaris bos, mereka terus cecar aku minta tolong untuk kasih surat ke pak Adjie, ada sih yang nitip kartu ucapan selamat, ada yang kasih coklat, ada yang kasih bunga. Uhh.. aku kesel nggak bisa nolak mereka, giliran udah aku taruh diatas meja pak Adjie.. aku yang kena getahnya."

Rasanya Vely sudah ingin menangis saja. Sebel, marah dan gondok berbaur menjadi satu tapi sayang dia tak punya pelampiasan.

"Itu semua soal pribadi Vel, bilang sama temen kamu untuk urus masalah mereka sendiri kamu jangan terlalu baik. Besok lagi bedakan urusan kerjaan sama pribadi. Utamakan kepentingan Pak Adjie, terlebih dia sekarang atasan kamu langsung. Adjie paling nggak suka urusan diluar kerjaan. Dikamusnya cuma satu Pharmasafe."

"Ih berarti hidupnya garing banget dong mas."

"Iya beda sama kamu, dia hidup sendiri makanya garing, kalo kamu jelas banyak yang sayang."

"Mas Rama sok tau."

"Noh si Tian care banget sama kamu, temen-temen IT kamu, orang rumah kamu, belum mak rempong sama genk cewek rumpi kamu."

Pak Adjie TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang