Tentang Perasaan

4.8K 546 87
                                    

Adjie POV

Kalian tak akan pernah tau begitupun dia, bahwa beberapa kali saat istirahat makan siang, aku mendapatinya tertidur diatas meja kerja. Diam-diam aku duduk di kursi Rama tepat disampingnya, mengamati wajahnya dari dekat. Mengingat-ingat setiap inci detail wajahnya.

Setiap mengamati tidur siang sekretarisku, aku tak berani melakukan apapun kecuali hanya memandangi sepanjang tidur lelapnya yang bertumpu pada kedua tangan. Mungkin aku sudah gila karena menguntit sekretarisku sendiri.

Apakah aku sudah keterlaluan? Memberinya tugas terlalu banyak hingga jam istirahatnya ia gunakan untuk tidur. Tapi percayalah berbagai tugas itu adalah caraku untuk memperpanjang waktu bersamanya.

Aku juga pernah mendengar, ia bercerita bahwa malamnya sering dihabiskan begadang mengerjakan side job, entahlah mungkin seputar internet atau semacamnya. I'm really proud of her.

Aku suka melihat bulu lentik yang membingkai matanya. Memang sedikit sipit mungkin akibat mata minusnya, dia lebih sering menyipitkan mata. Kalau dia mau, kelak akan aku ajak dia untuk melakukan lasik, agar hidung mungilnya tak perlu lagi menyangga kaca mata tebal itu. Akan aku carikan dokter terbaik di internasional hospital atau di eye center.

Lalu bibir pink mungil tetapi padat itu membuat aku sering kehilangan kesadaran, sesuatu dalam diriku mendorongku untuk merasakan kelembutannya. Tapi tidak, aku tak cukup gila untuk melakukan itu. Sampai saat di Jogja kemarin, hampir saja aku kelepasan.

Senang sekali rasanya melihat gadis itu, antara akal sehat dan hasrat menggebu berkumpul menabuh genderang perang didalam dadaku. Tapi aku bisa apa selain menggigiti dan menjilat pipinya saja, meskipun berakhir dengan tatapan tajamnya yang menghujam. Oh.. rasanya menggemaskan sekali, aku seperti ABG yang sedang terjangkit cinta monyet. Memalukan.

Satu hal lagi, saat melihat kulit putihnya awalnya aku mengira dia seorang keturunan, tapi ternyata tidak dia Jawa asli dengan bahasa Indonesia yang kadang medok. Tapi itu sedikit lucu buatku. Aku sering tertawa mendengarnya berbicara atau senyuman itu yang awalnya membuatku jengah, pada akhirnya membuatku selalu rindu.

Lagi-lagi aku kesusahan menahan untuk tidak melakukan skinship sialan, aku melanggarnya lagi. Maaf, bahkan aku telah berjanji padanya. Lihat efek dirinya, susah payah aku menahannya.

Sebenarnya Rama pernah memergoki aku tapi beruntung rahasia ini masih dipegangnya meski kami sempat terlibat perdebatan kecil. Rama yang sudah sangat mengenalku terlalu jauh, mencecarku dengan segala kelebay-annya bertanya seputar what, how, dan when, yang tentu saja berhasil membuatku memijit pelipis. Jangan tanya berapa kali sumpah serapah aku tumpahkan padanya.

Fuck for Rama, but big thanks for him. Karena berkatnya aku mengenali tentang satu rasa yang bahkan belum pernah benar-benar aku rasakan.

Ia manis sangat menggemaskan, baik dengan atau tanpa kacamata. Gadis ini yang membiusku. Mengalihkan dunia dan fokusku. Ya.. membuatku selalu rindu dengan apa yang ia punya.

Vely gadisku.. masa depan yang ingin kuhabiskan waktu hanya bersamanya hingga renta, saat nanti ketika berjalanpun kami akan membutuhkan satu sama lain untuk saling menopang. Hingga kontrak yang diberikan Tuhan habis memanggil kami.

💍

Sekarang adalah sore setelah tidur siangku yang berkualitas, dimana Vely yang setia menemaniku. Pertama kali membuka mata yang kulihat dia masih duduk manis di single sofa tepat disamping tempat tidur. Lega rasanya.

Ditangannya ada buku tebal kecil, suaranya terdengar lirih. Aku kira dia sedang melantunkan ayat suci, ya benar dan aku tau apa yang sedang ia baca.

Pak Adjie TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang